Jujur saja sebagai orang tua yang anaknya baru mulai sekolah pertama kali, saya kaget dan khawatir saat diumumkan bahwa pembelajaran akan dilakukan secara daring.
Belajar online? Bagaimana bisa? Kening saya berkedut memikirkannya. Bukannya tidak ingin mendampingi anak di rumah. Tapi saya tahu bahwa saya tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengajarkan hal-hal yang biasa diajarkan di sekolah secara baik untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai tahap usianya.
Anak pertama saya punya ekspektasi cukup tinggi saat mulai bersekolah. Namun ia harus dihadapkan kenyataan bahwa, sekolah yang diinginkannya (belajar bersama guru, bermain dengan teman-teman, melakukan aktivitas menyenangkan) tidak bisa dijalani karena pandemi. Padahal selama ini saya selalu menyemangatinya bahwa sekolah akan menyenangkan karena bisa berjumpa dan belajar bersama teman di sekolah.
Walau sekolahnya Abang cukup bisa diajak kerjasama dalam mempersiapkan metode pembelajaran yang tepat saat belajar online. Peran orang tua memang yang paling besar ketika PJJ diterapkan. Saya mungkin beruntung karena di rumah sudah tersedia perangkat belajar yang mendukung PJJ. Namun banyak juga orang tua yang kebingungan untuk menghadapinya.
Dampaknya tentu saja pada kemampuan anak-anak menerima pembelajaran. Di sekitar lingkungan saya saja contohnya, beberapa anak tidak naik kelas karena orang tua dan guru tidak bisa koordinasi mengenai tugas dan evaluasi pembelajaran anak serta ketidaksiapan anak dengan metode pembelajaran daring.
Masalah PJJ yang Dihadapi Orang Tua
Hal senada disampaikan oleh Ibu Saufi Sanawati di Webinar Refleksi Pendidikan Indonesia diantara PJJ dan PTM yang diadakan oleh Faber-Castell, Sabtu, 5 Juni 2021. Menurut Ibu Saufi banyak masalah yang menyertai saat pembelajaran daring dikeluarkan diantaranya:
- Tidak tersedianya media belajar online berupa handphone atau laptop
- Monotonnya pemberian tugas dan target pembelajaran yang tidak jelas. Misalnya anak-anak mengerjakan tugas di rumah, lalu apa yang akan dinilai guru? Prosesnya kah? Hasil tugasnyakah?
- Tidak ada sinergi antara standar nilai dan standar proses. Orang tua dan guru tidak punya kesamaan pemahaman mengenai ini.
- Orang tua terkendala penyediaan fasilitas belajar dan belum mengetahui secara detail penggunaan platform belajar. Selain itu orang tua juga terkendala waktu yang terbatas untuk menjadi motivator anak dalam belajar online.
- Beberapa Guru terkendala akan metode pembelajaran yang monoton, sehingga belum bisa menciptakan bonding dengan siswa yang sedang melaksanakan pembelajaran jarak jauh.
- Motivasi belajar anak yang kurang karena menganggap di rumah itu bukan sekolah. Belum lagi kemampuan anak yang minim dalam menggunakan perangkat belajar, mereka sering terdistorsi dengan permainan online saat menggunakan gadget.
PJJ Harus Dihadapi, Apa yang Bisa Kita Lakukan?
PJJ saat ini menjadi salah satu solusi agar anak-anak tetap bisa melakukan pembelajar selama pandemi. Awalnya saya kira tahun ajaran baru 2021, pandemi akan mereda sehingga pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan. Namun situasi kembali memburuk, dan sepertinya anak-anak masih melakukan pembelajaran jarak jauh sementara waktu.
Agar tak larut dalam kebingungan akan pembelajaran jarak jauh, semua pihak yaitu guru, orang tua, dan siswa harus mulai beradaptasi dengan metode PJJ. Semuanya perlu mengambil peran agar proses belajar mengajar tetap berjalan dengan baik.
1. Peran Orang Tua
Orang tua adalah sebagai pembimbing, pengawas, motivator dan pengawas. Orang tua harus tau bahwa ia bukanlah pembantu yang mengerjakan semua tugas anak. Menurut ibu Saufi, orang tua harus mengubah mindset bahwa nilai anak harus benar semua. Jadilah motivator, walau berat ajaklah anak-anak untuk belajar dengan cara yang menyenangkan.
2. Peran Guru
Guru perlu menyamakan persepsi dengan orang tua. Guru sebaiknya menjelaskan secara rinci, apa yang akan dipelajari, apa targetnya, dan memaklumi bahwa setiap anak punya proses yang berbeda-beda dalam belajar. Guru juga diharapkan menjadi pamong, pengawas, motivator, dan mencoba membuat materi bahan ajar yang kreatif.
3. Peran Siswa
Selain guru dan orang tua, siswa juga layaknya diajak untuk ikut berperan menjadi siswa yang bertanggung jawab, inovatif dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Jika semua pihak sudah mengambil peran dalam PJJ. Pandemi yang awalnya memberi banyak masalah, dapat memberikan efek positif dalam pendidikan. Contohnya saja, anak-anak mulai belajar lagi attitude dan soft skill seperti membersihkan rumah ,melakukan pembiasaan positif terkait kebersihan (mencuci tangan, menggunakan masker), anak semakin kreatif menggunakan perangkat elektronik, dan orang tua makin mengenal kebiasaan belajar anak.
Mengenal Evaluasi Pembelajaran Saat PJJ
Adanya Hybrid Learning yaitu kombinasi antara PJJ dan Konvensional merupakan pembelajaran baru yang diluncurkan agar Indonesia bisa bersaing.
Salah satu metode paling tepat yang bisa digunakan orang tua untuk memantau pembelajaran anak adalah harus tau evaluasi pembelajarannya. Sebagai orang tua Ibu Saufi mengingatkan orang tua perlu tahu bagaimana pelaporan tugas dan ujian anak-anak saat belajar online.
Biasanya evaluasi berupa :
- Evaluasi harian (pengerjaan LKS/LKMD dan pemberian tugas pasca meet/luring)
- Praktek (video, foto langkah pengerjaan, voice note)
- Ujian (aplikasi pengerjaan soal, lembar kerja)
Nah jika evaluasi tersebut dilakukan secara online, tentu anak-anak akan terhubung dengan aplikasi seperti zoom, google classroom, dan aplikasi zoom. Selain itu guru juga biasanya mengirimkan foto tugas melalui whatsapp orang tua untuk dikerjakan lalu dikirim lagi ke guru.
Proses ini memang cukup menyita waktu. Saat guru mengirimkan lembar kerja, biasanya orang tua akan mencetak tugas, meminta anak mengerjakan, mengambil foto dan mengirimkannya lagi pada orang tua.
Solusi Paket Belajar Online dari Faber Castell
Nah Faber-Castell hadir dengan inovasi Paket Belajar Online yang dilengkapi dengan stylus untuk membantu siswa dalam PJJ. Paket Belajar Online ini memudahkan siswa untuk mengerjakan tugas dan evaluasi pembelajaran yang diberikan guru.
Jika biasanya tugas melalui proses cukup panjang, kini dengan adanya stylus dari Faber Castell, orang tua tidak perlu print-out tugas dan foto ulang lagi. Cukup dengan edit tugas di hp dan langsung mengirimkannya dengan guru. Keren kan!
Paket belajar online dari faber castell ini berupa box perlengkapan alat tulis yang berisi :
- 1 stylus untuk mempermudah menandai jawaban ujian dengan tepat dan berfungsi di segala merk smartphone dan tablet. Stylus ini juga mudah digunakan. Cukup diletakkan di pensil. Teksturnya juga lembut berbahan karet yang tidak merusak layar. Akan memudahkan karena tangan sering licin saat menggunakan smartphone yang kecil. Stylus dapat digunakan untuk menulis, scroll, mengetuk pilihan ganda.
- 1 pensil 2B dipakai untuk menjawab soal pilihan ganda di LJK. pensil ini sudah lulus uji scan OMR/DMR dan tidak mudah patah
- 1 penghapus bebas debu dan berbahan lembut agar tidak merusak kertas LJK, bebas racun phthalate
- 1 pena bentuk ergonomis untuk kenyamanan ketika mengerjakan soal essay
- 1 rautan dengan mata pisau lebih tajam dan tahan lama
Cara menggunakan stylus di smartphone untuk mengerjakan soal:
- Capture soal yang diberikan
- Buka edit gambar
- Lakukan penulisan dan isi soal sesuai petunjuk
- Lalu simpan dan kirimkan ke google classroom
Stylus pun bisa digunakan untuk edit soal yang dikirimkan via whatsapp. Caranya cukup dengan menambahkan soal yang diinginkan, lalu klik tombol doodle, tulis/gambar jawaban dengan menggunakan stylus faber castel lalu klik tombol send.
Alhamdulillah, Stylus Faber-Castell ini memang memudahkan dalam mengirimkan evaluasi pembelajaran secara online. Hemat waktu juga! insyaAllah akan membantu orang tua dalam menghadapi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tahun ini!
Jika teman-teman tertarik untuk memiliki Paket Belajar Online Faber-Castell dapat mengunjungi www.faber-castel.co.id untuk informasi lebih lanjut.