Kesehatan

Apa Penyebab Jantung Koroner? Kenali Cara Penanganannya

Penyakit jantung menjadi momok yang cukup menakutkan. Kadang datang tak terduga dan tiba-tiba. Hal ini juga menimpa beberapa kerabat dan kenalanku. Yang tampak sehat, saat terkena serangan jantung, seketika tak berdaya.

Mengenali Penyebab Penyakit Jantung Koroner

Jantung koroner memang menjadi salah satu penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia. Saat terjadi, penderita akan mengeluh nyeri di tengah dada, ulu hati, dan punggung. Rasanya seperti di tekan benda berat saat beraktivitas selama 30 deting hingga 5 menit. Kadang gejalanya juga diiringi dengan keringat dingin, berdebar pusing dan ingin pingsan.

Penyakit ini terjadi ketika pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jantung, yang dikenal sebagai arteri koroner, mengalami penyempitan atau penyumbatan. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa Penyebab jantung koroner:

1. Penyempitan Pembulahan Darah Koroner

Penyempitan ini biasanya disebabkan oleh penumpukan plak yang mengandung lemak, kolesterol, dan zat lainnya. Proses ini disebut aterosklerosis, dan seringkali berkembang secara perlahan tanpa gejala yang jelas pada awalnya.

Aterosklerosis dapat mengurangi suplai darah ke jantung dan memudahkan terbentuknya penggumpalan darah. Jika ini terjadi, alirah darah ke jantung akan tertutup dan menyebabkan serangan jantung mendadak yang menyebabkan kematian.

2. Pola Makan yang Tidak Sehat

Salah satu penyebab utama jantung koroner adalah pola makan yang tidak sehat, khususnya konsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol. Makanan seperti daging merah berlemak, makanan cepat saji, dan produk olahan yang mengandung lemak trans dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah.

Kolesterol jahat ini akan menumpuk di dinding pembuluh darah, memicu proses aterosklerosis, dan mempersempit arteri koroner. Sebaliknya, pola makan yang sehat dengan banyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan ikan kaya asam lemak omega-3 dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung.

3. Gaya Hidup Sedentari (Kurang Aktivitas Fisik)

Kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup sedentari juga merupakan faktor utama penyebab jantung koroner. Aktivitas fisik yang teratur membantu menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah dengan meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan tekanan darah, dan mengontrol kadar kolesterol.

Orang yang jarang bergerak atau duduk terlalu lama memiliki risiko lebih tinggi mengalami penumpukan lemak di pembuluh darah, yang pada akhirnya bisa menyebabkan penyakit jantung. Untuk itu, disarankan untuk melakukan olahraga ringan seperti jalan kaki, bersepeda, atau berenang setidaknya 150 menit per minggu.

4. Merokok

Merokok adalah salah satu kebiasaan yang paling merusak kesehatan jantung. Zat-zat kimia dalam asap rokok, seperti nikotin dan karbon monoksida, dapat merusak lapisan pembuluh darah dan meningkatkan peradangan di dalam tubuh.

Hal ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan kadar kolesterol jahat. Merokok juga mempercepat proses aterosklerosis dan meningkatkan risiko pembekuan darah, yang dapat menyebabkan serangan jantung. Orang yang merokok memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi untuk menderita penyakit jantung koroner dibandingkan mereka yang tidak merokok.

5. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis yang dapat merusak dinding pembuluh darah dan meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis. Ketika tekanan darah meningkat, jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh, yang dapat menyebabkan kerusakan pada arteri koroner seiring waktu. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala yang jelas, sehingga penting untuk memeriksakan tekanan darah secara rutin, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi atau memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi.

6. Diabetes

Diabetes, terutama diabetes tipe 2, juga merupakan faktor risiko yang signifikan untuk penyakit jantung koroner. Penderita diabetes memiliki kadar gula darah yang tinggi, yang dapat merusak pembuluh darah dan mempercepat proses aterosklerosis. Selain itu, diabetes sering disertai dengan faktor risiko lain, seperti obesitas dan tekanan darah tinggi, yang semakin memperburuk keadaan. Pengelolaan kadar gula darah yang baik melalui diet, olahraga, dan pengobatan sangat penting untuk mengurangi risiko penyakit jantung pada penderita diabetes.

7. Faktor Genetik dan Usia

Selain faktor gaya hidup dan kebiasaan, faktor genetik atau riwayat keluarga juga memainkan peran penting dalam perkembangan penyakit jantung koroner. Jika ada anggota keluarga yang mengalami penyakit jantung pada usia muda, maka seseorang memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalaminya. Selain itu, risiko penyakit jantung meningkat seiring bertambahnya usia. Pada pria, risiko penyakit jantung biasanya mulai meningkat setelah usia 45 tahun, sementara pada wanita, risiko ini meningkat setelah menopause.

Penanganan Bagi Penderita Jantung Koroner

Mengingat banyaknya faktor yang menyebabkan jantung coroner seperti kolesterol, tekanan darah tinggi, gaya hidup, hingga kurangnya aktivitas olahraga. Ada baiknya kita mencegah penyakit jantung koronen dengan mempertahakankan pola hidup sehat dan melakukan  pemeriksaan kardiovaskuler secara teratur.

Namun jika kamu ternyata sudah menderita penyakit jantung coroner, sebaiknya langsung menemui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Biasanya dokter akan menanyakan keluhan yang dirasakan dan melakukan tes dan memastikan diagnosis serta tingkat keparahannya. Lalu dokter akan memberikan obat-obatan untuk mengatasi penggumpalan darah, melebarkan arteri serta mengurangi beban jantung pasien.

Kamu perlu mendatangi Dokter spesialis jantung yang tepat seperti di RS EMC.

RS EMC merupakan rumah sakit yang bisa membantu kita untuk menangani berbagai kondisi kesehatan jantung. Tim spesialis dokter jantung Rumah Sakit EMC merupakan para ahli di bidang kardiologi dan  siap melayani penanganan kesehatan dari beragam kondisi jantung– dimulai dari  tindakan preventif, screening, tes diagnostik lanjutan, tindakan invasif & non invasif, hingga perawatan pasca operasi.

Bagikan postingan ini :)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *