“Sepele jadi berbahaya, aksi kecil berdampak besar.” Kalimat ini mungkin tepat untuk menggambarkan hubungan kebiasaan yang dilakukan manusia setiap hari dengan alam.
Hal sepele seperti membuang sampah plastik sembarangan setiap hari. Coba bayangkan jika semua penduduk dunia beranggapan serupa. Tinggal tunggu hari saja dunia layaknya lautan sampah. Namun sebaliknya, aksi kecil menjaga lingkungan yang dilakukan secara bersama-sama akan membantu menyelamatkan bumi yang sedang tidak baik-baik saja.
Lingkungan Indonesia Banyak Masalah, Benarkah?
Kita nyatanya tidak bisa dipisahkan dengan lingkungan. Kita minum dan makan dari lingkungan, hidup dari lingkungan. Jika merusak lingkungan, berarti kita menghancurkan diri sendiri. Namun rupanya masih banyak yang salah kaprah, menganggap bencana yang terjadi hanya karena faktor alam semata, sedang aktivitas manusia menjadi pemicu perubahan iklim yang ditandai dengan bencana yang kerap terjadi.
Bicara soal lingkungan, tanggal 5 Juni kemarin diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup (HLH) Sedunia. Tahun 2023 ini, tema yang diusung adalah Beat Plastic Pollution, seruan untuk menangani sampah plastik dan mencari solusi terkait polusi plastik yang menjadi salah satu masalah pelik saat ini.
Tema ini menjadi pengingat bahwa tindakan manusia dalam menggunakan plastik sangat berpengaruh pada lingkungan (lautan, tanah, dan hutan) yang dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang.
Data PBB mencatat, setiap tahunnya terdapat 400 juta ton kantong plastik yang digunakan di seluruh dunia. Sebanyak 19-23 juta ton sampah plastik menjadi polusi di lautan. Akibatnya, sebanyak 100 ribu hewan di laut terbunuh setiap tahun. Sementara itu, perlu waktu hingga 100 tahun agar sampah plastik dapat terurai.
Bagaimana dengan Lingkungan Indonesia?
Dikutip dari katadata, fakta menunjukkan bahwa pelestarian lingkungan Indonesia tergolong buruk secara global (laporan Environmental Performance Index 2022).
EPI mengukur tiga pilar besar kesehatan lingkungan (Kualitas udara, pencemaran air, kualitas pengolahan limbah), iklim (Kebijakan mitigasi perubahan iklim, emisi gas rumah kaca) dan Daya Hidup Ekosistem (Kualitas biodiversitas, keberlanjutan perikanan, pertanian, sumber daya air, dan sebagainya)
Indonesia mendapat skor 28,2 dari 100. Skor ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-164 dari 180 negara yang diriset. Bahkan secara regional Indonesia juga masuk ke jajaran bawah di peringkat ke-22 dari 25 negara Asia Pasifik, atau peringkat ke-8 dari 10 negara ASEAN.
Data ini seolah menjawab kisruh permasalahan lingkungan yang terus muncul bahkan bertambah tiap tahunnya. Manusia bukan hanya dihadapkan ketakutan akan bencana alam, tetapi juga kekhawatiran kerusakan alam karena kaumnya sendiri.
Permasalahan hutan misalnya, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), luas tutupan hutan Indonesia sudah berkurang 956.258 hektare (ha) selama periode 2017-2021. Angka tersebut setara dengan 0,5% dari total luas daratan Indonesia. Padahal hutan Indonesia digadang-gadang sebagai hutan tropis ke-3 terbesar di dunia yang mampu menyimpan cadangan karbon setidaknya 60%. Jika area tutupan hutan semakin kecil hingga alih fungsi lahan yang tidak bijak, angan-angan net zero emission rasanya jauh untuk dicapai.
Belum lagi masalah sampah di Indonesia yang masih jadi polemik. Mengingatkan kita dengan peristiwa ledakan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat (21 Februari 2005). Peristiwa ini menyebabkan longsor sampah dan 2 kampung tertimbun sampah. Akibatnya, 157 jiwa melayang.
Jumlah dan jenis sampah terus bertambah seiring pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi. Namun, laju solusi pengelolaan sampah masih tertinggal jauh di belakang. Di kotaku Bengkulu, bahkan TPA Air Sebakul sebagai satu-satunya TPA diprediksi akan penuh satu tahun ini.
Permasalahan Lingkungan Picu Perubahan Iklim
Permasalahan lingkungan Indonesia dan global ini erat kaitannya dengan perubahan iklim yang ditandai dengan semakin meningkatnya frekuensi kejadian bencana hidrometeorologis.
Bencana hidrometeorologi itu diantaranya kekeringan yang berdampak pada ketersediaan air bersih serta kebakaran hutan dan lahan. Selain itu curah hujan ekstrim pemicu banjir di beberapa tempat pada musim hujan juga merupakan bencana terkait cuaca dan iklim yang berdampak luas yang akan meningkat berdasarkan proyeksi perubahan iklim di masa mendatang.
Dari Emisi Karbon Berakhir Bencana
Limbah sampah nyatanya mengancam kelangsungan hidup manusia karena menyebabkan peningkatan efek gas rumah kaca, pemborosan lahan, tercemarnya air bersih dan energi.
Gas metana yang dihasilkan dari tumpukan sampah meningkatkan produksi gas rumah kaca yang bahkan lebih berbahaya dari CO2 dan klorofluorokarbon (CFC). Ini memicu peningkatan penyerapan radiasi inframerah dan kenaikan suhu bumi yang memperparah dampak perubahan iklim dan pemanasan global.
Saat ini, emisi karbon menjadi salah satu penyumbang terjadinya perubahan iklim dan pemanasan bersamaan dengan emisi gas rumah kaca. Keduanya menyebabkan naiknya suhu bumi atau efek rumah kaca.
Emisi karbon yang terus dihasilkan baik dari limbah sampah maupun aktivitas penggunaan bahan bakar fosil akan memberi dampak buruk baik itu bagi lingkungan, kesehatan maupun secara ekonomi.
Di sisi lingkungan, emisi karbon akan meningkatkan suhu bumi per tahun. Hal ini memicu perubahan iklim dan risiko bencana seperti salju di kutub berkurang, permukaan air laut meningkat, potensi banjir, abrasi, kebakaran hutan, bencana alam hingga punahnya satwa.
Selain memberikan dampak buruk bagi lingkungan, carbon emission juga berpengaruh pada kesehatan manusia. Suhu bumi yang meningkat dan cuaca ekstrem menyebabkan timbulnya penyakit baru, risiko dehidrasi yang fatal, masalah pernapasan karena kualitas udara yang buruk hingga risiko penularan penyakit lebih cepat.
Kondisi ini akan diperparah dengan dampak di sektor ekonomi. Kegiatan pertanian, kehutanan dan pariwisata akan terganggu dan bencana yang kerap terjadi akan menimbulkan kerusakan infrastruktur serta sulitnya pengembangan sumberdaya.
Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal Jaga Bumi
Mengingat dampak perubahan iklim yang terus kita rasakan, diperlukan mitigasi yang masif dan berkelanjutan. Sudah jadi tanggung jawab kita bersama. Meskipun dengan aksi kecil, perubahan akan memberi dampak positif bagi lingkungan.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Dengan kekayaan alam meliputi hutan tropis yang luas, Indonesia memainkan peran penting dalam upaya global untuk mengurangi emisi karbon dan memerangi perubahan iklim.
Mungkin kita bisa mengambil inspirasi dari garda terdepan pejuang emisi yaitu masyarakat adat dan komunitas lokal/ Indigenous Peoples & Local Communities (IPLCs). Mereka mempunyai peran penting dalam pelestarian hutan dan menjaga keanekaragaman hayati Indonesia sebagai pertahanan Indonesia untuk mencegah perubahan iklim semakin buruk. Bahkan 80 % keanekaragaman hayati dunia dilindungi dan dikelola oleh MAKL.
Menurut Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) hutan adat di Indonesia telah berkontribusi menjaga karbon sebesar 32,7 Gigaton. Presiden Joko Widodo pada pidatonya di COP21 Paris menyatakan pelibatan masyarakat adat penting dalam mengatasi perubahan iklim karena hutan adat menyimpan 20 persen karbon hutan tropis dunia.
Belajar Pengolahan Sampah di Bank Sampah Vanda Kite
Komunitas lokal di setiap daerah juga mulai bergeliat untuk #BersamaBergerakBerdaya cegah dampak perubahan iklim.
Kali ini aku ingin memperkenalkan ibu-ibu hebat dari Vanda Kite, kelompok tani hutan yang berada di Kelurahan Surabaya Kota Bengkulu. Ibu-ibu yang awalnya merupakan anggota tani hutan ini menginisiasi terbentuknya Bank Sampah dalam upaya mengelola sampah di dan mengedukasi masyarakat di lingkungan mereka.
Aku beruntung punya kesempatan untuk belajar pengolahan sampah di sini. Saat aku tiba di Bank Sampah Vanda Kite, ada 5 orang anggota yang tengah sibuk membersihkan botol plastik, menyortirnya hingga menimbang karung yang diterima dari masyarakat.
Aku disambut baik oleh Bu Widia Ketua Bank Sampah dan Mba Reni yang aktif memberikan penyuluhan terkait pengelolaan limbah plastik. Di sepetak bangunan sederhana rangka baja hasil bantuan BKSDA, mereka bercengkrama seolah lupa sedang berkutat dengan sampah.
Bu Widia menyebutkan, awalnya kelompok tani Vanda Kite memproduksi teh bunga telang, membuat pupuk cair dan eco enzym. Lalu melihat banyaknya sampah plastik yang dibuang masyarakat, mereka merasa terpanggil untuk membentuk bank sampah sebagai wadah agar sampah-sampah plastik tidak semakin bertumpuk.
“Kita memang belum bisa berdamai dengan sampah plastik. Susah sekali untuk tidak menggunakan sampah plastik sama sekali. Tetapi, kita bisa berupaya menguranginya dengan melakukan edukasi terus menerus, lalu mengelola limbah sampah agar bisa menjadi barang yang berguna dan bernilai ekonomi” ungkap mba Reni.
Bank sampah sudah berdiri satu tahun dan sangat diterima oleh masyarakat. Setiap yang memberikan sampah akan diberikan buku tabungan. Sampah-sampah pun akan dikategorikan, apakah sampah yang sudah dipilah dan kering, atau yang masih kotor dan bercampur. Jika masih bercampur, pihak bank sampah akan membersihkan dan menyortir sesuai dengan tipenya.
Bank sampah Vanda Kite menerima botol plastik, kardus, kertas, bungkus detergen, sabun, popok bekas, dan sampah plastik lainnya.
- Botol bekas, akan dipisahkan dengan tutupnya, digepengkan lalu digabungkan ke dalam karung. Botol ini nantinya akan dijemput dan dibeli oleh pengepul. Sedangkan tutup botol biasanya dimanfaatkan anggota untuk membuat kreasi/kerajinan.
- Kardus, kertas, dan karpet telur juga akan dibeli oleh pengepul.
- Bungkus detergen yang sudah dibersihkan dan dikeringkan akan diambil oleh pengrajin untuk dibuat tas, dompet dan berbagai kreasi.
- Popok bekas akan dikreasikan menjadi pot. Untuk membuatnya popok dicampur dengan semen, dikeringkan, lalu di cat. FYI, pot dari popok bekas ini sangat kuat, bahkan tidak akan pecah meskipun dibanting.
- Cup minuman kemasan juga akan dipotong bagian atas lingkarannya yang disortir sesuai warna. Setelahnya juga bisa dibuat kreasi menjadi keranjang dan tas.
- Sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang lagi, dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam botol secara padat untuk dibuat ecobrick.
Pengolahan Limbah Organik
Selain menerima sampah plastik, ibu-ibu Vanda Kite juga berupaya mengedukasi masyarakat dalam membuat pupuk dari bahan-bahan organik. Aku pun berkesempatan mengunjungi salah satu rumah anggota Vanda Kite yaitu Ibu Cristin yang concern membuat eco enzym dan pupuk organik cair.
Untuk membuat eco enzym menggunakan kulit buah dan gula lalu didiamkan selama 3 bulan. Eco enzym ini bisa dijadikan produk turunan seperti cairan pencuci piring dan lumpur eco enzym yang bisa digunakan untuk pengobatan memar.
Aku juga diajarkan oleh Bu Widia untuk membuat Komposter 3in1. Komposter 3in1 adalah alat Pembuat Pupuk Kompos sekaligus juga untuk Pupuk Organik Cair dan Budidaya Maggot. Komposter ini bagus sekali jika ada disetiap rumah agar limbah sampah organik bisa dimanfaatkan dengan baik.
Senang sekali, aku yang awam akan pengolahan sampah jadi terbuka pikiran dan semangat untuk mendaur ulang sampah di rumah. Atau setidaknya mulai menyortir sampah dan membawanya ke bank sampah. Benar sekali bahwa untuk bergerak dan berdaya menjaga lingkungan hidup perlu bersama-sama. Kita bisa bergabung di komunitas lokal dan upgrade ilmu baru.
Aksi Kecil Berdampak Besar untuk Mitigasi Risiko Perubahan Iklim
Kita boleh mengeluh dan marah melihat kondisi lingkungan yang semakin memprihatinkan. Tetapi menurutku yang paling penting dari sekedar protes dan adalah melakukan aksi nyata yang meskipun kecil, aku yakin bumi akan pulih lebih cepat, lebih kuat.
Mulai dari diri sendiri, mulai dari rumah kita sendiri. Karena menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 19,45 juta ton timbulan sampah sepanjang 2022. Dan dari jumlah tersebut, mayoritas atau 39,63% diantaranya berasal dari timbulan sampah rumah tangga. Jadi yang perlu kita mulai memang mengelola sampah dari rumah sendiri.
Apa saja aksi kecil yang bisa kita lakukan?
1. Mencoba Prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Sampah
Sejalan dengan impian ibu-ibu di bank sampah Vanda Kite. Prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengelola sampah. Tujuannya untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dan memanfaatkan kembali sampah yang dapat didaur ulang.
- Reduce (kurangi) : kurangi penggunaan barang-barang yang tidak diperlukan, seperti kantong plastik sekali pakai, botol air minum, dan kemasan makanan sekali pakai. Alihkan dengan menggunakan kantong belanja yang dapat digunakan kembali, botol air minum yang dapat diisi ulang, dan kemasan makanan yang dapat digunakan kembali. Untuk berbelanja, kita bisa mencoba belanja ke bulk store yang menyediakan bahan-bahan curah (tidak dalam kemasan).
- Reuse (gunakan kembali) : memanfaatkan kembali barang-barang yang masih dapat digunakan. Misalnya, botol kaca atau botol plastik bekas dapat kita gunakan kembali untuk menyimpan minuman atau makanan, lalu kertas bekas untuk membuat memo.
- Recycle (daur ulang) memanfaatkan sampah yang dapat didaur ulang meliputi kertas, plastik, logam, dan kaca untuk menghasilkan produk baru
Selain menerapkan prinsip 3R, hindari untuk mengubur atau membakar sampah plastik yang membutuhkan waktu lama untuk diurai. Lebih baik ditabung ke Bank Sampah. Begitu juga untuk sampah organik, manfaatkan untuk membuat pupuk.
2. Efisien Energi
Efisiensi penggunaan energi rupanya jadi kontributor nyata penurunan emisi. Kita bisa melakukan kontribusi kecil seperti:
- Mematikan peralatan yang menggunakan listrik jika sedang tidak digunakan seperti air conditioner (AC), charger ponsel, dispenser, mesin cuci, televisi dll.
- Mengurangi waktu pemakaian laptop, pc, dan smartphone atau gunakan sesuai kebutuhan.
- Menghapus email yang tidak penting lagi. Hal ini karene email memperburuk pemanasan global. Email yang kita biarkan menumpuk akan ditersimpan di cloud atau komputasi awan. Penyimpanan ini membutuhkan energi listrik dalam jumlah yang signifikan. Energi tersebut sebagian besar masih dihasilkan bahan bakar fosil. Maka dari itu, dampak menumpuk email bisa mempengaruhi pemanasan global.
3. Mengurangi pemakaian kendaraan pribadi
Untuk mengurangi emisi gas buang kendaraan dan mengurai kemacetan, kita bisa menggunakan transportasi umum untuk jarak jauh, atau menggunakan sepeda/ berjalan kaki untuk perjalanan singkat. Olahraga sepeda dan jalan kaki juga membantu menjaga kesehatan dan kondisi fisik.
4. Mengubah Kebiasaan Konsumtif Menjadi Lebih Bijak
Yang patut disayangkan, manusia memanfaatkan dan mengkonsumsi sumber daya alam bukan hanya lagi untuk hidup tetapi lebih pada tuntutan gaya hidup. Untuk itu yuk kurangi kebiasaan konsumtif dan lapar mata agar sampah pun berkurang serta emisi dapat diturunkan.
- Membeli kebutuhan pangan dari petani lokal atau mencoba menanam sendiri
- Membeli makanan sesuai dengan porsi atau tidak berlebihan untuk mengurangi waste food
- Memperbanyak konsumsi buah dan sayur dan mengurangi konsumsi produk import
- Daur ulang baju yang tidak terpakai
5. Efisien dalam Penggunaan Air Bersih
Cuaca panas yang melanda Indonesia akhir-akhir ini berpotensi menyebabkan kekeringan. Untuk itu aku mengajak teman-teman untuk bijak dalam penggunaan air bersih. Karena air merupakan sumber daya yang sangat berharga, kita harus memastikan penggunaannya diatur dengan baik dan tidak berlebihan.
6. Melakukan Penghijauan dan Jaga Hutan
Hutan menjadi salah satu jawaban dalam penurunan emisi. Untuk itu pelestarian hutan, menjaga tutupan hutan hingga mencegah alih fungsi lahan adalah hal yang seharusnya dilakukan.
Dalam skala kecil, kita bisa melakukan penghijauan di sekitar rumah dengan menanam pohon, membuat taman di rumah dan menanam rempah di pekarangan rumah. Menanam pohon akan membantu menyerap kembali emisi karbon dan gas rumah kaca yang kita hasilkan.
7. Aktif Melakukan Edukasi dan Bergabung dalam Komunitas
Isu lingkungan dan perubahan iklim ini tak terelakkan. Namun masih banyak masyarakat yang aware dan menganggapnya biasa saja dan alami. Untuk itu penting banget melakukan edukasi kepada keluarga, teman, dan orang-orang di lingkungan kita untuk menjaga bumi ini. Edukasi bisa melalui diskusi ringan di komunitas, membuat konten video, membuat tulisan, melakukan kampanye pantai bersih dll.
Aku sendiri selain tergabung dalam eco blogger squad, juga aktif sebagai alumni youth camp keadilan iklim. Para alumni setiap minggu melakukan diskusi melalui live instagram obrolan penting soal iklim dan membahas isu lingkungan terutama mengenai keadilan iklim. Kegiatan yang berisi anak-anak muda ini semoga bisa makin meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk jaga lingkungan.
Pentingnya Kebijakan Mitigasi Risiko Perubahan Iklim
Indonesia sendiri sudah berkomitmen dalam Paris Agreement untuk mengurangi emisi karbon. Aku berharap komitmen ini benar-benar dilaksanakan di setiap sektor.
Aku mau berandai-andai jika punya kesempatan untuk membuat kebijakan mitigasi risiko perubahan iklim. Ada beberapa hal yang ingin aku lakukan #UntukmuBumiku
- Larangan alih fungsi hutan agar luasan hutan tidak terus berkurang
- Menutup pertambangan yang terbukti merusak alam dan tidak melakukan upaya perbaikan kembali
- Menghimbau dan memfasilitasi pembuatan bank sampah di setiap desa/ kelurahan, menindak tegas pembuangan sampah sembarangan.
- Menghimbau penggunaan transportasi umum
- Memperbaiki tata kelola kota, memperbanyak ruang terbuka hijau dan ruang terbuka biru.
“Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!”
Referensi:
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20230605102401-284-957648/sejarah-dan-tema-hari-lingkungan-hidup-sedunia-2023.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/07/25/pelestarian-lingkungan-indonesia-tergolong-buruk-di-asia-pasifik
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/12/21/luas-hutan-indonesia-berkurang-hampir-sejuta-hektare-dalam-5-tahun
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/09/timbulan-sampah-indonesia-mayoritas-berasal-dari-rumah-tangga
Kemarin baca sekilas di sebuah artikel, konon lumbung O2 terbesar bumi justru bukan di hutan, melainkan di laut samudera, yang dihasilkan oleh plankton dan organisme laut lainnya. Dari sisi luasan masuk akal sih ya, kan luar perairan lebih banyak ketimbang daratan. Tetapi pikir saya, apa iya O2 yang dihasilkan mikroorganisme ini signifikan jika dibandingkan produksi O2 di hutan? Saya nggak menelusuri lebih lanjut sih, pun saya lebih terpikir pada kondisi lautan yg juga tercemar oleh berbagai sampah. Semua sampah2 itu pasti juga memengaruhi produksi O2 di lautan.
Kalau dr TV penumpukan limbah sdh sangat meresahkan.Teebih yg terbawa oleh air laut. .Di lingkungan terdekat tak terdengar ada bBANK SAMPAH. Bunda sdh beberapa bulan mulai membuat oupyk dr sampah dapur dan makanan2 basi memang agak menimbulkan aroma tak sedap tp kita tutup rapat setelah dibet campuran pengurai EM4. Memang tdk menunggu menjadi bubuk tp setelah kurleb 10 hari susun dipot kosong secara berlapis sbb: batu2 krikil/arang– tanah — pupuk — tanah tanaman kemudian tetakhir tutup dngn tanah. Tdk leflu disiran selama 3 or 4 hari. SETELAH ITU lakukan perawatan penyiraman seperti biasa. Mengurangi pembuangan yg berlenihan ke bak sampah. LUMAYANLAH.
Wahh keren banget nih ada penyuluhan terkait pengelolaan limbah plastik di Bank Sampah Vanda Kite. Apalagi emang sampah rumah tangga tuh banyak banget ya macemnya. Kita jadi teredukasi mengolah sampah plastik dan organik juga. Bahkan sampe bikin eco enzym. Seruuuu.
Bank Sampah plastik itu membantu kita untuk mengurangi plastik, setidaknya sampah plastik gak langsung dibuang gitu saja.
Wah, saya pengen nih untuk mencoba membuat eco enzym sendiri di rumah. Bisa ya, buat cuci piring.
Sedihnya hutan kita termasuk paru-paru dunia. Tapi, luasnya udah banyak berkurang. Masyarakatnya juga masih banyak yang belum sadar tentang pentingnya menjaga lingkungan. Masih banyak yang suka buang sampah sembarangan dan lain sebagainya.
Sekarang kan kita tuh udah merasakan rasa panas yang udah hampir berbulan-bulan, udah tahu kan rasanya kayak apa. Bumi kita sedang tidak baik-baik saja. Nah harusnya sebagian besar kita sudah sadar bahwa harus ada proteksi atau upaya preventif untuk mengurangi pengunaan sampah. kami di rumah juga udah mulai disiplin pilah-pilih sampah, yang plastik daur ulang kini udah dapat tiga karung, embel2 sama anak2 dibilangin bisa dijual dapat uang jajan, hehehe
Halo mba. Bagus sekali ya hasil pengolahan limbah sampahnya. Punya daya jual juga dan bisa menggerakkan perekonomian masyarakat. Aku pun sellau berusaha untuk melakukan sesuai dengan prinsip 3R. Makaasih sebagai pengingatnya mba
Di tempatku ada bank sampah, tapi kegiatannya kayanya ngumpulin sampah aja sih. Buat bikin lain-lain, belum aktif. Coba kalau ada. Mau banget deh belajar. Aksi kecil sederhana kalau dilakukan terus menerus dan bersama, bisa bawa dampak besar untuk mengurangi efek perubahan iklim
Sedih banget, hasil pengukuran tiga pilar besar kesehatan lingkungan, negara kita menempati peringkat di bawah sekali.
Yuk bisa yuk setiap individu bergerak berdaya menjaga bumi Indonesia. Semoga tahun depan peringkatnya bisa naik
Betul bangeeet ya mba… sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga bumi kita tercinta ya mba. Aku sepakat dengan banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjaga bumi tercinta
Banyak sekali masalah lingkungan di bumi ini ya Mba, termasuk pengelolaan sampah. Bagus banget kalau sampah, terutama sampah plastik bisa didaur ulang jadi barang yang lebih bermanfaat. Setiap langkah kecil akan berdampak bagi kelestarian lingkungan. Bisa dimulai dan dibiasakan dari lingkungan terkecil dahulu.
Bank sampahnya aktif banget ya mba. Senangnya kalau semua ikut serta bersemangat melakukan hal kecil tapi berdampak besar seperti ini. Aku baru belajar juga nih bikin ecoenzym dari sampah bekas kulit buah.
Keren sekali ini potensi ibu-ibu rumah tangga dalam menghidupkan bank sampah. Di sekitar rumahku ada bank sampahnya dan ini perlu kita terus dukung dalam menjaga bumi ini.
Beberapa waktu lalu tuh aku juga pernah ke bank sampah di daerah Jawa, melihat langsung bagaiaman sampah plasti diolah. Mulai dari membuat kursiu dari botol minuman, aksesoris, tas, dan beberapa produk rumahan yang gak kalah keren.
Sampah menjadi masalah yg gak pernah bisa terurai ya kak..kita bisa meminimalisir dg hal yg kecil2 apalagi klo diikuti semua orang semoga sj kedepannya nanti bumi kita tetap terjaga
Bumi milik kita bersama ya mbak
Sudah seharusnya kita bersama bergerak dan berdaya menjaga bumi ini
Mbak aku jadi keinget di belakang rumah ibuku kalau wiken suka ada ibu2 kumpul buat memilah sampah plastik trus dijualin dan dimasukkan kas RT hehe.
Setuju banget nih kalau bukan kita yang jaga bumi, siapa lagi ya. Maka sebaiknya kita lakukan apa yang kita bisa. Aksi2 yang kita lakukan mungkin terlihat kecil namun kenyataannya kalau banyak yang melakukan tentu dampaknya sangat masif yaa.
Serem melihat dampak dari emisi karbon. Namun karena banyak yang melakukan hal yang merusak bumi, kita jadi terkikis juga kepeduliannya.
Semoga dengan bergerak bersama untuk saling menjaga bumi dengan hal-hal yang bisa kita lakukan bersama seperti 3R ini, membuka mata kita semua bahwa permasalahan di Indonesia dengan tingginya limbah bisa teratasi sedikit demi sedikit melalui kesadaran bersama.
Ya Allah, 28,2 dari nilai 100. Masih jauh ya … PR besar untuk Indonesia dalam pelestarian lingkungan padahal alam Indonesia begitu kaya namun tetap perlu dirawat. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan, dimulai dari terdekat yaitu rumah sendiri bakal berdampak besar.
mungkin beberapa orang belum begitu memahami dampak emisi karbon mba, jadi masih kurang peduli dengan lingkungan. hal kecil seperti 3R itu adalah bentuk tanggungjawab kita atas sampah konsumsi sendiri. kalau bukan kita ya siapa lagi xD
Melihat kebiasaan sebagian besar warganya, enggak aneh sih liat ranking Indonesia. Memang penting mulai dari diri sendiri dulu ya…
“Kita memang belum bisa berdamai dengan sampah plastik. Susah sekali untuk tidak menggunakan sampah plastik sama sekali.”
Ini bener banget mbak, agak sulit untuk mengurangi, jadi memang harus diolah sih ya. Walaupun tetap ada usaha mengurangi juga. Cuma kecepatan usaha mengurangi masih kurang dengan penambahan plastiknya, jadi sejalan aja usaha mengurangi dan mengolah kembali sampah plastik ya mbak.
Bumi makin tua ya mba , kalau bukan kita yg jaga siapa lagi. Sayangnya kesadaran menjaga bumi belum merata
Buat menjaga bumi dari krisis perubahan iklim, kita emang mesti bergerak bersama ya maaaaak. Gabisa sendirian, butuh kolaborasi dan kesadaran dari semua pihak yaaaa