Kelihatannya hanya biasa saja rutinitasnya. Ada yang di rumah saja dengan anak-anak dan pekerjaan rumah. Ah itu sudah biasa. Ada juga yang pagi sampai sore bekerja alu sesampainya di rumah berkutat dengan urusan dapur dan anak-anak. Ah itu sudah biasa juga. Banyak kan yang begitu?
Hmm, tapi tunggu dulu. Ya memang kelihatannya biasa saja. Ya begitu begitu saja. Bangun tidur, memasak untuk sarapan dan untuk makan seharian, memandikan anak, menemani main anak, menyiapkan suami yang hendak berangkat bekerja, bekerja pula keluar rumah dan pekerjaan-pekerjaan lainnya. Terlihat biasa dan tak meelahkan sepertinya. Namun, tak tahukah bahwa rutinitas itu melelahkan? Memerlukan energy berlipat-lipat, memerlukan perhatian yang tak kalah berlipat-lipat?
Sebelum menikah saya menganggap pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga itu biasa saja, ya Cuma di rumah pasti banyak santainya. Padahal saat itu ibu saya harus mengurus kami berempat beradik sambil berjualan di rumah. Duh nggak kebayang kerepotan Ibu bahkan hingga sekarang. Baru deh setelah jadi Ibu saya ngerasain sendiri gimana rempongnya jadi emak-emak. Bangun hingga tidur diisi dengan kehebohan.
Seperti Kisah Antalogi Inspiratif Hebohnya Emak-Emak (Kerjaan Banyak, Semuanya Beres) yang berisi sepuluh tulisan pendek Emak-Emak mengenai pengalamannya menjalani kehidupan sebagai istri dan Ibu. Dari buku ini banyak hal inspiratif yang bisa kita ambil pelajaran untuk mendidik anak, memanajemen waktu dan juga belajar sabar menjadi seorang Ibu.
Cerita pertama yang ditulis Deasylawaty (Hebohnya Emak Rempong) aseli bikin saya ngakak. Gaya penulisan Mbak Deasy bikin yang membaca jadi nyengir-nyengir sendiri apalagi ibu-ibu yang juga merasakan hal sama seperti yang diceritakan. Mbak deasy secara jujur menceritakan kerempongannya memiliki empat anak (dengan catatan anak kedua dan ketiga kembar) dengan umur yang berdekatan. Tak jarang ia harus terlambat mengisi kegiatan ekstrakulikuler karena harus menyiapkan keempat anaknya. Dan yang bikin saya kagum adalah manajamen waktu penulis sehingga bisa mengurus anak dan juga terus bekarya. Selain menulis beliau juga sempat buat kue, jual buku online dan mengajar ekstrakulikuler. Jadi mikir si mbak kok nggak capek ya? Tidur udah larut, bangun sebelum subuh bahkan bergadang untuk menulis dan pagi harus ceria dan semangat untuk mengurus si buah hati juga suami.
Bukan cerita heboh saja yang dituliskan, ada keharuan saat Mbak Deasy menangis di malam hari saat ketiga anaknya yang masih kecil menangis hingga sang suami bingung harus apa. Tangis yang saya mengerti karena banyak Ibu muda seperti saya merasa tak mampu mengurus anak dan rumah tangga. Setiap malam dibayangi tumpukan cucian ompol, piring yang belum dicuci, ruang tamu yang berantakan, pakaian yang belum disetrika hingga besok mau masak apa. Tapi semua itu bisa dilewati berkat komitmen yang sudah dirancang dari awal.
Ada juga cerita Tiga Bocah Bikin Seru Imawati Zanifah yang mempunyai tiga anak yang pintar. Yang bisa dipetik dari gaya parenting penulis satu ini adalah kerjasamanya dengan suami perihal mendidik dan mengembangkan bakat anak. Jadi sejak dini, segala sesuatu sudah dirancang termasuk kurikulum pembelajaran walau mereka belum usia sekolah. Karakter dan bakat ketiga anaknya yang berbeda didukung dan diasah. Salut deh.
Cerita sedih juga ada di Antalogi Hebohnya Emak-Emak ini. Tulisan Risalaha Husna (Resign demi Ngurus Anak) bikin hati meleleh. Perjalanan anak keduanya menguras air mata. Awalnya Syafiq si bungsu lahir dengan normal, namun tak berapa lama bayi mungilnya selalu muntah saat menyusui. Dokter mendiagnosa sementara adanya penyempitan pada usus kecil hingga akhirnya Syafiq harus di operasi. Bagaimana keadaan Syafiq sekarang?
Silahkan baca kelanjutannya ya di Hebohnya Emak-Emak karena beragam suguhan inspiratif akan membuka pandangan kita. Bagi yang masih muda saat membaca ini akan terbayang bagaimana perjuangan seorang Ibu dalam membesarkan anak-anaknya. Untuk yang akan menikah dan sudah menjadi Emak-EMak pun bisa mengambil pelajaran dan mempraktikkan tips-tips dan metode pengajaran yang bisa diterapkan pada anak kita.
Secara keseluruhan gaya penceritaan kesepuluh penulis sangat baik, enak dibaca. Mungkin karena pengalaman pribadi jadi lebih mengalir seperti lagi curhat. Walaupun ada beberapa cerita yang menurut saya kurang mengeksplore kehebohan ala emak-emak yang diharapkan ada dalam tulisan itu.
Bukan emak kalo nggak heboh hehee, baca bukunya aja jadi ikutan heboh hehee
Btw, buku ini keren ^_^
Selamat membaca
wiihh bagus juga nih bukunya untuk emak-emak
tak beliin untuk emak ahh 😀
jd penasaran bacanya 😀 dulu jg aku kira jd ibu rumah tangga biasa aja ternyata waktu 24 jam kadag terasa kurang
perlu dibaca nih kayaknya, biar dpt tips and trick ngurus anak dan rumah tanpa stress 😀
iyaa jadi emak2 memang heboh banget
baca buku ini jadi tahu suka duka nya jadi emak2 hehee