Elsa Maharani rupanya punya pemikiran yang jauh ke depan. Perempuan kelahiran 5 Maret 1990 ini meyakini bahwa bisnis bukan semata-mata untuk menguntungkan diri sendiri. Tetapi ia punya misi membangun kampungnya dan memberdayakan ibu rumah tangga di tempat tinggalnya Simpang Koto Tingga, Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
Ibu rumah tangga memang kerap dipandang sebelah mata. Lara dan susahnya sering ditanggung sendiri. Tak jarang ikut bekerja kasar meski tetap dianggap tak bekerja. Di kampung Elsa, para ibu banyak yang menjadi pencacah batu dan asisten rumah tangga. Hal inilah yang mendorong elsa untuk mengajak Masyarakat berekonomi lemah di sekitarnya agar ikut menjadi mitra wirausaha berbasis industri rumah tangga.
Ibu-ibu tersebut memiliki potensi menjahit, lalu Elsa mengajak mereka untuk memproduksi baju gamis, mukena, baju koko, hijab hingga masker. Ketekunan mereka membuat penghasilan yang dimiliki sudah melebih upah minimum regional Kota padang.
Jika ditanya apa hal yang memotivasi Elsa mengajak lebih banyak ibu rumah tangga di Simpang Koto Tingga untuk semakin mandiri dari segi ekonomi, ia dan brand Maharani Hijab memiliki moto “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni). Ia berharap melalui brand yang ia kembangkan, dapat memberi manfaat bagi Masyarakat sekitar kampungnya terutama ibu rumah tangga yang awalnya berpenghasilan rendah atau bahkan tidak berpenghasilan.
Semangat Wirausaha Sejak Kecil
Semangat wirausaha Elsa sudah aja sejak ia kecil di bangku sekolah dasar. Pengalaman pahit saat terjadi krisis moneter mungkin jadi salah satu perantara ia mengenal dunia usaha. Karena gaji sang ayah yang dipotong, elsa mulai menjajakan kue di sekolah untuk membantu ekonomi keluarga. Orang tuanya memiliki 10 anak yang harus dibiayai, tentu tidak mudah menjalani hidup di era itu. Namun Elsa kecil tidak mengeluh apalagi berputus asa, dengan semangat ia membantu ibunya berjualan. Mental kuat inilah yang akhirnya mengantarkannya menjadi pengusaha saat ini.
Kini sudah tiga tahun ia berkecimpung dalam dunia produksi hijab dengan merek Maharani Hijab. Dengan modal 3 juta pada awalnya, Elsa mengajak Perempuan di Koto Tingga untuk memiliki penghasilan sendiri tanpa harus meninggalkan kewajiban mereka sebagai ibu dan istri. Yang awalnya Elsa hanya seorang Resseler, kini ia mampu mendapatkan keuntungan ratusan juta per bulan dari usaha mandiri yang ia geluti.
Perjuangan Mengajak Perempuan Koto Tingga
Saat ini, usaha konveksi yang dijalani Elsa mampu menambah pemasukan warga sekitarnya. Bukan lagi hanya kaum ibu, tetapi ada juga penjahit pria yang rata-rata mendapatkan upah menjahit Rp 25.000 per helainya. Kini setidaknya mereka punya penghasilan sekitar Rp 2,5 juta per bulan. Angka ini di atas upah minimum regional Kota Padang.
Keberhasilan Elsa mengubah kondisi ekonomi Masyarakat ini bukanlah tanpa tantangan. Awalnya ia kerap mendapat penolakan saat mengajak para ibu rumah tangga untuk menjadi mitra bisnisnya. Meyakinkan warga kampung perlu proses yang cukup Panjang dan menjadi tantangan sendiri untuk Elsa. Dia berusaha meyakinkan warga satu persatu bahwa usaha Kampung jahit ini akan lebih menjanjikan dari pekerjaan sebelumnya.
Suksesnya Maharani Hijab
Perlahan pesanan semakin banyak. Setiap bulan Maharani hijab mampu memproduksi lebih dari 2.500 helai produk dan memiliki puluhan agen di dalam dan di luar negeri serta ratusan reseller dari Aceh hingga NTB tergabung dalam Maharani Hijab.
Selain memproduksi hijab, Elsa juga memproduksi mukena, , sarimbit keluarga, pashmina instan, koko untuk ayah dan anak. Hjab dan mukena buatan Elsa mengangkat nilai kearifan local dengan ciri khas motif atau kain minang dengan bentuk lebih modern. Sekarang untuk memperluas pasar, Maharani Hijab juga mulai memproduksi pakaian untuk pekerja laki-laki dengan brand HAMKA
“Rencana ke depan ingin membuat duplikasi kampung jahit di beberapa kota. Semacam sentra jahit di daerah Sumatera. Mudah-mudahan bisa menggandeng 1.000 mitra dan memberdayakan lebih banyak orang,” harapnya.
Kini warga lingkungan sekitar Elsa telah memiliki penghasilan tetap. Namun ia tak berhenti sampai disitu. Elsa juga aktif dalam kegiatan sosisal berupa pendirian Rumah Quran Serambi minang yang menampung lebih dari 200 santri.
Selain itu ia juga ikut dalam kegiatan sosial di Lembaga Pemasyarakatan Muaro. Bahkan untuk tas produk Maharani Hijab, Elsa memberdayakan narapidana di Lembaga permasyarakatan setempat. Selama pandemi, Elsa juga bekerja sama dengan mahasiswa Tata Busana dan Universitas Andalas untuk membuat masker dari percaya yang tidak terpakai dan dibagikan ke Masyarakat sekitar.
Kegigihan dan keikhlasan Elsa dalam mengangkat derajat ekonomi Masyarakat ini mengantarkannya menjadi salah satu penerima SATU Indonesia Awards tahun 2020. Penghargaan ini adalah wujud presiasi Astra generasi yang menjadi pelopor perubahan masyarakat sekitar di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi.
Elsa yang menjadi pelopor Kampung Jahit pun akhirnya berhasil mewujudkan impiannya untuk memiliki 1.000 mitra jahit. Makin banyak mitra tentu makin memajukan Kampung Jahit.