Apa yang kamu bayangkan tentang seorang penderita kusta? Penyakit menular dan mengerikan?

Stigma masyarakat memang susah untuk diubah. Penyakit kusta menjadi salah satu isu yang luput dari perhatian. Di satu sisi, masyarakat enggan mendekati penderita kusta. Di sisi lain penderita kusta merasa rendah diri dan terpinggirkan sehingga sulit untuk mendapatkan akses Kesehatan yang layak.

Tak hanya masalah Kesehatan, imbas dari ketidakpedulian ini adalah masalah psikologis, mental dan sosial baik untuk pasien maupun keluarga dan Masyarakat di sekitarnya.

Ingin Mengubah Stigma Negatif Penderita Kusta

Ratna Indah Kurniawati melihat kondisi ini saat ia ditunjuk mengelola program kusta di Puskesmas Grati. Sebagai perawat yang bekerja di puskesmas sejak tahun 2024, Ratna ingin mengubah stigma agar penderita kusta tidak lagi terkucilkan, namun memiliki kesempatan untuk berkarya dan bekerja.

Stigma negatif masyarakat kepada penderita kusta di Pasuruan Jawa Timur khussunya di Kecamatan Grati memang masih tinggi. Ada 400 penduduk dari 9 desa yang terkena kusta dan Sebagian mengalami kecacatan. Hamper semua perangkat desa antipati dan menganggap penyakit ini berbahaya dan menular.

“Karena penyakit yang pernah mereka miliki, mereka menjadi susah untuk bekerja. Hidup mereka harus bergantung dengan orang lain. Ditambah lagi penyakit kusta ini membuat penderitanya cacat tangan atau pun cacat kaki,” ucap Ratna.

Namun, Ratna membawa perubahan akan anggapan Masyarakat dan berhasil mengajak penderita kusta lebih peduli pada Kesehatan juga mendorong mereka untuk berkarya hingga memilki penghasilan sendiri. Bahkan Sebagian diantaranya sudah bekerja di luar daerah Pasuruan.

Ratna menceritakan bahwa para mantan penderita kusta sebenarnya ada yang sudah menyelesaikan pengobatan. Namun masih dianggap mengidap kusta dan dapat menularkan. Ia merasa kasihan  hingga akhirnya membentuk kelompok pemberdayaan.

Ratna mendatangi rumah warga satu persatu dan mengajak mereka untuk bergabung. Tidak semua yang menerima dengan tangan terbuka. Dari banyaknya rumah yang didatangi­ terkumpullah 25 orang yang mau bergabung.

Kegiatan Pembinaan Kelompok Perawatan Diri (KPD) Sehat Bersama

Kelompok Perawatan Diri (KPD) Sehat Bersama didirikan Ratna sebagai wadah untuk memberikan edukasi dan pendampingan kepada penderita kusta. Anggotanya berasal dari  endemis kusta seperti Desa Rebalas, Karanglo, Triwung, dan Kalipang. Setiap bulan mereka melakukan pertemuan secara rutin.

Awalnya Ratna sempat tidak diperbolehkan untuk mengadakan pertemuan penderita kusta karena khawatir akan menularkan penyakit ke Masyarakat. Namun berkat kesabaran dan pendekatan ke kepala desa, akhirnya mereka diizinkan dengan meyakinkan bahwa kusta tidak mudah menular.

Setiap pertemuan KPD, Ratna memberikan motivasi dan mengajarkan perawatan luka mandiri yang bisa mereka lakukan di rumah. Selain itu Ratna juga melakukan pemberdayaan kepada KPD dengan memberikan mereka pelatihan wirausaha guna membantu membiayai kehidupan sehari-hari diantaranya usaha ternak jangkrik, ternak kambing serta keterampilan menjahit.

Usaha Ratna ini juga didukung oleh Dinas Sosial. Pada tahun 2010, Dinas Sosial Kabupaten pasuruan mengulurkan tangan untuk bekerja sama. Sehingga Perempuan penderita kusta mendapatkan pelatihan menjahit dan menyulam jilbab. Selain itu Pemerintah Kabupaten Pasuruan juga menghibahkan mesin jahit sehingga anggota KPD mampu menghasilkan produk jilbab dan taplak meja yang dipasarkan di wilayah pasuruan.

Penderita Kusta Bisa Mandiri dan Berkarya

Berkat semangat membantu dan kerja keras Ratna. Jumlah peserta KPD terus bertambah setiap tahun. Dari 2010 hingga 2019 ada penambahan 20 hingga 50 orang. Lalu di tahun 2021 ada hamper 100 penderita kusta yang dibina di KPD Sehat.  Bahkan salah seorang penderita kusta, Ahmad, berhasil beternak jangkrik. Ia sudah memiliki usaha sendiri beternak jangkrik. Per bulan ia bisa memanen 26 kilogram jangkrik.

Semangat Ratna memberi jalan kepada mantan penderita kusta agar lebih produktif dan percaya diri ini pun mengantarkannya menjadi salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Awards pada tahun 2011 dari ASTRA.

Ratna membuktikan bahwa setiap orang mempunyai kesempatan untuk terus berkarya. Ia pun memberikan kita insiprasi untuk terus bermanfaat bagi sekitar tanpa pernah memandang latar belakang dan kondisi lingkungan kita saat ini.

 

Bagikan postingan ini :)

riafasha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *