Untuk semua  wanita mulia bernama Ibu yang ada di seluruh pelosok dunia

Sejak dulu saya tahu bahwa menjadi seorang Ibu tidaklah mudah. Namun, kenyataannya saya benar-benar baru memahami setelah saya menyandang gelar istimewa itu.

Menjadi seorang Ibu terlebih Ibu Rumah Tangga terkadang terlihat sepele, bahkan banyak orang mengatakan bahwa Ibu Rumah Tangga bukanlah pekerjaan dan melekatlah kata “hanya dirumah”.  Namun sejatinya walau hanya satu petak rumah, seorang Ibu entah dalam sehari telah berjalan berapa kilometer bolak balik demi kenyamanan si buah hati.

Sejenak dalam keseharian saya sebagai seorang Ibu Muda yang minim pengalaman dan minim kesabaran terbesit keletihan, sumpek dan pusing sering mendera. Saya manusia, bukan robot yang bisa ganti batre seketika langsung  bisa beraktifitas dengan kekuatan penuh. Saya akui itu, saya memang punya daya tahan tubuh yang lemah. Tidak seperti ibu lain kebanyakan yang walaupun dengan pekerjaan seabrek, anak banyak, bahkan bekerja di tempat lain pun tetap bisa semangat dan jarang sakit. Apalagi semenjak operasi, daya tahan tubuh saya drastis berkurang. Pekerjaan yang biasa kadang terasa berat.

Namun, saat keletihan mendera. Saat saya terkulai di karpet bermain Ubay, anak saya.

Wajah lucu Ubay kadang mendekati, memberikan ciuman dengan ilernya yang menempel disana sini. Sesekali ia memeluk saya, menyandarkan tubuhnya di perut saya. Mengoceh apa saja, lalu tertawa dengan matanya yang berbinar. Well, itu lebih dari cukup untuk membuat kepayahan hilang seketika. Walau dengan mata yang kunang-kunang, saya harus kembali duduk, setidaknya untuk mengajaknya bermain dan belajar sebentar. Agar dia tidak kecewa telah lahir ke dunia. Agar dia yakin, saya benar-benar telah menjaga amanah dari Allah, amanah paling berharga. Dia, anak saya, Ubay.

Sejak punya anak juga, saya teringat Ibu. Oma nya Ubay. Saya benar-benar menyesal karena saat saya masih tinggal bersama Ibu, saya tidak bisa berbuat banyak. Saya  malas, bahkan mungkin sering melukai hatinya. Saya masih ingat bagaimana nakalnya saya. Saya juga masih ingat bahwa Ibu rela tak pernah membeli baju baru asal anak-anaknya selalu terlihat rapi dengan baju yang bagus. Saya juga tak akan pernah lupa, bagaimana Ibu hanya memakan mie dan kuah saja dari bakso yang dibeli karena saya dan adik-adik ingin tambah bakso di luar jatah kami.

Saya ingin menulis lebih banyak, namun saya tak sanggup karena mata saya telah beruap menahan haru. Hanya harap dan do’a untuk Ibu yang kasihnya tak pernah putus.

Untuk seluruh Ibu di dunia
Untuk seluruh wanita yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk keluarga
Untuk seluruh Ibu Rumah Tangga yang mengabaikan egonya untuk buah hati tercinta
Untuk seluruh Ibu Bekerja yang berjuang demi keluarganya

Semoga Ibu di sayang Allah
Semoga setiap tetes keringat, air mata dan keikhlasan Ibu dibalas

Di tempat terindah
Bernama Surga

Bagikan postingan ini :)

riafasha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *