Sebagai seorang anak yang dibesarkan oleh Ayah yang wiraswasta, Ibu, nenek dan kakek sebagai pedagang, saya telah terbiasa dengan kata wirausaha. Dari kecil saya telah mengenal bagaimana cara mencari uang setidaknya agar saya bisa memiliki “uang jajan” lebih. Keluarga saya memang sangat sederhana kala itu, untuk tinggal pun kami menumpang di rumah nenek. Seringkali saya merasa iri dengan teman yang dengan mudah mendapatkan sesuatu yang ia inginkan.

Berwirausaha Sejak Kecil

Saat di sekolah dasar saya setiap harinya membawa sekantong kripik pedas dan satu termos es lilin untuk dijajakan di sekolah. Jika ada yang mengejek saya cuek, toh yang terpenting jualan saya laku, selain bisa membantu Ibu saya juga bisa mendapatkan jajan lebih dari keuntungan berjualan. Pernah saya di tegur guru karena berjualan, takut nilai saya anjlok dan tidak konsentrasi belajar, namun karena saya jualannya di jam istirahat dan saya tetap mendapat peringkat 1 kala itu akhirnya si guru mengalah.

Semangat mencari uang itu ternyata juga tertular pada adik saya Tia, saat SMP saya suka menggambar kartun. Jadi untuk mendapatkan uang dari gambar, saya membuat gambar di selembar kertas lalu menggandakannya di fotocopy. Kertas-kertas itu kami jual dengan harga Rp.200 rupiah, dengan modal fotocopy kalau tidak salah masih Rp.50 rupiah. Adik saya yang jual di SDnya. Hasilnya wah sekali, kami bahkan bisa jajan bakso tiap hari. Hehehe.. namun saat lagi laris-larisnya, kertas-kertas itu disita oleh gurunya karena takut mengganggu konsentrasi belajar teman-temannya.

Saat SMA saya sudah disibukkan dengan kegiatan luar sekolah lainnya hingga tidak terpikir untuk melanjutkan hobi berdagang saya. Namun saat kuliah, semangat wirausaha itu bangkit lagi. Selain berjualan pulsa yang keseringan diihutangi sama teman heheee.. Bermodal keinginan dan penasaran untuk membuat aneka mainan jilbab, gantungan dan pernak-pernik dari flannel, saya akhirnya berdagang aneka kreasi flannel.

Lagi-lagi yang tertarik sama jualan saya itu anak SD hehehe, adik sepupu saya yang marketingnya… Setiap hari dibanjiri pesanan hingga mata saya perih menjahit sampai malam. Hasilnya pun lumayan untuk uang bayar fotocopyan kalo kuliah. Namun sayang usaha ini kandas dengan sendirinya karena pesanan yang semakin berkurang dan pesaing yang makin banyak dan kreatif.

Menang Program Kreativitas Mahasiswa Wirausaha dari Hibah Dikti

Saat mendengar salah satu dosen di LPPM mengatakan bahwa Dikti menerima proposal usaha untuk di danai, jiwa saya langsung bergejolak. Tak menunggu waktu lama saya menanyai secara detail kepada Pak bahrin dosen Statistik waktu itu tentang mekanismenya. Yang membuat mata langsung ijo adalah satu mahasiswa didanai 8 juta, maksimal satu group 5 orang 40 juta. Saya langsung ajakin teman di kelas, tapi pada nggak mau. Susah banget cari teman yang mau, akhirnya ketemu kakak kelas yang sama-sama penyiar di radio, dan 3 orang lagi juga yang dekat sama saya saya masukin namanya. Saya lupa entah berapa minggu kami bergadang demi riset dan menghasilkan sebuah proposal. Revisi sana revisi sini, beberapa grup menyerah namun kami udah kecebur sekalian aja basah-basahan. Akhirnya, kerja keras tak akan menghianati, proposal saya J-Design Printing (usaha percetakan mug, pin, rental, dan digital printing) lolos untuk dapat Hibah Dikti. Urus sana urus sini, akhirnya duitnya cair. Yang cair Rp.38 juta. Saya dan Mba Meri waktu ini langsung ke Jakarta untuk beli alat dan bahan. Toko juga sudah di sewa.

Contoh produk

Uang segitu banyak sebenarnya jika dikelola dengan baik akan jadi usaha yang menjanjikan. Tapi praktik di lapangan tak semudah teori. Impian J-Design printing ini akan jadi besar layaknya usaha percetakan lainnya kandas juga. Banyak factor yang mempengaruhi, mulai dari kurangnya kekompakan anggota dalam mengurus usaha, manajemen (pembagian waktu) jaga yang semaunya, laporan keuangan yang nggak terkelola dengan baik dan banyak hal deh. Akhirnya usaha ini tutup dengan menjual beberapa alat usaha yang tersisa dan hasilnya dibagi rata pada anggota. Saya “nyesek” kalo ingat perjuangan mendapatkannya. Tapi kalo nggak ikhlas bakal rugi dua kali, ya sudah jadikan ini pelajaran untuk kedepannya.

Bangkit lagi dengan Usaha Foto Copy

Setelah lulus kuliah dan menikah, saya mencoba kerja di sekolah, namun lagi-lagi saya nggak cocok. Saya resign karena suatu alasan idealisme yang nggak bisa saya terima. Akhirnya saya bangkit lagi dari ketakutan membuat usaha dengan membuka usaha fotocopy. Sistemnya bagi hasil dengan salah satu dosen di tempat saya dulu ngampus. Karena pak dosen punya mesin dan rukonya udah dia kontrak tapi nggak ada yang ngejalanin, akhirnya saya dibantu suami yang mengelolanya. Saya dibantu salah satu mahasiswa yang juga sudah saya anggap adik sendiri. Alhamdulillah namanya fotocopyan kampus ditambah lagi kami menyediakan jasa rental, menjual perlengkapan alat tulis, minuman dingin dan sedikit aksesoris komputer setiap harinya toko ramai dikunjungi. Sewa tempat bisa tercukupi, adik yang bantuin jaga bisa dikasih jajan dan makan, dan saya dan suami pun bisa nabung.

Kebahagiaan mendapatkan pundi-pundi rupiah mungkin membuat saya lupa dan lalai. Kondisi saya yang tengah hamil muda saat itu memang tidak mengalami masalah. Saya tidak pernah mual, muntah atau capek. Namun, saya harus keguguran secara tiba-tiba saat itu. Kata dokter mungkin pengaruh radiasi mesin foto copy yang panas juga saya yang jarang istirahat. Suami meminta saya untuk berhenti, katanya biarlah kita sederhana asal saya sehat dan kejadian ini jadi pengingat agar kami tidak lalai menjaga kesehatan. Untuk kesekian kalinya, saya harus menyerah dan mengikhlaskan usaha saya lagi.

Moy Stuff & Cake, Usaha Baru Semoga Berkah

Terbiasa dengan banyak aktifitas, setelah melahirkan saya dilanda kejenuhan. Tapi bukan jenuh mengasuh anak dan mengurus keluarga loh.. saya ingin bisa menyalurkan kreatifitas saya dengan melakukan banyak hal tanpa meninggalkan kewajiban sebagai seorang istri dan ibu. Sempat terpikir untuk kerja lagi sebagai guru, tapi melihat ubay yang masih sangat kecil dan ibu saya yang masih berdagang tentu tak bisa menjaga Ubay.
Adik saya tia, yang juga suka wirausaha akhirnya menelurkan ide untuk melengkapi usaha yang telah ia rintis lama. Awalnya ia menjual aneka pernak-pernik ulang tahun seperti Bunting flag, Balon, Topi, Proof dan lain-lain. Untuk melengkapi usaha ini akan lebih baik jika kami membuat usaha kue juga. Ide awalnya kami mencoba menghadirkan Brownies Pizza yang berdasarkan riset belum ada.

Deg-degan sih, karena ilmu baking saya sebenarnya masih ecek-ecek banget. Tapi saya nggak akan pernah maju kalau nggak mau mencoba. Beberapa kali percobaan akhirnya bisa nemu rasa dan bahan yang cocok akhirnya Brownies Pizza kami launching. Alhamdulillah usaha ini sudah jalan bulan ke dua, dan pemesannya makin ramai. Saat ini kami menyediakan Mini Browza, Large Browza, dan Brownie in Cup. Yang paling laris itu Mini browza karena selain bentuknya yang mini juga lucu, harganya juga nggak bikin kantong jebol ^_^

Usaha ini usaha rumahan jadi nggak perlu sewa toko. Promosinya pun lewat online dari instagramnya @moystuff_ Alhamdulillah bunting flag dan pernak-pernik ulang tahunnya bahkan sudah dipesan oleh pemesan dari luar kota dan provinsi juga loh. Kalo kuenya belum, karena Brownies Pizza nya belum memungkinkan untuk kirim ke luar hehee.. jadi masih ngambil ke rumah saya. Saya dan adik bagi tugas. Saya yang buat kuenya, adik yang promosinya. Ah, marketingnya itu aduhai banget, nggak perlu diraguin, costumernya dimana-mana, koleganya menyebar luas.

Kedepannya kami punya rencana untuk cari tempat yang lebih luas untuk mengembangkan usaha ini plus bikin café kecil-kecilan. Nunggu dana terkumpul dulu, mudah-mudahan usaha yang ini nggak kandas seperti yang dulu, doakan ya teman-teman. Karena saya menaruh harapan besar di usaha ini, tetap bisa jaga anak, bisa juga bantu pemasukan keluarga plus saya punya aktifitas menarik selain menulis.

Terakhir, untuk teman-teman yang punya usaha jatuh bangun kayak saya, ayo kita sama-sama bangkit. Nggak perlu kecil hati dengan pesanan yang Cuma satu tiap hari atau hanya tiga per minggu. Karena usaha besar itu dimulai dengan satu pesanan, satu pelanggan.

Ikhlaskan hati, luruskan niat, jatuh ayo bangkit lagi. Betul sekali jargon yang mengatakan Learning by Doing. Setiap kegagalan yang telah terjadi itu jadi pelajaran besar dan berharga yang membuat kita lebih perhitungan dalam menjalankan usaha kedepannya. Teori memang perlu, tapi yang penting itu action, action dan action ^_^

Semangat Wirausaha
Semoga Berkah

“Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Semua Tentang Wirausaha yang diselenggarakan oleh Suzie Icus dan Siswa Wirausaha
Bagikan postingan ini :)

riafasha

9 Komentar

  1. Jatuh bangun? Aku (dan suamiku) banget tuh mbak… TFS mbak… inspiratif kisahnya…

  2. sippppppp, semangat pantang menyerah bgd dikau ya mbk, inspiratif,smoga ushanya sukses ya mbk aminnnn

  3. Looks yummy ituu kue nyaaa. Aduuh, bikin ngiler juri :p

  4. pengen cicip brownisnya…anakku pasti suka

  5. pengen cicip brownisnya…anakku pasti suka

  6. Inspiratif! Duh itu lucu bgt brownies cup nya

  7. Inspiratif! Duh itu lucu bgt brownies cup nya

  8. Salut dengan usahanya, mba. Aku sendiri nggak pernah mengalami menjadi wirausaha secara total, mungkin karena merasa tak mudah ya

  9. Kece banget sih mbak kamuuuu 😀

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *