Sore ini hujan perlahan turun. Aku melihat langit yang berkabut dari kaca jendela. Sesekali menjawab pertanyaan polos dua lelaki kecil yang kini meringkuk kedinginan. 

Melihatku asyik melihat ke luar, mereka juga mendongakkan kepala. Kami terdiam bersama, memperhatikan sosok di luar sana, basah kuyup dan  tergesa-gesa mengambil sampah daun yang menutupi saluran air. Setelah selesai, Ia masuk ke dalam rumah. Terlihat puas karena genangan air di depan rumah perlahan surut. 

Lelaki dengan perawakan tinggi itu suamiku, teman hidupku selama hampir 10 tahun. Wajahnya terlihat lelah, namun senyumnya tetap mengembang sempurna. Memperlihatkan deretan giginya yang bersih dan rapi. Aku sebenarnya ingin menanyakan tentang rencana traveling kami yang entah tertunda beberapa kali. Tapi aku urungkan karena melihat urat menonjol di tepi dahinya. Ia sedang menahan migren.

Aku menghela nafas. Bertahun-tahun berumah tangga, aku kadang masih kekanak-kanakan. Kadang pula ingin terlalu sempurna seperti bahagianya foto-foto di instagram. Hingga melupakan kebahagiaan kecil di sekitarku. 

Ku lihat lagi teman hidupku itu. Punggungnya sudah tidak setegap dulu. Lalu perlahan aku bertekad untuk tak menyusahkan nya lagi dengan pertanyaan yang membebani hatinya. Lelaki mungkin terlihat begitu kuat, tapi banyak beban yang ia pikul apalagi saat tak bisa menggenapkan impian keluarganya. 

Impian soal traveling saat ini cukup aku tulis dan ku lafalkan dalam doa dulu. Tidak ada yang tahu keajaiban apa yang akan terjadi esok hari bukan? Satu impianku, mengajaknya untuk traveling lagi. Menikmati hobi kami dulu. 

Memperbaharui Rasa dengan Traveling

Sering aku merasa bersalah. Dulu, teman hidupku adalah seorang petualang. Ia kerap mengunjungi dan menjelajah tempat-tempat baru. Namun sejak menikah, ia tampak seperti sosok yang lain. Berbagai alasan mulai dari lelah hingga soal biaya membuatku banyak merenung. Apakah ia terbebani? Apakah tidak bahagia? 

Namun asumsi tentu tidak bisa menyelesaikan masalah. Salah satu kunci bertahannya rumah tangga adalah komunikasi. Hingga kudapat jawabannya, bahwa saat ini ia punya prioritas yang berbeda saat ini. Ingin mengembangkan karir dan menyiapkan tabungan untuk pendidikan anak-anak di masa depan. Namun tak pernah sekalipun ia menyingkirkan keinginan untuk menjelajah lagi. InsyaAllah kalau ada rezekinya. Begitu katanya. 

Lega rasanya saat tahu bahwa dia dan aku sama-sama punya impian yang sama untuk traveling. Aku membayangkan kami bergandengan tangan menjelajahi pulau indah di Indonesia timur. Menertawakan masa lalu atau sekedar mengaminkan impian-impian kami. 

Benarlah bahwa cinta perlu diperbarui, dipupuk lagi. Dan aku berharap dengan perjalanan bersama #TemanHidup, rasa yang mungkin kini terasa biasa bisa menjadi luar biasa. Semoga, di hari yang baik nanti. Entahkah dia ataukah aku yang akan membawa kami ke salah satu destinasi impian “Labuan Bajo”.

Labuan Bajo, Destinasi Impian Bersama #TemanHidup

Tinggal di barat Indonesia, membuatku kerap merindukan dan mendambakan bepergian ke daerah timur Indonesia. Labuan Bajo salah satunya. Salah satu destinasi impian yang menghadirkan sensasi traveling yang lengkap. Keindahan alamnya natural, ada wisata bahari baik itu pulau, pantai dan keindahan yang laut beragam, wisata budaya hingga menemui komodo, hewan dari zaman purbakala.

Adikku yang belum lama melakukan traveling ke Labuan Bajo pun menceritakan banyak hal. Satu hal yang ia katakan berulang-ulang “terbayarkan”. Perjalanan yang panjang, biaya yang tidak sedikit, hingga mukanya yang belang saat pulang rasanya sebanding dengan serunya ke Labuan Bajo. 

Lalu jika diminta menuliskan 3 alasan kenapa aku ingin pergi ke labuan bajo bersama #TemanHidup, mungkin 3 poin ini bisa jadi intinya diantara banyaknya alasan kenapa memilih Labuan Bajo:

  • Aku dan suami penyuka pantai. Labuan bajo sangat tepat karena menawarkan wisata bahari yang lengkap. Baik itu pulau, pantai hingga wisata bawah laut nya yang sangat indah. Aku ingin menghabiskan waktu bersama suami mengelilingi pulau Padar, Pulau Rinca, Pulau Kanawa dan Pulau Kelor. Lalu berjalan di tepi Pantai pink, berfoto dengan pasir merah jambu atau snorkeling melihat surga bawah laut Labuan Bajo. 
  • Bahkan aku pun telah membayangkan menginap beberapa malam di kapal agar wisata bahari kami makin menyenangkan.
  • Usai menikmati keindahan laut serta topografi pulaunya. Wisata budaya di Desa Wase Rebo adalah alasan kedua kenapa aku ingin ke Labuan Bajo. Melihat budaya lokal yang unik, rumah warga desa yang berbentuk segitiga hingga tertarik ingin mencoba kuliner khas NTT.
  • Bertemu Komodo. Selama ini hanya bisa melihat komodo lewat foto dan video atau cerita orang-orang. Aku berharap bisa berjumpa langsung dengan komodo. Hewan purba endemik. Setidaknya sekali seumur hidup.

Jika suatu saat nanti ada kesempatan untuk berkunjung ke labuan bajo. Aku ingin mewujudkan impian-impian itu. Meskipun belum tahun ini, setidaknya aku sudah mempelajari dan kepo-in  beberapa destinasi andalan disana. Hal ini juga diingatkan oleh adikku.

Research tempat wisata yang worth serta penginapan yang sesuai itu penting dilakukan jauh-jauh hari sebelum keberangkatan. Jangan sampai tiket dan uang yang kita keluarkan jadi sia-sia karena tidak membuat itenary yang tepat. 

Rencana Impian ke Labuan Bajo

Persiapan keberangkatan sangat penting nih agar traveling jadi lancar dan menyenangkan. Beberapa hal yang perlu disiapkan selain perlengkapan pribadi adalah tiket, hotel, rencana destinasi wisata, jasa tour jika diperlukan, hingga uang lebih untuk eksplor kuliner dan oleh-oleh untuk dibawa pulang.

Berikut rencana yang ingin aku lakukan di Labuan Bajo bersama #TemanHidup

1. Menginap di Loccal Collection Hotel Komodo

Loccal Collection Hotel (sumber foto : Traveloka)

Perjalanan dari Bengkulu – Labuan Bajo cukup panjang karena harus transit di Jakarta dan Bali. Setelah tiba di Labuan Bajo berharap bisa istirahat dulu di tempat yang nyaman dengan pemandangan pantai yang indah. Untuk itu aku jatuh hati dengan salah satu hotel yang sering di review yaitu Loccal Collection Hotel Komodo. Hotel ini terletak di Jl. Raya Binongko –  Kelurahan Labuan Bajo, Manggarai Barat NTT. 

Loccal Collection Hotel Komodo ini unik dan cantik. Bangunannya didominasi dengan warna biru dan putih yang katanya mirip Santorini. Jarak dari bandara juga nggak terlalu jauh. Fasilitasnya keren, ada infinity pool dan pemandangan laut lepas Bajo dan teras langit yang ingin nyobain privat dinner. 

Di hari pertama tiba di labuan bajo aku ingin menikmati sunset dari Loccal Collection Hotel sambil beristirahat untuk trip esok harinya. Pasti cantik banget, potret matahari terbenam dengan latar laut Labuan Bajo yang dihias pemandangan kapal-kapal penisi yang bersandar di pinggir pantainya. 

Pemesanan Loccal Collection Hotel Komodo ini bisa dilakukan di aplikasi Traveloka, aku liat juga banyak promonya. 

Kita bisa mencari di menu Traveloka Hotel. Jadi membantu banget deh buat save budget. Ada banyak juga sih promo hotel lainnya di Labuan Bajo kalo kalian berencana mau kesana. Yang juga menarik hatiku adalah Ayana Komodo Waecicu Beach dan Meruorah Komodo Labuan Bajo. Penginapan dengan latar pemandangan birunya laut yang indah pasti membuat ku nggak ingin pulang.

2. Sailing Trip  3 Hari 2 Malam

Labuan Bajo dikelilingi pulau-pulau cantik. Sayang rasanya datang kesini tanpa mengelilingi setiap keindahan pulau yang ada. Salah satu cara untuk berpetualang keliling pulau adalah menggunakan kapal yang disana juga ada kamar untuk menginap. 

Di Traveloka kita juga bisa memesan layanan tur selama 3 hari 2 malam untuk menikmati keindahan pulau dan pantai. Melakukan aktivitas snorkeling atau menikmati pemandangan matahari terbir di Pulau Pandar. 

  • Pulau Kelor 

Pulau pertama yang dikunjungi adalah Pulau Kelor,  pulau kecil dengan pasir putih dan tanaman hijau di tengahnya, serta riak-riak kecil ombak yang tenang di perairan sekitarnya. Meskipun sepi, pasir disini sangat lembut, airnya jernih dan terumbu karangnya cantik membuat kita betah berlama-lama menghabiskan waktu bermain air di sini. Pemandangan bawah airnya juga tak kalah cantiknya. Ada aneka ikan warna warni yang sangat lucu. 

  • Short Trekking di Pulau Rinca untuk Bertemu Komodo

Aku baru tahu bahwa tak hanya di Pulau Komodo saja kita bisa melihat hewan purba itu. Di pulau Rinca kita bisa juga melihatnya karena disini juga merupakan habitat asli komodo dengan populasi terbanyak kedua setelah pulau Komodo. 

Aku pun membayangkan akan menikmati pemandangan indah jajaran bukit dan hamparan laut biru sepanjang trekking. Bukit yang akan berubah warna kuning selama musim kemarau dan berwarna hijau saat musim penghujan. Pasti akan menyenangkan sekali melihat hamparan laut biru dipadukan dengan perbukitan eksotis di bukit Pulau Rinca. 

  • Sunset di Pulau Kalong

Pulau kalong tak jauh dari Taman Nasional Komodo.  Kita akan melihat banyaknya pohon yang jadi habitat kelelawar raksasa atau kalong. Sesuai dengan namanya. 

Keindahan pulau Kalong akan sangat terasa saat senja mulai datang. Menjadi salah satu yang paling indah di Taman Nasional Komodo. Ribuan kalong akan berterbangan menyambut langit senja dengan jingga yang memudar. 

  • Melihat Sunrise di Pulau Padar

Impianku bisa berfoto di salah satu spot terbaik Pulau Padar bersama Teman Hidupku. Sebuah surga tersembunyi Labuan Bajo. di sekitar pulau ini ada pulau kecil dengan keunikannya masing-masing. Makin lengkap dengan hamparan pink beach yang memukau. Ingin rasanya bermain air, bermain pasir dan snorkling disana. 

Bukit yang berada di Pulau Padar juga menawarkan keindahan panorama yang memukau. Jajaran pulau dan birunya laut memanjakan mata. Meskipun harus melewati perjalanan trekking yang cukup melelahkan  ke bukit tertinggi ini. Semua terbayarkan dengan keindahan yang didapat. 

3. Wisata budaya di Desa Wae Rebo

Setelah puas menjelajahi pulau dan bertemu komodo. Impian ku yang ketiga adalah mengunjungi Wae Rebo, desa yang masih mempertahankan rumah tradisional berbentuk kerucut sekaligus melestarikan warisan adatnya. Sebagai orang keturunan minangkabau, desa Desa Wae Rebo ini mencuri perhatian karena ternyata masih memiliki garis keturunan dari Suku Minangkabau. Konon ada seorang asli Minangkabau bernama Empo Maro berlayar dari Pulau Sumatera hingga ke Labuan bajo. 

Selain liburan, aku ingin melihat sisi dunia yang berbeda dari kehidupanku. Belajar  budaya dan kisah hidup suku Manggarai yang dihuni oleh ribuan orang namun tetap mempertahankan budaya nenek moyangnya. Aku pun tertarik merasakan tinggal langsung di rumah tradisional dan menikmati pemandangan indah karena desa ini dikelilingi hutan yang lebat atau melihat sawah berbentuk lingkaran yang menyerupai jaring laba-laba. 

Untuk melakukan tur ke Desa Wae Rebo pun saat ini sangat mudah karena bisa melakukan pemesanan di aplikasi traveloka. 

Membayangkannya saja sudah membuatku bahagia. Apalagi jika benar-benar terwujud bisa traveling bersama teman hidupku. Semoga ya suatu saat nanti bisa terwujud itenary impianku ini. 

Kalian punya destinasi impian juga? Ayolah tulis lagi impianmu bersama Traveloka. Pesan tiket pesawat, booking hotel murah maupun pesan tour juga gampang bikin liburan jadi menyenangkan. 

Yuk kita #LihatDuniaLagi dan bikin #StaycationJadi dengan Traveloka! 

Langsung aja meluncur ke Traveloka lewat link ini:  https://trv.lk/kompetisi-lihatdunialagi-bloggerperempuan

Bagikan postingan ini :)

riafasha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *