Pernikahan

Ketika Pasangan Tidak Sesuai Harapan

Setelah halal menjadi pasangan suami istri adakah teman-teman merasa gundah jika pasangan tidak sesuai harapan? 
Sebanarnya, pernikahan adalah ikatan suci yang membuka banyak pintu kebaikan. Dengan adanya pernikahan, hubungan perempuan dan laki-laki menjadi halal selepas diucapkannya ijab kabul. 
Dua insan yang mencintai karena Allah akan terjaga agama, kehormatan, dan keturunannya sebagai mana yang Rasulullah katakan dalam hadistnya
“Wahai sekalian pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu berumah tangga hendaknya menikah, karena sesungguhnya nikah (itu) lebih menundukkan pandangan (dari sesuatu yang haram dipandang, –pen.) dan lebih menjaga kemaluan. Bagi siapa belum mampu hendaknya berpuasa, karena sesungguhnya puasa (itu) sebagai perisai baginya (dari sesuatu yang haram, –pen.).”
 (HR. al-Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400)

Pernikahan adalah tatanan Ilahi yang paling menakjubkan untuk mengumpulkan perempuan dan laki-laki agar keduanya bisa bersama dalam satu rumah, saling mencintai, bekerja sama dan menjalani hidup agar bisa kembali bersama di surga.

ketika pasangan tidak sesuai harapan

Harapan tidak Sesuai Kenyataan

Namun, menjalani tidak semudah dan semulus apa yang kita harapkan. Penuh cobaan dan rintangan yang akan dilalui yang bisa membuat pondasi cinta goyah bahkan ambruk tak tersisa. Harapan dan kenyataan kadang membuat kita menyerah. Pertengkaran yang awalnya menjadi bumbu-bumbu pernikahan kadang kadarnya terlalu banyak sehingga rasanya tak enak lagi untuk dikecap. Sebagian dari pasangan suama istri akhirnya memilih untuk berpisah agar bisa tenang dan bebas seperti saat muda.

Perceraian dibolehkan namun dibenci oleh Allah. Banyak pula akhirnya pasangan yang memilih bertahan melewati badai cobaan yang tak henti-henti menghempas rumah tangga mereka. Cinta pun semakin tumbuh kuat, sekuat perjalanan menyelamatkan cinta. Dengan izin Allah, rumah tangga yang kokoh dan yang diidamkan bisa terwujud.

Sebenarnya banyak perceraian terjadi berawal dari hal-hal kecil yang bisa dikomunikasikan. Namun pendaman perasaan dan terbatasnya komunikasi membuat kekesalan kemarahan itu memuncak tak terbentu.

Sebagian besar wanita memimpikan sang suami bak pangeran berkuda putih yang terbang menuju istana megah yang dikelilingi taman indah nan luas untuk bahagia bersamanya. Pangeran seperwira Antarah, semulia Hatim Ath-Tha’i, sebijak Iyas, sehangat Qais bin Al-Mullawah, setampan Yusuf as., dan sekaya Sulaiman as.  Sebuah imaji yang menjadi mimpi para gadis sebelum ia dipinang. 

Sebagian besar pria pun memimpikan istri bak putri cantik yang sedang tersenyum di kebun mawar sebuah istana megah, menyambutnya dengan penuh ceria. Seorang putri secantik Zulaikha, sepintar aisyah, sedermawan khadijah, sesabar fatimah dan sesuci maryam.  Sebuah harapan dalam doa-doa setiap malam.

Kenyataannya, tidak semua mimpi itu menjadi kenyataan. Ketika kita sudah beristikarah akan pasangan yang akan menjadi suami/istri, setelah menikah ada-ada saja watak, sifat atau karakternya yang tidak sesuai dan bahkan kita benci.

Masihkah Engkau Mencintainya Setelah Menikah?

pasangan tidak sesuai harapan, masihkah kau mencintaiku setelah menikah?
  

Jika harapan akan pasangan idaman tidak sesuai keinginan, masihkah engkau mencintainya setelah menikah?
Jika Lelaki punya harapan seorang istri yang pandai mengatur rumah agar selalu rapi dan bersih, kau mendapat seorang istri yang tidak suka membereskan rumah. Berharap masakan istri punya rasa restoran bintang lima tetapi malah istri suka melebihkan garam dalam makasakannya. Punya istri cantik yang pintar berdandan, tetapi memakai lipstik saja tidak simetris. Berharap istri bertutur kata lembut, ternyata istri suka ngomel tak henti-henti. Masihkah kau mencintainya?
Jika Perempuan punya harapan seorang suami yang suka bersikap lembut dan perhatian, tetapi ternyata mendapatkan suami yang jika bicara suka menyakitkan hati. Berharap suami yang suka menolong pekerjaan rumah, tetapi ia lebih suka tidur atau pergi berkumpul dengan teman-temannya. Berharap suami yang mau berbagi menjaga si kecil, tetapi suami sering tak mau menemani si kecil bermain. Masihkah kau mencintainya?
Saya harap segala kekurangan pasangan kita tidak menjadikan alasan untuk menggerus cinta kita padanya. Bukankah kita mencintainya karena Allah? Menikahi kelebihan dan kekurangannya? Bukankah tidak ada manusia yang sempurna? Lalu kenapa kita harus meninggalkannya karena satu dua kesalahan jika masih banyak kebaikan yang ada dalam dirinya. 

Sabar, Maaf, Dan Nasihat

Mari luruskan kembali niat kita menikah. Jika pernikahan kita lakukan semata-mata dalam rangka menaati perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah, niscaya tak akan ada kekecewaan dan penyesalan dalam kehidupan pernikahan. Jikalau ada kesalahan dan sifatnya yang tidak kita sukai maka kuncinya adalah sabar, memaafkan dan nasihat.

“Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut. Kemudian bila kalian tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa: 19)
Selain itu, Allah ta’ala juga berfirman yang artinya,
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun: 14)
Dua ayat diatas memuat pesan penting tentang sabar dan maaf atas dasar kasih sayang. Sabar atas kesalahan yang ia perbuat, sabar dalam memaafkan kekeliruan yang berulang-ulang hingga sabar menasehati dan berkomunikasi untuk kebaikan bersama.
Saya pernah baca sebuah artikel di Islampos tentang sebuah nasihat pernikahan dari Imam Ahmad, beliau berkata bahwa untuk mencapai keberuntungan di rumah tangga cobalah untuk menjadi karakteristik yang perhatian, suka mengekspresikan cinta dan sayang, bersikap lemah lembut, sabar dalam menasihati  dan banyak lagi karakter lainnya.

Komunikasi Menumbuhkan Cinta

Komunikasi suami istri adalah salah satu dari banyaknya hal penting dalam pernikahan. Komunikasi bisa dalam bentuk sederhana seperti menyampaikan keluh kesah sebelum tidur. Saling memijat pasangan dan menceritakan masalah yang terjadi hari ini. Seringlah mengikuti kegiatan dan belajar bersama seperti workshop, daurah suami istri, kegiatan parenting dan pengasuhan dll.

Bahkan walaupun pasangan terpisah jarak karena pendidikan atau pekerjaan, tetap usahakan berkomunikasi lewat telepon atau WA setiap harinya agar kita merasa saling memiliki dan saling merindukan. Dan terakhir, tetaplah tubuhkan rasa syukur bagaiamanpun pasangan kita. Mudah-mudahan dari rasa syukur itu Allah akan menambahkan karunia-Nya dalam diri dan kehidupan kita, sebagaimana firman-Nya,
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim : 7)
Ketika pasangan tidak sesuai harapan.Bersabarlah dan jalinlah komunikasi yang baik.
Semoga pernikahan kita menjadi pernikahan yang sakinah, mawaddah dan warahmah.

pasangan tidak sesuai harapan bersabarlah agar pernikahan sukses

 “Pernikahan yang sukses ialah ketika suami-istri saling memahami. Masing-masing melaksanakan peran pokoknya dan menjadi tempat bersandar bagi pasangannya”

Bagikan postingan ini :)