Jeruji penjara tampak bagai momok yang menakutkan. Di film-film kerap digambarkan sering terjadi kekerasan, bullying hingga pertarungan antar geng. Namun semua seolah termentahkan saat Achmad dan tim Garis Hitam project menyambangi Lapas Perempuan kelas III Mamuju. Kengerian berganti kehangatan, karena sambutan penghuni lapas lebih dari ekspektasi. Narapidana perempuan yang mereka jumpai adalah sosok-sosok yang merindukan keluarga. Dan Achmad, diperlakukan layaknya seorang anak yang telah lama tak bertemu ibunya.
Garis Hitam Project di Mamuju, Sulawesi Barat telah kerap menyambangi lapas Perempuan untuk memberi edukasi dan membina narapidana Perempuan agar mampu berdikari saat mereka hadir lagi Masyarakat. Kehadiran mereka untuk memberikan nyala harapan pada Perempuan yang kerap lekat dengan stigma negatif dan diskriminasi di lingkungan Masyarakat.
Stempel narapidana seolah tak bisa hilang. Kadang meninggalkan trauma batin berkepanjangan meski sebagian dari mereka berupaya untuk memperbaiki diri. Sulitnya mendapat pekerjaan yang layak salah satunya, tak banyak yang bisa membuka hati untuk mantan narapidana.
Kondisi ini membuat Achmad dan 3 rekannya berupaya untuk memberikan harapan dalam upaya mengikis stigma yang ada dengan mengajak warga binaaan memiliki usaha yang produktif. Ia percaya bahwa setiap orang punya momen terburuk dalam hidup, namun ia juga percaya setiap orang punya kesempatan untuk bangkit.
Sejarah Garis Hitam Project
Salah satu rekan Achmad pernah diundang untuk hadir di lapas Perempuan. Saat itu tumbuh ketertarikan untuk melakukan “sesuatu” yang positif kepada warga binaan. Setelah berdiskusi, Achmad Bersama Rivai Sahida, Muhammad Ariefsan dan Ulfa Purnamasari pun mengunjungi Lembaga Permasyarakatan dan berinterksi langsung dengan warga binaan.
“Saat melihat kegiatan narapidana, kami menyadari ada ruang kosong dimana kami bisa terlibat untuk berbuat lebih. Awareness inilah yang akhirnya mendorong lahirnya Garis Hitam Project” ungkap Achmad.
Berangkat dari situ, Garis Hitam project akhirnya didirikan di penghujung tahun 2019 dan resmi di launching saat Festival Inklusi di Mamuju tahun 2020. Meskipun hanya memiliki 4 personil, tidak menyurutkan semangat Garis Hitam Project untuk melakukan pembinaan. Banyak dukungan dari pengurus lapas hingga pemerintahan Mamuju. Isu yang mereka angkat ini jarang muncul ke permukaan, karena itu banyak yang menaruh perhatian dan menawarkan kolaborasi. Bahkan lapas Perempuan pun menawarkan untuk mengisi materi pelatihan untuk warga binaan.
Nama Garis Hitam sendiri dipilih karena Achmad mengakui bahwa setiap orang memiliki momen melanggar moral/ hukum. Semua orang memiliki garis hitamnya sendiri. jadi, pada dasarnya tidak ada yang sempurna dan tidak lepas dari keselahan.
Narapidana di lapas memang bersalah di mata hukum. Namun, ia yakin bahwa mereka tetap punya kesempatan untuk Kembali ke masyarakat. Tinggal kita yang harus punya kesadaran untuk menerima teman-teman yang melanggar hukum, lalu membantu mereka untuk bisa diterima di Masyarakat serta tidak Kembali menjadi residivis.
Lalu narapidana Perempuan dipilih menjadi subjek pembinaan karena mereka lebih rentan terhadap persikusi saat Kembali ke Masyarakat.
“Jika dilihat di lapangan, mantan napi laki-laki lebih mudah mendapat pekerjaan dibanidng Perempuan. Laki-laki punya kesempatan untuk mendapat pekerjaan kasar tanpa perlu adanya administrasi. Sedangkan kesempatan kerja Perempuan lebih sering terhalang dengan adiministrasi misalnya harus ada SKCK dll. Selain itu Perempuan sangat rentan dengan proses penolakan yang mengakibatkan akses pekerjaan jadi sulit” Ucap Achmad.
Ia mencotohkan salah satu kasus yang pernah terjadi di Mamuju. Ada seorang mantan narapidana yang sudah mempunyai usaha di beberapa cabang. Di salah satu cabang ternyata ada Masyarakat yang mengetahui bahwa ia adalah mantan napi. Sejak saat itu, usahanya itu mulai sepi pembeli. Masyarakat tidak mau membeli hingga akhirnya usahanya tutup.
Nyalakan Harapan Warga Binaan
Awalnya Achmad dihantui dengan gambaran lapas yang menakutkan. Namun, nyatanya Garis Hitam Project dengan mudah berbaur dengan warga binaan. Situasi penjara tidak se-seram yang digambarkan.
“Tim Garis Hitam project berumur 20an, sedangkan narapidana kebanyakan ibu-ibu. Kami diperlakukan ibarat keluarga yang datang menjenguk. Lingkungan di dalam lapas benar-benar hangat, mungkin kami seperti pengobat rindu bagi mereka yang sudah lama tak berjumpa dengan keluarga.” Tutur Achmad sambal tersenyum.
Suasana kekeluargaan itu semakin kentara dengan penerimaan pengurus lapas Perempuan kelas III Mamuju. Bersama pengurus lapas, garis hitam project mulai melakukan edukasi dan pendampingan untuk membantu mereka bangkit dari keterpurukan dan siap terjun Kembali ke Masyarakat.
Pendampingan yang dilakukan berupa pelatihan keterampilan seperti menjahit, ada juga menghadirkan psikolog, dan juga sosialasi terkait Kesehatan.
Meskipun mereka diterima dengan baik, Tim garis hitam project tetap menjaga privasi narapidana dan menaati SOP dari pihak lapas.
“Setiap narapidana memiliki latar belakang dan strata sosial yang berbeda-beda. Begitu juga dengan hukum yang mereka langga pun berbeda. Jadi kami, dengan hati-hati menyesuaikan treatment pendampingan dengan kepribadian masing-masing. Tentu saja tanpa melangkahi batas privasi narapidana.”
Achmad menambahkan bahwa ada narapidana yang aktif namun tidak mau disorot kamera. Jadi untuk keperluan dokumentasi kami perlu menanyakan satu persatu terkait kesediaan mereka. Jika mereka menolak, Garis hitam project tidak akan memaksakan.
Setelah giat membina di Lapas Perempuan, Garis Hitam Project rupanya mendapat respon yang cukup positif dari berbagai pihak. Diantaranya kemenkum-HAM Sulbar. Ada juga Dinas Perempuan dan BRI yang memberikan sumbangan mesin jahit dan membantu untuk melakukan pelatihan menjahit agar narapidana ini punya skill saat keluar dari lapas.
Selain itu Garis Hitam Project juga bekerjasama dengan beberapa mitra diantaranya Pemprov Sulbar, BINUS University, Kedutaan Amerika, Radiant Life Excursions, Berdaya Bareng, GEMA Difabel.
Bangun Semangat Wirausaha Narapida Perempuan
Mesin jahit yang dihibahkan membawa angin segar untuk warga binaan. Bersama Garis Hitam Project, mereka membuat karya-karya inovatif yang layak jual dipasaran diantaranya ada tote bag dan knitting bag. Selain itu ada juga produk olahan kue kering yang dinamakan LPP Cake.
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas III Mamuju pun mendukung usaha Achmad dan Garis Hitam Project untuk menumbuhkan semangat wirausaha kepada narapidana Perempuan ini.
Hasil penjualan produk akan digunakan Kembali untuk kegiatan pembinaan. Selain itu narapidana juga akan mendapatkan persentase keuntungan yang masuk kedalam rekening tabungan mereka. Rekening tabungan ini disimpan oleh pihak Lapas. “sewaktu-waktu mereka membutuhkan untuk keperluan pribadi, uangnya bisa diambil, atau saat bebas dari lapas, uang keuntungan juga akan diserahkan pada mereka.” Cerita Achmad.
Selain memanusiakan manusia, kegiatan pendampingan ini terbilang produktif, karena beberapa mantan narapidana juga meneruskan usaha setelah menghirup udara bebas. Gerakan ini menjadi komitmen Garis hitam Project untuk menyediakan lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran mengingat berapa banyak mantan napi yang hidup tanpa pekerjaan.
Menembus Pasar Luar Negeri dan Mendapat Apresiasi Satu Indonesia Award
Produk lapas Perempuan Mamuju memang menarik. Mereka menghasilkan tas rajut, sarung, makanan khas mamuju “Bosara”, gantungan kunci, hingga totebag. Tak hanya sekedar membuat, dengan binaan garis hitam project, produk tersebut bisa dipasarkan dan mendapat respon baik dari Masyarakat.
Produk garis Hitam Project pun kerap dipamerkan dalam pameran UMKM di Mamuju. Tak hanya sampai disitu, melalui fasilitasi radiant life Excursions, Garis Hitam project mendapat kesempatan untuk menembus pasar luar negeri.
LPP Kelas III Mamuju berkesempatan didatangi oleh mahasiswa dari USA. Mereka melihat langsung kehidupan narapidana termasuk bagaimana mereka memproduksi produk. Achmad dan rekannya pun tidak membiarkan kesempatan itu berlalu, sebagai feedback para mahasiswa USA diminta untuk mempromosikan produk Lapas Perempuan di negaranya. Alhasil, sejumlah produk warga binaan berhasil terjual di California dan Angles.
Ketekunan Achmad Bersama Garis Hitam Project ini berhasil mengantarkannya menjadi penerima apresiasi Astra dalam program SATU Indonesia Award tahun 2021 di tingkat provinsi kategori kewirausahaan. Semangat Achmad ini sejalan dengan semangat Astra yang mendorong pemuda untuk melakukan perubahan positif bagi masa depan napi dan mantan napi Perempuan dan daerahnya.
Garis Hitam Project dan Astra pun pernah melakukan kolaborasi menyalurkan bantuan Astra International kepada narapidana di Mamuju. Bantuan iini disaurkan kepada Masyarakat yang terdampak banjir di Kecamatan Kalukku, Mamuju pada 10 Juli 2022 lalu.
Harapan untuk Masa Depan Warga Binaan
Tak pernah berpuas diri. Achmad meyakini masih banyak hal yang ia bisa perbuat untuk sedikit memberinyakan nyala pada masa depan narapidana dan mantan narapidana di lapas Perempuan.
Ia punya mimpi untuk membangun sebuah home industry yang menjadi etalase karya dari produk kerajinan yang dibuat oleh warga binaan. Dengan adanya toko akan memudahkan mereka untuk memasarkan produk dan membantu warga binaan dalam memperkenalkan karya ke Masyarakat.
“Kami berharap kedepannya, mantan narapidana mampu mandiri setelah menghirup udara bebas. Karena tidak sedikit yang sebenarnya sudah punya usaha tetapi belum siap menjalankannya karena menyandang status mantan napi.”
Selain itu Acmad juga mengaku memiliki agenda untuk membangun sebuah ruang inklusif bagi kelompok marginal. Kehadiran ruang inklusi diharapkan mampu menyetarakan hak mantan narapidana dan kaum minoritas lainnya.
Garis Hitam Project nyatanya memberikan nyala harapan pada mantan narapidana dan narapidana yang didampingi. Salah satu warga binaan yang yang telah bebas mengungkapkan bahwa ia lebih percaya diri dan mendapatkan ilmu positif.
“Sebelum kenal Garis Hitam Project, kita cendurung bosan karena tidak ada aktivitas lain. Yang ada paling aktivitas ibadah, aktivitas kemandirian belum ada. Dengan ikut kegiatan garis hitam, saya dapat memperluas wawasan dan mendapatkan ilmu. Intinya setelah keluar dari lapas, semakin banyak manfaat yang saya dapatkan.”
Ia pun mengungkapkan bahwa warga binaan jadi tidak bosan karena mereka jadi bermasyarakat. Yang awalnya malu-malu tampil, sekarang lebih percaya diri. Karena garis hitam project merangkul narapidana seperti keluarga. Saya mendapatkan pelatihan kerajinaan tangan, saya bisa membuat tas dari tali kur, membuat gantungan kunci dari pipet dan semakin pandai memasak.
Respon positif juga disampaikan oleh pihak lapas yaitu Ibu Surianti Amd.Kom selaku Kasubsi pembinaan Lembaga Pemasyarakata Perempuan Kelas III Mamuju. Ia menyampaikan bahwa Garis Hitam Project membantu pihak lapas melakuan pembinaan terhadap warga binaan dan menumbuhkan semangat wirausaha dan berkreasi.
“Garis Hitam Project sangat bermanfaat terutama dari segi pembinaan. Karena pembinaan kemandirian dan kesejahteraan lebih meningkat dan terarah. Karena Garis Hitam project berupaya membangun kesetaraan di lingkungan di Masyarakat. Sehingga diharapkan setelah bebas, mereka bisa mandiri tanpa ada diskriminasi.”
Pendampingan dan pembinaan yang dilakukan Achmad Bersama Garis Hitam Project membuka mata kita akan kenyataan bahwa di sekitar kita banyak kaum minoritas termasuk mantan narapidana yang tidak memiliki tempat untuk mengadu. Semoga dengan hadirnya Garis Hitam project, kesetaraan bisa perlahan hadir di Masyarakat.
Semoga, akan terus muncul pejuaang kesetaraan lainnya yang bergandengan tangan Bersama garis hitam project menyeruakan misi yang sama untuk masa depan Indonesia lebih baik.
gerakan yang bagus dan layal diperbanyak di seluruh daerah di Indonesia. Kesempatan kayak gini bisa menjadi jalan baru untuk para perempuan selepas mereka bebas ya mak
hasil karya dan design-nya keren-kernen banget, bahkan bisa ke luar negeri, kalau dibina begini setidaknya memberikan harapan untuk masa depan
Terlihat sederhana tapi bagus ya hasil karya mereka. Semoga nanti akan ada kesempatan yang lebih luas bagi narapidana wanita yang sudah keluar ya, biar harapan itu terus menyala.
Salut banget ini sama apa yang dilakukan oleh Achmad dan teman-temannya. Dengan begitu bisa memberikan harapan dan semangat juga untuk para narapidana untuk bisa berdaya dan menghasilkan dari balik lapas ya mbak.
Wah ini sih positif banget kegiatan buat warga binaan. Emang kalau denger LP tuh bayangan udah takut duluan, sering kali bikin lupa kalau di balik jeruji mereka sebenarnya ya manusia biasa kyk kita, Bedanya mereka berbuat kesalahan yang besar yang kemungkinan juga udah disesali.
Banyak hal yang diajarkan ya? Semoga bisa menjadi bekal setelah bebas dan kembali ke masyarakat nanti.
Ini Garis Hitam Project beneran luar biasa banget nih. Di saat yang lain mencecar terus tanpa memberikan solusi, mereka memanfaatkan ruang untuk memberikan keterampilan kepada narapidana perempuan.
Ya mereka pasti rindu keluarga, ingin juga nantinya diterima masyarakat.
Mantap banget ya Garis Hitam Project ini. Sangat membantu pastinya buat mereka warga binaan terutama perempuan. Kelak nanti kan mereka bakal kembali ke masyarakat. Jadi memang butuh bekal untuk hidup ke depannya
Jadi terharuu…
Karena di lapas bisa terus berkarya dan mewarnai dunia. Karya yang cantik seperti tote bag karya warga binaan lapas perempuan Mamuju ini menambah semangat untuk terus belajar.
Kok aku terharu ya, Mak. Bener bahwa setiap kita pasti ada “momen hitam” kita sendiri. Tapi, bukan berarti kita ngga layak untuk memiliki masa depan yang lebih baik.
Sukses terus untuk Garis Hitam Project. Semoga bisa memberikan manfaat untuk lebih banyak orang lagi.
MasyaAllah keren ya programnya untuk lapas perempuan. Patutlah dapat satu award Indonesia dari Astra ya. Karena mmg inspiratif banget kegiatannya. Sampai tembus pasar internasional itu keren lho.
Keren ya pembinaan di Lapas ini jadinya dapat keterampilan dan ketika keluar bisa menjadi cara untuk menambah penghasilan
Keren banget si ini Garis Hitam Project. Walau hanya 4 orang mereka berhasil membantu Narapidana Perempuan dalam memberikan pembinaan.
Wah keren ya ga selamanya sgla yg berkaitan dg napi itu negatif. Nama garis hitam pun ternyata punya makna mendalam ya.
Jujur bangga banget dengan teman2 mantan napi yang nggak putus harapan dan mencoba encourage teman2 lain yang statusnya serupa untuk ikut maju. Stigma itu pasti melekat, tapi perjuangan mereka InsyaAllah akan membuat masyarakat mengerti bahwa mereka juga berhak untuk kehidupan yang lebih baik.
salut banget dengan anak muda yang mau berwirausaha, mantap banget hasilnya dan bisa pembinaan mantan napi ya agar usai keluar lapas bisa mendapatkan pekerjaan yang kayak