Memiliki anak adalah impian setiap pasangan yang telah menikah. Kehadiran buah hati dinanti-nanti untuk semakin melengkapi kebahagiaan keluarga. Saya pun begitu, saat tahu sedang hamil hati pun berbunga-bunga, bercampur perasaan bahagia, haru, juga cemas tidak bisa melewati masa kehamilan dengan baik. Beragam cerita melahirkan terbayang di pikiran.

Minum Susu untuk Ibu Hamil

Saya sempat curhat dengan bidan dimana saya sering kontrol saat hamil Ubay. Karena punya pengalaman keguguran sebelumnya, saya diminta hati-hati terhadap kandungan. Bukan berarti tidak boleh beraktifitas, tapi harus mengurangi kegiatan berat saat hamil muda. Suami akhirnya menyarankan saya untuk tidak bekerja lagi dan fokus dengan kehamilan. Ya, saya berusaha menjaga janin di dalam perut sebaik mungkin, mengkonsumsi makanan yang dianjurkan. Saat hamil trimester pertama saya mual muntah parah, setiap makanan yang masuk keluar lagi, jadi agar tetap bertenaga saya minum susu buat ibu hamil yang cepat menyerap ke tubuh.

Rutin kontrol ke bidan atau dokter paling tidak sebulan sekali juga membantu saya untuk mempelajari banyak hal perihal kehamilan dan proses melahirkan. Memasuki usia kandungan 7 bulan saya pun setiap minggu rutin melakukan senam hamil dan mengkonsumi penambah darah setiap hari. Penambah darah mengurangi resiko pendarahan saat melahirkan.

Kebahagiaan saya berubah kecemasan karena saat HPL tidak juga ada tanda-tanda akan melahirkan. Bidan menganjurkan untuk menunggu maksimal satu minggu lagi dan USG ke dokter. Dokter pertama yang saya temui, secara mengejutkan menyuruh saya untuk operasi karena katanya Placenta menghalangi jalan lahir (Placente Previa). Saya menangis saat itu, saya tidak ingin operasi. Bidan tempat saya kontrol tidak percaya, dan menyarankan untuk periksa ke dokter lain karena selama memeriksa saya, bu bidan tidak menemukan tanda-tanda adanya placenta previa.

Pengalaman Hamil

Dokter kedua mengatakan kondisi janin saya baik-baik saja, hanya air ketuban saya mulai berkurang, jika terlalu lama ditunggu akan terjadi pengapuran dan menyarankan malam itu juga saya harus diinduksi. Sungguh pilihan yang sulit sekali. Hingga akhirnya saya mempercayai dokter ketiga (dokter senior) yang mengatakan janin saya baik-baik saja, ketuban masih cukup untuk melahirkan normal, tunggu saja katanya karena si bayi masih betah di rahim ibunya. Saya tertawa saat itu, dan agak lega.

Apa yang saya tunggu akhirnya datang, kontraksi nyut-nyut yang tak bisa digambarkan dan dijelaskan dengan kata-kata. Inginnya bolak-balik, inginnya si bayi cepat keluar. Tapi Allah punya rencana lain, Kamis dini hari saya sakit, Jumat malam pun bayi tak keluar dan bukaannya pun lambat sekali berjalan, 2 hari 2 malam dengan kontraksi luar biasa saya diajarkan untuk sabar, diberi banyak waktu untuk beristigfar, dan yang saya ingat saat itu adalah Ibu  dan banyak keburukan yang pernah saya perbuat di masa lalu. Saya berdoa pada saat itu, Ya Allah saya ikhlas dengan rasa sakit ini, apapun yang terjadi akan saya jalani, izinkan bayi dalam perut saya lahir ke dunia, ampunkan dosa yang saya perbuat jika ini adalah akhir perjalanan saya di dunia. Dan saya bahkan sempat terbesit ingin bicara ke suami (walau tak terucap) jika sesuatu terjadi pada saya, saya rela dia menikah lagi asalkan tetap merawat ubay dengan kasih sayang. *saatitubenaransedihdanpasrah

Sabtu subuh, 18 oktober, bukaan saya naik ke bukaan 9, saya sumringah dan tak sabar bukaannya penuh. Saat ketuban pecah, wajah bidan berubah cemas, saya diminta untuk menahan untuk tidak mengedan walau saya sudah tak tahan ingin mengedan. Ketuban saya infeksi, dan kalau saya memaksa untuk mengedan melahirkan bisa berbahaya untuk si bayi. Saya lemas lagi, saya dibawa ke rumah sakit saat itu juga, kontraksi yang menjadi-jadi sebelumnya perlahan berkurang. Saya pasrah dan tak tahu bagaimana lagi. Bukaan saya pun berkurang, ke bukaan 7. Dokter menyarankan untuk operasi karena tidak bisa menjamin janin selamat karena infeksi ketuban. Ditambah, kontraksi saya menghilang dan artinya tidak bisa mengedan.

Pukul 08.00 bayi saya lahir dengan jalan operasi caesar. Mata ubay ternyata sempat terkena ketuban dan namun karena penanganan cepat dari dokter Alhamdulillah sekarang baik-baik saja. Operasi pun berjalan lancar. Walaupun akhirnya dioperasi, bahagia sekali rasanya bisa melihat bayi mungil yang selama ini dinanti. Dan kini bayi itu telah tumbuh besar dan bulan depan genap 2 tahun. Luka operasi kadang masih terasa ngilu. Tapi semua itu tak berarti karena kehadiran Ubay yang menyembuhkan semua pedih.

Bagikan postingan ini :)

riafasha

1 Komentar

  1. proses sepanjang hamil dan melahirkan menjadi momen yang tak pernah terlupakan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *