Namanya ibu Lilis, salah satu ibu kantin asal Bandung yang bergabung dalam mentoring grup sosial media. Kebetulan saya dipercaya menjadi salah satu mentor grup untuk mengenalkan sosial media kepada ibu-ibu kantin.

“Susah sekali sekarang ini neng. Selama pandemi, ibu nggak bisa jualan di sekolah. Sudah coba jualan di rumah tapi sepi nggak rame seperti di kantin sekolah. Jadi ibu sekarang cuma jualan bensin aja” keluhnya di awal mentoring. 

Ibu yang umurnya menginjak 50 tahun itu mungkin sama dengan ibu kantin lainnya. Kesulitan ketika sekolah diliburkan mengingat mata pencaharian mereka bergantung dengan kantin sekolah. Ketika sekolah di liburkan? Tentu harus putar otak agar bisa memenuhi kebutuhan keluarga.

Bukan hanya pemilik kantin. Keluhan yang sama saya dengar dari teman-teman penggiat usaha kuliner di Bengkulu. Bahkan ada yang meminta bantuan agar usaha mereka nggak harus gulung tikar. Pendapatan selama pandemi menurun drastis. Jangankan untuk mengembangkan usaha, membayar operasional usaha saja sudah ngos-ngosan.

Digitalisasi, Peluang di Tengah Kesulitan Pandemi

Pandemi memang kejam. Tapi kita tidak bisa menghindar. Bertahan dan berusaha adalah kuncinya. “Lihat peluang” hal inilah yang mungkin bisa kita lakukan untuk tetap bertahan dalam kondisi yang serba sulit ini. 

Pandemi mengharuskan banyak aktivitas dibatasi. Pola hidup kita pun cenderung berubah. Apa sih yang paling kentara? Ya, saat ini semua sudah mulai beranjak ke era serba digital.

Sekolah? Saat pandemi siswa belajar daring.

Kerja? Ada namanya WFH (work for home)

Belanja? Apa lagi, makin banyak penyedia aplikasi belanja online yang memudahkan kita untuk tidak perlu keluar rumah jika membutuhkan sesuatu. 

Digitalisasi adalah peluang yang bisa menjawab keluh kesah pemilik usaha yang kesulitan bahkan hampir bangkrut karena tidak adanya pelanggan. Peluang ini harus segera diambil. Karena bagaimanapun kita tidak bisa menghindari ataupun menutup mata akan pentingnya internet dan media sosial sebagai salah satu sarana untuk memaksimalkan penjualan. 

Jika dilihat dari data penggunaan Internet di Indonesia ada sekitar 202,6 juta pengguna atau  73,7% dari jumlah populasi di Indonesia. Angka ini naik sebesar 15,5% atau bertambah kurang lebih 27 juta penduduk dibandingkan pada Januari tahun 2020.

Sedangkan  pengguna media sosial aktif ada sekitar 170 juta (61,8 % dari jumlah populasi di indonesia).  Dan penggunaan media sosial rata-rata orang Indonesia adalah 3 jam, 41 menit. Youtube, Whatsapp, Instagram dan Facebook dan Twitter adalah beberapa platform yang sangat diminati.

Dari data yang dikeluarkan oleh Hootsuite (we are social) tersebut kita bisa melihat bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia menggunakan media sosial dalam kesehariannya. 

Saya pun begitu, hampir setiap hari tak lewat mengintip sosial media. Selain itu berinteraksi dengan teman, membuat konten, mencari hiburan, sosial media juga menjadi media untuk berbelanja dan promosi. 

Media Sosial, Sarana Promosi Usaha Saat Pandemi

Balik lagi ke cerita Ibu Lilis dan ibu kantin lainnya di grup mentoring. Saya mencoba untuk ajak ibu-ibu kantin menggunakan sosial media untuk sarana promosi usahanya. Tidak mudah memang mengenalkan penggunaan sosial media kepada ibu kantin yang awam dalam penggunaan internet. Maklum, umur mereka tidak muda lagi. Namun karena kesungguhan, alhamdulillah 5 orang ibu yang saya mentor mampu membuat media sosial dan mulai rajin membuat konten untuk promosi usahanya. 

salah satu post ibu kantin yang mempromosikan produknya di instagram

Media sosial memang sangat disarankan untuk promosi usaha. Selain pengguna media sosial yang banyak, ada pula kelebihan yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha diantaranya:

  • Media sosial dapat di akses secara GRATIS. Semua fitur dapat dimanfaatkan selama kita punya akun di platform media sosial tersebut.
  • Tampilan media sosial USER FRIENDLY, jadi siapapun akan dengan mudah mempelajari dan memanfaatkannya.
  • Dengan media sosial, pelaku usaha dapat berinteraksi dengan pelanggan. Kita juga dapat melihat dan menjawab komentar-komentar pelanggan di kolom komentar maupun saling berbalas pesan melalui direct message.
  • Adanya penggunaan hastag yang dapat menjangkau pasar lebih luas
  • Media sosial dapat dijadikan KATALOG ONLINE produk usaha
  • Menghemat biaya sewa tempat, dengan menggunakan media sosial pelaku usaha bisa berjualan secara online tanpa perlu sewa toko
  • Bisa melakukan OPEN PO (pre order), jadi dapat meminimalisir kerugian karena stok produk terutama makanan terlalu banyak.

Dengan kelebihan sosial media tersebut, Ibu-Ibu Kantin di grup mentoring mulai semangat promosi usaha mereka. Meskipun tidak bisa berjualan di kantin, mereka mengaku sudah mulai share produk usaha melalui whatsapp, instagram dan facebook. Alhamdulillah, sudah mulai ada orderan karena mereka berjualan online. Tentu saja hal ini karena usaha mereka belajar membuat konten di sosial media dan rutin promosi.

The Power Social Media, Intip Kisah Sukses Moystuff_

Ini cerita adik saya. Owner moystuff_ dan moyclo, yang saat ini menjadi salah satu pemilik usaha di Bengkulu yang cukup terkenal karena produknya selalu dicari pelanggan. Saya saksi bagaimana media sosial membawa perubahan sangat signifikan akan usahanya.

Awalnya, moystuff_ yang ia bangun saat kuliah hanyalah sebuah online shop yang menjual peralatan ulang tahun berupa balon, bunting flag, dan stuff lain untuk memeriahkan ulang tahun. Saat itu, saya pun berjualan brownies pizza untuk melengkapi usahanya.

Saya menyadari dia punya passion di digital marketing. Apa yang ia jual secara online akan menarik orang lain. Hingga akhirnya, penjual balon seribuan itu kini punya outlet besar dan tokonya di instagram dan marketplace diserbu oleh pelanggan bukan hanya dari bengkulu, namun juga se-Indonesia hingga kini mulai ada pesanan dari luar negeri. 

Apa sih kuncinya? MEDIA SOSIAL. 

Yap, instagram punya peran besar bagaimana usaha ini berkembang. Dari follower ratusan  kini Moystuff_ punya follower 162 ribu. Dari untung yang cuma bisa buat beli bensin dan beli balon usaha kini sudah punya brand baju dan sepatu sendiri serta puluhan karyawan. Berikut beberapa tips yang mungkin bisa diterapkan oleh teman-teman pelaku usaha dalam menggunakan media sosial untuk usaha:

1. Konsisten

Terlihat mudah, tapi tidak banyak orang yang bisa konsisten dalam pengelolaan sosial media. Kebanyakan menyerah karena merasa tidak ada pelanggan yang datang. Namun, belajar dari moy, sejak awal mau ada atau tidak ada pelanggan, ia terus melakukan promosi dan memberikan update terbaru mengenai produk.

2. Ciptakan Konten Original

Posting foto memang mudah. Tapi kita bisa coba dengan membuat sebuah konten yang unik dan original. Sebaiknya post lah foto yang menarik dan foto yang memang foto barang kita orang meningkatkan kepercayaan pelanggan. 

3. Interaksi dengan Pelanggan

Pelanggan suka dengan online shop yang fast respon. Setiap ada pertanyaan melalui komentar dan DM segeralah untuk membalas agar mereka tidak beralih ke online shop lain.

4. Buat Branding Usaha

Setiap usaha punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk itu maksimalkan kelebihan itu untuk menjadi branding usaha. Misalnya usaha kita ingin dikenal sebagai brand fashion muslimah, maka ciptakanlah branding tersebut. 

5. Terus Belajar dan Inovatif

Sehebat dan selaris apapun produk kita. Tentu masih ada yang lebih hebat, untuk itu jangan berpuas diri. Lakukan upgrade ilmu dan inovasi produk agar lebih diminati pelanggan. 

6. Kolaborasi

Salah satu hal yang menjadi kunci cepatnya peningkatan penjualan online moystuff_ adalah kolaborasi yang konsisten dengan influencer yang followernya punya minat pada brand fashion. Awalnya Moy mencoba kolaborasi dengan influencer lokal, dan kini mulai merambah ke influencer yang lebih banyak followernya. Memang jika bicara soal biaya ini cukup menguras kantong, tapi efeknya jauh lebih besar asal pintar memilih influencer yang tepat. 

Kolaborasi pun bisa dilakukan sesama pemilik usaha. Misalnya ada yang punya produk kuliner bisa kerjasama dengan usaha produk kemasan sehingga bisa saling besinergi.

Media Sosial sebagai Media Edukasi

Semenjak pandemi, media sosial semakin digandrungi. Namun teman-teman, peningkatan penggunaan internet di Indonesia ini tidak diimbangi dengan pemahaman dan kecakapan digital penggunanya. Hal ini berimbas dengan banyaknya kejahatan di dunia cyber hingga maraknya berita hoax tersebar di media sosial seperti whatsapp dan facebook.

Pasti pernah mengalami nih saat salah satu anggota keluarga share berita yang nggak jelas kebenarannya? Nah saya juga pernah mengalaminya. Salah satunya adalah berita soal pengobatan covid dan vaksin yang dianggap membahayakan, akan ditanamkan chips, haram dan sebagainya. 

Duh benar-benar bikin gemes kan kalo sudah baca berita hoaks? Sayangnya nih banyak yang percaya bahkan share ulang berita hoaks tersebut sehingga makin banyak yang baca. 

Sedihnya, hoax ini bukan hanya buat orang jadi takut dan cemas selama pandemi. Saya pernah baca sebuah cuitan yang bikin pilu. Ia cerita ayahnya menolak ke rumah sakit saat terindikasi covid karena termakan berita hoax dan meninggal tanpa mendapatkan penanganan. 

Jangan sampai, hal ini terjadi sama kita guys. Media sosial jangan jadikan tempat untuk share berita bohong dan merugikan banyak orang. 

Jadikan Media Sosial untuk Mengedukasi Masyarakat

Udah nggak jamannya lagi kita bilang “itu bukan urusan gue”. Yap, selama pandemi harusnya kita makin punya empati untuk orang lain bahkan hal kecil sekalipun seperti berhenti share berita hoax. Hal ini yang disampaikan oleh salah satu mentor saya di JaWAra Internet sehat.

Ya awalnya saya pikir, sudah cukup saya diam tanpa mempedulikan apa yang orang-orang share di sosial media. Tapi ternyata kita bisa lo menjadi bagian dari perubahan untuk share konten-konten positif dan bermanfaat sesuai kapasitas kita masing-masing. Misalnya kita baru saja baca informasi terbaru di Indozone, setelah itu kita bisa share ulang di sosial media agar makin banyak yang dapat informasi penting dan bermanfaat seperti yang kita baca. Meskipun terlihat sederhana, bisa jadi ada orang yang sangat berterimakasih dan terbantu karena kita sudah bantu share konten tersebut. 

KONTEN vs KONTEN. Kita memang tidak bisa membendung peredaran informasi negatif di media sosial. Namun, kita bisa melakukan perubahan kecil dengan share informasi yang valid dan terpercaya. Kita juga bisa upload foto keindahan kota kita, upload info kesehatan yang bisa membantu follower kita, atau upload tips agar penjualan meningkat selama pandemi.

Ya balik lagi ke kesadaran masing-masing, mau memanfaatkan sosial media untuk kebaikan atau menjadi bagian orang yang suka sebar berita negatif. Kalau ada istilah mulutmu harimaumu, sekarang namanya MEDIA SOSIAL MU, HARIMAUMU. Setiap yang kita share sebaiknya penuh pertimbangan dan kesadaran. SARING sebelum SHARING. Jadikan media sosial sebagai sarana edukasi, bukan provokasi.

Masih banyak lagi kekuatan sosial media di era pandemi ini yang bisa kita dapatkan selama bijak menggunakannya. Semoga kita bisa menjadi bagian dari perubahan dan kemajuan!

Referensi:

https://www.indozone.id/news/ers7nRX/jumlah-pengguna-internet-indonesia-tembus-202-juta-ini-yang-sering-dilakukan-netizen/read-all

Bagikan postingan ini :)

riafasha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *