Sore hari di penghujung oktober. Saya tergeletak tak berdaya di lantai sebuah mushola rumah sakit. UGD sedang penuh dan suami saya hampir menangis dan marah karena saya tidak bisa segera ditangani. Jangankan ingin berpindah rumah sakit, berbicara pun tak kuasa menahan ngilu banyaknya darah yang keluar.
Tak mudah berdamai dengan kenyataan bahwa saat itu saya gagal menjadi calon ibu. Janin yang saya tunggu akan menjadi bayi kecil nan lucu ternyata bukan rejeki saya. Saya menangis berhari-hari, menyesali kelalaian hingga menjadi paranoid melihat keramaian. Usaha fotokopi saya tinggalkan dan memilih untuk di rumah saja.
Kesedihan itu cukup lama berlangsung, hingga Allah izinkan lagi rahim saya terisi kembali. Sebuah hadiah pelipur lara yang luar biasa. Hadiah yang saya perjuangkan hingga ia lahir ke dunia. Kehamilan hingga kelahiran yang tidak mudah. Melewati kontraksi 48 jam hingga ia berhasil mencapai bukaan 9, namun Allah takdirkan ia harus keluar di meja operasi yang dingin dan diliputi kecemasan.
Izinkan saya mendengar tangisnya. Penuh syukur saya memeluk tubuh mungilnya, rasanya semua sakit seperti tak terasa. Seolah tak percaya bahwa saya telah menjadi seorang Ibu. Sebuah gelar yang begitu mulia dan selalu saya idam-idamkan.
Perjuangan dan pengorbanan menjadi ibu saat melahirkan rupanya bukanlah sebuah akhir, namun sebuah permulaan rentetan panjang cerita kesabaran dan keikhlasan. Tentang bagaimana mencurahkan seluruh waktu dan perhatian demi tumbuh kembang mereka. Juga tentang Ibu yang terus memperbaiki diri dengan ilmu dan pengalaman agar bisa merawat si kecil dengan maksimal.
Kelahiran Ubay
Ubay Faris Arkhan, bayi lelaki itu kini tumbuh menjadi anak yang sehat dan ceria. Dia anak yang aktif dan penyayang. Ia jugalah pengobat hati saya saat adiknya Ghazy kritis di ruang NICU. Melihat saya menangis berhari-hari, lelaki kecil itu memeluk saya lama, mengecup kening dan mengelus kepala saya.
“Umi jangan nangis, Ubay sayang Umi, Ubay jadi anak soleh” Kadangkala kami pun menangis berdua, berpelukan hingga terlelap.
Ubay sangat romantis, membawakan bunga liar yang dipetiknya disekitaran rumah “Umi suka kan?” lalu tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang mulai terkikis. Bunga liar itu ia kumpulkan saat bermain bersama teman-temannya. Ia juga suka sekali jika saya membacakan cerita untuknya. Kami bisa menghabiskan waktu lama jika sudah membaca buku bersama-sama.
Oh ya Bicara soal bermain, Ubay memang suka sekali bermain. Seperti tak pernah kehabisan tenaga, ia terus bersemangat bahkan tak mau diajak tidur siang. Kadang sudah lelah saya mengajak dan membujuknya untuk istirahat, namun namanya anak-anak jika sudah bermain dan melakukan hal yang disukainya jadi lupa waktu.
Belum lama ini saat cuaca sangat terik Ubay bermain di rumah temannya. Namun tiba-tiba ia pulang dan terlihat sangat lelah.
“Umi ubay capek, ubay mau bobo” sontak saya kaget karena tidak biasanya Ubay seperti itu. Setelah membersihkan tubuh dan berganti pakaian, saya menemaninya istirahat. Saya raba kepalanya terasa panas. Sepertinya ia bermain di lapangan saat cuaca panas walaupun sudah diwanti-wanti agar bermainnya di rumah temannya saja. Kecemasan saya semakin parah karena panasnya disertai muntah dan diare.
Saya lemah sekali jika melihat anak sakit. Terbawa cemas dan sedih jika panasnya tak kunjung turun. Walaupun sudah dibawa berobat namun tetap tidak bisa tenang jika anak belum sembuh. Begitu juga jika Ubay demam tinggi. Saat ia tidur saya memeluknya “Maafin umi nak, maafin umi”. Ya, saya merasa sangat bersalah jika anak sakit, seperti ada bisikan bahwa sakitnya karena kelalaian saya. Belum lagi jika bercerita dengan orang yang tidak tepat, bukannya mendapatkan solusi malah banyak kalimat menyakitkan yang menyudutkan. Drama banget kan ya jadi Ibu hehee.. Syukurlah saat itu hasil cek darah Ubay negatif demam berdarah ataupun malaria. Jadi hanya perlu diberi penurun panas dan obat untuk pencernaannya.
Cinta dan Perhatian, Semangat untuk Sembuh
Syukurlah makin lama saya sudah mulai bisa mengontrol kecemasan saat anak sakit. Mungkin sudah ditempa selama dua minggu menemani Ghazy di rumah sakit. Saya belajar banyak bahwa tak ada salahnya menangis karena bersedih, tapi cukup sebentar saja karena yang diperlukan anak-anak saat mereka sakit bukanlah penyesalan orang tuanya namun semangat, doa dan kasih sayang yang menjadi kunci utama agar anak bisa pulih kembali.
“Perhatian, sentuhan dan kata-kata positif orang tua memang tidak berbentuk obat. Namun dengannya anak-anak merasa dimiliki dan itu sangat menunjang mereka untuk sembuh.” Kata-kata dokter kala itu selalu terngiang di benak saya, saat itu juga saya menghapus air mata dan fokus pada kesembuhan anak.
Jika ubay panas, ia selalu ingin dipeluk dan digosok punggungnya. Jika terlihat saya tidak ada maka ia akan menangis tersedu-sedu. Jika sudah begitu saya akan memeluknya, mengelus dada atau kepalanya sambil mengucapkan “Ubay jangan sedih, Umi sayang Ubay, Umi terus doakan Ubay biar cepat sembuh dan bisa main lagi sama Umi, Abah dan Adek.” Jika ia sudah tenang barulah saya bisa menyampaikan alasan kenapa saya tidak bisa terus berada disampingnya.
Dengan cinta dan perhatian akan ada ikatan, walau tidak berbentuk namun kasih sayang itu nyata adanya. Cinta umi tidak terbagi, penuh dan utuh untuk Ubay dan Dek Ghazy.
Anak Panas, Jangan Dibiarkan
Saya cukup trauma dengan panas pada anak. Beberapa kejadian bikin saya ngeri. Anak tetangga saya harus dirawat cukup lama di rumah sakit karena panas. Teman-teman saya juga bilang jika anak panas jangan dibiarkan. Walau tidak pergi ke dokter, segeralah diberikan pertolongan pertama agar segera membaik.
Jika Ubay panas biasanya saya segera mengompres kepalanya dengan air hangat lalu memberikan minum sesering mungkin. Beberapa obat alami juga disarankan oleh keluarga saya seperti meremas daun bunga raya dan ditambahkan gula merah atau madu. Ubay juga kadang saya gosok punggungnya dengan campuran bawang merah dan minyak untuk meredakan masuk angin yang sering jadi penyebab ia demam.
Saya juga selalu menyediakan penurun panas untuk mengantisipasi jika tidak bisa menemukan obat alami dengan cepat. Tempra Syrup adalah pilihan saya. Produk ini sangat mudah ditemukan di apotik dan toko obat. Untuk meredakan demam Ubay, saya memberi 5 ml sirup Tempra Rasa anggur.
Tempra cocok sekali untuk anak-anak karena aman di lambung dosis nya tepat (tidak menimbulkan over dosis atau kurang dosis). Sebelum meminumnya tidak perlu dikocok terlebih dahulu karena tempra ini larut 100%. Dengan memberikan obat yang tepat saya berharap ubay bisa segera pulih. Jika panasnya masih berlanjut saya pun segera membawa ke bidan atau dokter untuk menghindari hal yang tak diinginkan.
“Bismillah, kita minum obat ya nak, semoga Allah segera angkat sakitnya” Ubay mengangguk dan menghabiskan obatnya.
“Manis ya umi, enak” Saya tertawa, anak-anak memang polos sekali. Ia masih bisa tersenyum dalam keadaan sakit. Jadi belajar banyak bahwa dalam keadaan apapun tetap harus bahagia.
Hikmah Setelah Sakit
Sakit adalah ujian. Saya selalu mengajak Ubay untuk mengambil pelajaran dari sakit yang dialami. Biasanya Ubay akan menjawab sendiri kenapa ia bisa sakit.
“Alhamdulillah, ubay sudah sembuh y nak!”
“Ia umi, ubay kemarin demam”
“Kenapa ya ubay bisa demam?”
“Ubay main terus umi.”
“Nah berarti lain kali mainnya jangan panas-panasan ya nak, kalau siang kita istirahat, terus makan yang banyak dan bergizi biar sehat dan tidak mudah sakit. Jangan lupa rajin sholat biar diberi kesehatan sama Allah.”
Banyak hal lagi yang saya sampaikan ke Ubay tentang beberapa alasan sakitnya dan mengajaknya untuk berubah. Sebenarnya nasihat ini juga untuk diri saya pribadi agar lebih sabar untuk mengajak Ubay hidup sehat. Lebih teliti dan menjaga makanan dan minumannya dan menjadi contoh untuk anak lelaki saya itu.
Sakit memang membawa banyak hikmah. Saya semakin menyadari akan begitu berharganya kehadiran anak-anak. Tidak terganti oleh apapun. Kebahagiaan dan kesehatan mereka adalah salah satu tujuan penting hidup saya. Semoga umi bisa terus memperbaiki diri untuk menjadi Umi terbaik untuk Ubay dan Dek Ghazy.
Nak, cinta umi penuh untukmu
Penuh, utuh tak terbagi, tak terganti
Umi sayang Ubay
selalu ada, selamanya
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra.
Ibu ketjeh yang inspiratif..
sehat selalu bunda dan keluarga 🙂
Ini Tulisan yang keren untuk Inspirasi bagi Ibu-ibu yang super…
Tulisannya keren untuk Inspirasi bagi Ibu-ibu yang super…
Tulisannya keren untuk inspirasi bagi Ibu-ibu yang super…
Suka deh dengan tulisan Ria, menyentuh. Mana Ubay pinter pula 🙂
gak kerasa ya mbak Ubay udah segede skrg, dulu aku sering ketemu Ubay waktu Ubay masih sering digendong,kayaknya sekarang Ubay gak mau lagi klo aku gendong hehee. sehat selalu mbak Rei dan Keluarga.
Nawra juga pernah kehilangan adik lelakinya. Namun Allah menggantinya lama enam tahun kemudian. Baru d Athifah
Memang begitulah perjuangan seorang ibu, semoga ank kelk menjadi pelipur lr juga bagi kitah
wah… Ubay masih kecil udah ngerti romantis sama emaknya, gimana pas udah gedenya ya… ^^ sehat terus ya Ubay hebat ^^
Bikin mewek…hikss..
Makasih mbak, tulisannya mengispirasi,jadi para Ayah agar tidak panik jika menghadapi anak yang sakit.