Apa pandangan teman-teman tentang pentingnya kesehatan? Bagiku kesehatan adalah salah satu rezeki terbesar dalam hidup ini. Pengalaman melewati momen anakku berjuang saat kritis di ruang NICU, rasanya sudah cukup menjadi bukti bahwa dibanding kekayaan dan jabatan, kesehatan adalah hal utama.

Dengan tubuh yang sehat, kita bisa bekerja untuk menafkahi keluarga. Tubuh yang sehat juga memberikan perasaan bahagia, nyaman dan tentram. Bayangkan jika kita sakit. Jangankan ingin mencari uang, makan aja mungkin kesulitan. Jadi tak salah jika ada yang menyebut bahwa kesehatan itu mahal harganya.

Kita yang tinggal di perkotaan beruntung, akses kesehatan cukup memadai. Ingin berobat ke fasilitas kesehatan pun mudah, dekat, dan ada yang gratis. Informasi mengenai kesehatan juga sering kita dapatkan melalui penyuluhan ataupun kanal media digital.

Bayangkan jika kita tinggal di pelosok negeri yang penuh keterbatasan akses informasi dan kesehatan. Pasti sering dilanda cemas dan kebingungan.

Nyatanya, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Kalaupun ada tenaga medis di sana, jumlahnya tak seberapa.

Hal inilah yang membangun semangat Marsellius Wellip untuk mengabdikan dirinya pada masyarakat yang minim akses kesehatan di Distrik Towe. Sejak kecil ia telah bertekad ingin menjadi mantri atau perawat demi menolong orang-orang sekitarnya.

Berkenalan Dengan Marsellinus Wellip

Marsellinus Wellip adalah seorang mantri penerima Satu Indonesia Awards ASTRA tahun 2014 di bidang Kesehatan. Ia tinggal di pedalaman Papua tepatnya di Distrik Towe, Kabupaten Keerom.

Sejak kecil Marsellinus telah biasa menjalani hari penuh keterbatasan tanpa sarana kesehatan yang memadai. Suatu hari, pernah ayahnya jatuh sakit. Beruntung ada seorang mantri kesehatan yang bersedia datang membantu meringankan sakit sang ayah. Dedikasi mantri tersebut terus tersimpan dalam memori marsellinus hingga dewasa. Ia pun bercita-cita akan kembali ke kampungnya untuk mengabdi sebagai petugas kesehatan.

Demi merajut mimpinya, Marsellinus memilih melanjutkan Pendidikan di Akademi Poltekkes Jayapura. Selepas pendidikan, ia ditempatkan di Puskesmas Distrik Arso Keerom sebagai kepala TU. Lalu demi menunaikan impiannya, Dia mengajukan pindah ke kampung halaman untuk menjadi mantri di Distrik Towe. Bekal selama pendidikan tersebut akan ia terapkan di kampungnya.

Marsellinus akhirnya menjadi mantri kesehatan pertama di Distrik Towe yang dihuni oleh mayoritas warga asli papua. Kondisi kampung ini tidak jauh berbeda sejak ia kecil. Setidaknya ada 1900 warga yang tersebar di tujuh kampung. Distrik ini benar-benar jauh dari akses kesehatan. Untuk keliling kampung, butuh usaha karena medan nya yang berat dan transportasi umum yang nyaris tidak ada.

Menyusuri Lembah, Menyebrangi Sungai untuk Mengabdi

Pengabdian Marsellinus penuh rintangan dan perjuangan. Lelaki yang penuh mimpi itu terus mengunjungi kampung-kampung yang ada distrik Towe. Perjalanannya ibarat ninja, keluar masuk hutan, menyusuri lembah dan ngarai yang licin dan lembab, hingga menyebrangi sungai lebar demi menemui warga yang membutuhkan bantuan kesehatan.

Tak jarang ia memakan waktu berhari-hari untuk tiba di suatu kampung atau harus mengunjungi pasien sampai ke tengah rimba. Namun meski melelahkan, Marsellinus pantang mudur melanjutkan jalan pengabdiannya. Semuanya ia lakukan dengan tulus untuk membantu sebanyak mungkin warga yang keterbatasan akses kesehatan.

Warga distrik Towe merasa terbantu dengan kehadiran Marsellinus sebagai mantri. Selain mengobati, ia juga berbaur dengan semua masyarakat agar lebih mudah melakukan penyuluhan kesehatan, imunasi dan mengaktifkan posyandu disana. Ia menyadari bahwa proses edukasi kesehatan harus dilakukan secara bertahap agar masyarakat lebih mudah menerima.

Berdirinya Puskesmas Distrik Towe

Cita-cita Marsellinus masih panjang, ia berharap masyarakat memiliki fasilitas kesehatan yang layak agar keluarga mereka senantiasa terjaga kesehatannya. Untuk itu ia melanjutkan Pendidikan kembali di akademi Poltekkes Jayapura tahun 2013.

Ia berharap bisa menjadi Kepala Puskesmas di Towe, karena pada saat itu Distrik Towe belum memiliki puskesmas sendiri. Ia menyadari bahwa untuk bisa membantu lebih banyak masyarakat, ia harus memiliki Pendidikan yang memadai.

Selesainya Pendidikan, Marselinuss mengajukan usulan kepada Dinas Kesehatan Jayapura untuk memberikan fasilitas Kesehatan bagi Ditsrik Towe. Berkat kerja kerasanya, Distrik Towe memiliki dua puskesmas di akhir tahun 2014 dan ia menjadi Kepala Puskesmasnya.

Marsellinus pun dibantu dengan kehadiran beberapa tenaga kesehatan yang memudahkan masyarakat sehingga lebih cepat mendapatkan layanan dan konsultasi kesehatan. Peralatan medis pun lebih memadai dibanding saat ia jadi mantri sebelumnya.

Jejak pengabdian Marsellinus ini menjadi inspirasi bagi anak muda Indonesia untuk menerapkan ilmu yang di dapat di bangku perkuliahan demi menolong orang lain. Tak salah jika ia menjadi salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2014. Di Tengah keterbatasan tempat tinggal, Marsellinus tetap teguh menimba ilmu dan membaktikan hidupnya untuk peningkatan akses Kesehatan Masyarakat di Distrik Towe.

Bagikan postingan ini :)

riafasha

2 Komentar

  1. Salut dengan Marsellinus yang membaktikan dirinya kembali ke masyarakat Distrik Towe. Kesehatan memang hal yang sangat penting untuk kehidupan. Dan sayangnya akses ke pelayanan kesehatan belum sepenuhnya rata dan baik. Semoga kisah-kisah seperti ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk bisa melakukan hal serupa di bidang apa pun.

  2. Sosok yang sangat berjiwa pahlawan sesungguhnya. Tidak peduli betapa sulitnya menuju pasien, Beliau mau mengobatinya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *