Senyum menjadi ekspresi bahagia yang layaknya dimiliki semua orang. Namun, tak sedikit anak dilahirkan dengan bibir yang kurang sempurna. Tak jarang kondisi bibir sumbing ini menyulitkan mereka untuk tersenyum, bahkan menjadi bahan ledekan orang-orang sekitar.

Hal ini juga dirasakan Rahmad Maulizar (29), warga Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Ia lahir dengan kondisi bibir sumbing dan saat kecil sering menjadi sasaran perundungan oleh teman-teman sekolah. Mereka meniru suara Rahmad yang sengau hingga Ia harus selalu bahwa ketapel dan pasir untuk melindungi diri saat di ejek.

Apa Rahmad tak sedih? Tak terbilang berapa banyak airmata yang dijatuhkannya. Kerap ia menangis di pangkuan ibunda. Ibunya, selalu membesarkan hatinya bahwa kekurangannya adalah kelebihan dalam bentuk lain.

Untuk anak seusianya kala itu, menghadapi perundungan bukan hal yang mudah. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, belajar dan membantu ibunya dibanding bergabung bersama teman-teman. Meski begitu ia tidak pernah kecewa pada Tuhan, karena ia yakin itulah pemberian yang terbaik.

Perjuangan Rahmad Mengembalikan Senyum Penderita Bibir Sumbing

Lahir dari keluarga sederhana, Rahmad merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Ia mengalami kelainan bibir sumbing bukan karena gen atau keturunan melainkan karena Ibunya pernah jatuh saat hamil. Selama 18 tahun, Rahmad memimpikan bisa tersenyum dengan lepas tanpa beban. Keinginan sederhana itu Ia usahakan dengan menjalani lima kali operasi sejak tahun 2008 hingga 2011. Beruntung, ia mendapatkan operasi gratis hingga bisa tersenyum seperti sekarang.

Kesembuhan Rahmad membuatnya bertekad agar orang lain juga merasakan kebahagiaan sepertinya. Rahmad pun mulai berkecimpung di Yayasan Smile Train Indonesia sebagai relawan yang mencari dan mendampingi penderita bibir sumbing untuk dioperasis secara gratis.

Program yang ia jalankan ini murni bertujuan sosial. Rahmad mendatangi satu persatu pasien bibir sumbing dan mengajak mereka untuk mendapatkan pelayanan operasi bibir sumbing gratis.

Jika mendapat kabar ada anak yang menderita bibir sumbing, Rahmad segera menyambangi rumahnya meski berada di daerah terpencil. Dia mengakui bahwa banyak diantara pasien merupakan anak keluarga miskin yang jauh dari akses informasi. Jadi ia harus mendatangi langsung.

Awalnya, Rahmad berkeliling di Kawasan Aceh Barat dan Nagan Raya. Kini ia sudah mendatangi 23 Kabupaten/Kota di provinsi Aceh hingga daerah terpencil seperti Lokop di Kabupaten Aceh Timur dan  Peunaron yang berjarak 500 kilometer dari Banda Aceh.

Ia pun dikenal sebagai Rahmad Smile Train. Ia pun sangat bahagia berbagi informasi bermanfaat untuk pendirita bibir sumbing. Selain mengajak mereka untuk mendapatkan layanan Kesehatan gratis, Rahmad juga berbagi pengalaman nya dan mengedukasi Masyarakat terkait bibir sumbing.

Layanan Edukasi dan Operasi Gratis

Rahmad pun memastikan para penderita mendapat pelayanan operasi gratis dari Smile Train Indonesia, yang berkolaborasi dengan Rumah Sakit Malahayati Banda Aceh. Untuk mendapatkan operasi gratis ini tidaklah sulit. Penderita minimal berusia 3 bulan dengan berat badan 5 kilogram. Lalu untuk penderita langit-langit bocor, usia minimal 9 bulan dengan minimal berat badan 10 kilogram dan semua pasien harus dalam keadaan sehat.

Selain bergabung menjadi relawan, Rahmad pun mencertuskan program Pemberi Senyum dan Harapan Hidup Baru Anak-anak Sumbing di Aceh. Hal ini sebagai Upaya pendampingan dan pelayanan Kesehatan operasi gratis bagi penderita bibir sumbing dan langit-langit mulut.

Sepak terjang Rahmad ini membuka banyak kesempatan bagi penderita bibir sumbing untuk mendapatkan senyum yang mereka impikan. Karena awalnya mereka tidak banyak yang tahu bahwa bibir sumbing bisa dioperasi, khususnya masyarakat Aceh pedalaman mengira langit-langit bocor dan bibir sumbing tidak bisa disembuhkan.. Sebagian yang lain beranggapan bahwa operasi membutuhkan biaya yang besar.  Sehingga mereka pasrah dengan keadaan diri dan anak mereka.

Kekhawatiran masyarakat juga terkait biaya lain yang harus dikeluarkan. Meskipun operasi gratis, mereka khawatir akan keluar biaya transportasi dan penginapan apalagi yang rumahnya jauh dari Banda Aceh. Hingga edukasi dari Rahmad membawa harapan baru. Pendekatan persuasive yang dilakukan Rahmad cukup efektif. Ia menjadikan dirinya sebagai contoh penderita bibir sumbing yang berhasil menjalani operasi dan kini sudah sehat dan hidup normal. Ia meyakinkan pasien dan keluarga bahwa bibir sumbing bisa disembuhkan.

Rumah Singgah Senyum Penderita Bibir Sumbing

Untuk biaya transportasi dan penginapan, mereka dibantu dengan adanya Rumah Singgah Senyum yang dirikan Rahmad dari hasil donasi dari para mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Donasi tersebut menjadi rumah singgah sederhana untuk keluarga pasien yang menjalani operasi gratis di Banda Aceh. Pasien yang berasal dari pelosok desa bisa cukup istirahat di rumah singgah.

Program sosial yang dijalani Rahmad ini telah membantu mengoperasi sekitar 5000 penderita bibir sumbing dan langit-langit bocor. Jika operasi mandiri, biayanya sekitar 25 juta, sementara pendrita bibir sumbing banyak yang berasal dari keluarga miskin. Hal ini membuat mereka sangat terbantu.

Operasi gratis itu mengembalikan senyum penderita yang sempat hilang. Ia sangat Bahagia karena bisa bermanfaat bagi orang lain sehingga anak-anak penderita bibir sumbing bisa lebih percaya diri.

Tidak hanya menolong penderita bibir sumbing dan langit-langit bocor, Rahmad juga aktif menggalang donasi untuk memenuhi kebutuhan Masyarakat termasuk mereka yang terdampak covid-19. Ia terus menebar kebaikan dengan melakukan kegiatan positif.

Ketulusan Rahmad ini memberi banyak inspirasi bagi pemuda Indonesia. Ia pun menjadi Penerima Apresiasi Satu Indonesia Award Tingkat Provinsi dari Astra (2019). Ia membuktikan bahwa setiap orang bisa bermanfaat untuk orang disekitarnya mulai dari hal-hal yang sederhana. Semoga kita juga bisa mengikuti jejak Rahmad untuk mengembalikan banyak senyum di Indonesia.

Bagikan postingan ini :)

riafasha

3 Komentar

  1. Gak salah Astra mengganjar Kak Rahmad sebagai penerima Apresiasi Satu Indonesia Award. Tujuannya yang tulus untuk mengembangkan senyum kebahagiaan dari penderita bibir sumbing.

  2. Rahmat ini termasuk karakter tahan banting ya. Sempat dibully karena keadaan fisiknya, ia bisa bangkit menjadi survivor. Bahkan bisa menolong orang-orang yang mengalami keadaan sama dengan dirinya dulu. Salut.

  3. Jarang banget lihat orang yang punya sifat seperti Mas Rahmad, apalagi sebelumnya pernah di bully tapi malah bisa jadi inspirasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *