Alhamdulillah, Belum lama ini Blogger Bengkulu mendapat kepercayaan untuk bekerjasama dengan Lembaga Sensor Film untuk mengadakan Talkshow “Budayakan Sensor Mandiri dari Lingkungan Keluarga”.  Acara ini berlangsung di Konakito Tapak Paderi , 26 September 2018 dengan dua materi yaitu Mbak Mildaini (Founder & Ketua Blogger Bengkulu) dan ibu Noor Saadah (anggota Komisi II Lembaga Sensor Film Bidang Hukum dan Advokasi).

bersma Pemateri dan Panitia Talkshow

Talkshow LSF dan Blogger Bengkulu dihadiri oleh kurang lebih 100 peserta dari berbagai latar belakang, namun didominasi oleh mahasiswa Universitas Bengkulu dan Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Ada pula perwakilan dari komunitas film Rafflesia Motion, Cari Bengkulu, Relawan TIK, dan Blogger FLP.

Budayakan Sensor Mandiri dari Keluarga

Kita semua tahu bahwa kemajuan teknologi membuat berbagai tontonan sangat mudah di akses melalu media telivisi maupun internet. Namun, sayangnya semuanya dibarengi dengan banyaknya konten negatif yang bisa merusak generasi muda. Disinilah pentingnya sensor mandiri yang bisa kita mulai dari lingkungan keluarga.

Seperti yang disampaikan Mbak Milda dalam paparannya bahwa di Bengkulu sendiri sekarang sudah semakin mudah untuk mendapatkan tontonan yang diinginkan. Ia pun memberikan tips untuk para blogger agar lebih bijak dan menjadi contoh untuk yang lain agar bisa kritis dan memilah mana tontonan yang pantas dan harus dibagikan di media social.

Ibu Noor Saadah selaku perwakilan Lembaga Sensor Film memulai paparannya dengan menjelaskan tiga konsep media  dan generasi  milenial yang sangat mudah terpapar kemajuan teknologi. Akibatnya ada yang positif dan negative.

Beliau pun menjelaskan bahwa Sensor mandiri merupakan kegiatan memilah dan memilih tontonan. Mampu mengontrol kapan, dimana dan bagaimana kita bisa mengakses medi itu sendiri.  Orang tua/ orang dewasa harus memilah tontonan untuk keluarga berdasarkan kesesuaian usia untuk film yang ditonton. Biasanya film yang telah disensor akan dilabeli dengan rentang usia. Orang dewasa pun harus turut serta mendampingi saat anak menonton untuk menjelaskan dialog yang kurang dimengerti maupun menjelaskan kesimpulan dan hikmah dari semua tontonannya.

Kampanye sensor mandiri ini diharapkan bisa membuat pengguna media semakin bijak untuk memilih tontonan yang tepat demi masa depan generasi yang lebih baik!

Bagikan postingan ini :)

riafasha

3 Komentar

  1. Sepakat banget. Memang kita (ortu, penonton) yang mesti aktif menyensor apa yang perlu dan nggak perlu ditontoton, mana yang boleh dan yang nggak boleh ditonton. Jadi nggak serta-merta menyalahkan pihak lain.

  2. Semoga dengan adanya kegiatan ini kita bisa menggunakan media dengan lebih bijak lagi ya mbak 🙂

  3. Kalo saya ini bener2 perlu terutama untuk tontonan anak. Gak cuma gambar tapi omongan atau kata2 kasar yang tidak layak anak dengar sering dilewatkan. Dukung banget deh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *