Pasar tradisional punya tempat spesial di hati masyarakat kota Bengkulu. Setidaknya bagi keluarga saya. Sejak saya kecil Pasar Tradisional adalah tempat menyambung hidup keluarga. Bagaimana tidak, hingga saat ini setiap harinya Ibu berangkat ke pasar tradisonal untuk membeli berbagai macam barang kebutuhan juga sayur mayur yang nantinya akan dijual kembali di warung kecil kami di rumah.

Tidak banyak untungnya, namun berkat keikhlasan dan kerja keras, warung itu telah mengantarkan saya hingga jenjang sarjana, adik saya yang pertama sedang menyusun skripsinya, adik kedua bulan depan menyelesaikan pendidikan Polisinya, dan si bungsu yang tahun ini akan masuk ke universitas juga.

Peran Pasar Tradisional pun dirasakan banyak kalangan mulai dari penjual, pembeli baik yang berasal dari ibu rumah tangga biasa hingga warung makan. Di Kota saya sendiri ada tiga Pasar Tradisonal yang masing-masing punya pelanggan yang cukup banyak.

Pasar Minggu

Pasar minggu dulu menjadi pasar favorit masyarakat Kota Bengkulu dan sekitarnya. Geliat aktivitas di Pasar ini biasanya dimulai sejak dini hari, karena beragam kebutuhan sembako dan kebutuhan umum lainnya dijual di bagian pasar yang disebut Pasar Subuh dan berakhir di siang hari. Sekarang Pasar Subuh sudah dipindahkan ke Pasar Barukoto yang nanti akan saya ceritakan. Kini lantai atas Pasar Minggu menjual pakaian siap pakai, sepatu dan tas. Sedangkan lantai bawah terdapat penjual kain, gorden, dan beberapa tokoh keperluan rumah tangga, pernak pernik hingga kosmetik. Pasar ini kini tidak seramai dulu saat Pasar subuh masih ada. Apalagi sekarang dikawasan ini telah dibangun Mega Mall sehingga banyak orang lebih memilih berbelanja ke Mall.


Pasar Barukoto

Pasar Barukoto terbagi dua. Barukoto I yang merupakan sentra penjualan pakaian dan kuliner. Sedangkan Barukoto II yang merupakan sentra Pasar Subuh yang dipindahkan dari Pasar Minggu. Pasar Barukoto II pun bertingkat. Nah Ibu saya biasanya beli sayur ke pasar ini. Pasar Barukoto ini terlihat lebih kondusif karena tertata rapi dan tidak becek seperti di pasar Minggu dulu. Pembagian tempat berjualan pun tertata. Ada bagian yang memang menjual ikan dan daging di bagian kanan Pasar. Di tengah-tengah tempat sayur-sayuran. Sedangkan di bagian bawah ada toko untuk membeli bahan kebutuhan harian seperti minyak, gula dsb.

Sebagai Ibu Rumah Tangga saya juga paling sering kesini. Penjualnya ramah, harganya pun standar. Nggak capek muter-muter pasar karena pasarnya rapi. Kalo udah lapar tinggal ke bawah pilih berbagai kuliner enak untuk sarapan. Yang paling ajib itu lontong sayur pakis super pedas dengan harga Rp.5000 ditambah sala lauknya seharga seribu rupiah hihiii… Dijamin kenyang

Pasar Panorama

Pasar Panorama terletak kelurahan Panorama Kota Bengkulu. Pasar ini cukup luas dan lebih nampak sebagai pasar tradisional. Pedagang berjualan memenuhi areal pasar dengan lapak-lapak dan kios-kios sederhana. Secara umum pedagang di pasar ini menjual kebutuhan dapur seperti buah-buahan, beras, sayuran, bumbu, cabe, bawang, ikan, daging sapi dan ayam. Di tengah pasar terdapat bangunan  yang menjual pakaian dan elektronik

Pasar Panorama ini beroperasi hampir 24 jam. Kegiatan jual beli antara masyarakat dengan pedangan berlangsung mulai pukul 04.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Setelah itu hingga pukul 04.00 WIB berlangsung kegiatan jual beli antara pemasok komoditi pasar dalam skala besar kepada pedagang yang akan menjual kembali komoditi tersebut. Pada musim buah-buahan  tertentu, pada pasar ini dibanjiri oleh buah buahan seperti durian dan duku.

Saya termasuk jarang ke pasar ini karena letaknya yang cukup jauh dari tempat tinggal saya. Tempat nya juga sedikit berantakan karena kurang tertata. Tapi karena harga barang-barang disini jauh lebih murah, pembeli tetap banyak berdatangan ke pasar ini.

Walaupun telah banyak toko-toko modern, ternyata pasar tradisonal tetap spesial di mata masyarakat. Harapannya semoga pasar tradisional di kota saya bisa menata diri menjadi lebih baik dan menarik. Sehingga masyarakat akan tetap setia berkunjung kesana.

Ini cerita tentang Pasar Tradisional di kotaku, bagaimana dengan pasar di kotamu?

Tulisan ini dibuat untuk menjawab tantangan #nulisserempak dari Blogger Bengkulu tentang #pasardibengkulu

Baca juga tulisan tentang Pasar di Bengkulu diblog teman-teman saya
Apura http://katapura.com/
Komi Kendy http://komikendy.com/
Prio Susanto http://www.jalanjalankita.com/
Ria Kurniasih  http://momsodell.com/

Bagikan postingan ini :)

riafasha

16 Komentar

  1. Penasaran sama lontong sayur pakis super pedas.

  2. Kok aku fokus ke lontong sayur pakisnya ya? wkwk

    @onlykharisma

  3. Nama pasarnya bagus, Mba.. Pasar Panorama. Kalau di tempatku nama pasar mengikuti nama desanya.. Ada lagi nama pasar yang ngikutin nama hari jawa. Pasar wage sama pasar kliwon. 😀

  4. Iya bener kata Mbak El, namanya bagus, pasar panorama 😀

    @umimarfa

  5. duh jam segini liat di postingan ada lontong sayur pakis harga lima ribu jadi lapeer. setuju sama mba Elisa. bagus nama pasarnya yang panorama 🙂

    @gemaulani

  6. Saat ini memang sudah banyak pasar2 modern, tapi pasar tradisional tetap di hati.

  7. Pasar Panorama rupanya karena nama daerahnya Panorama ya?!
    Seperti yang saya katakan di artikel kalau sebuah daerah juga dikenal dengan nama pasar yang sama namanya

    @amma_chemist

  8. sama deh. saya terkesan sama nama Pasar Panorama. mengingatkan saya akan rumah kontrakan dulu, kompleks rumah petak panorama. eh oot.

    saya senang kalo pasarnya sampe sore. kadang kan sore-sore mau masak apa gitu tapi ternyata di rumah ga ada. nah kalo ada yang masih jualan kan sangat membantu.

    @diahdwiarti

  9. Lontong sayur pakis… mau dong… 🙂

  10. rumahku dekat dengan pasar, jam 2 pagi udah rame orang lalu lalang depan rumah 😀

  11. Iya, nama pasarnya keren yah. Panorama.

  12. lontong sayurnya bikin ga konsen 😀
    @aleksdejavu

  13. memang masih paling enak di pasar tradisional. kangen sama suasana ramenya dan canda tawa orang orang yang jual beli

  14. Wah 3 pasar sekaligus. Mba Dia borong? Hihihi…

  15. Pasar Tradisional emang punya daya pikat bagi semua masyarakat tidak memandang status di masyarakat. Pokoknya kalo pergi ke pasar itu bikin hati riang meski kantong kosong setelahnya, ha…ha….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *