Berdamai menjadi ibu tentu tidak mudah. Berdamai dengan rasa bersalah, berdamai dengan rasa tertekan. Terus berusaha untuk bahagia agar keluarga pun terus bahagia. Sudahkah kita menerima peran sebagai seorang ibu?
Paginya saya pusing dan keliyengan, subuh hampir saja telat. Belum lagi harus buru-buru menyiapkan pesanan kue. Saat-saat seperti ini biasanya ada suami yang bantuin ngehandle Ubay, tapi karena ia sedang ke Yogya saya memang harus ekstra mengurus semuanya sendiri. Berharap calon adek Ubay bisa kompromi dengan seabrek kegiatan umminya yang nggak kelar-kelar.
Awal-awal menjadi seorang Ibu, saya sempat mikir “ya Allah gini banget jadi istri dan Ibu.” Hati selalu digoda bisikan untuk bete, kesal, marah yang intinya bikin diri nggak ikhlas menjalani peran sebagai seorang ibu.
Bicara Ikhlas, Bicara Hati
Nggak mudah berdamai menjadi ibu. Berdamai menjadi Ibu, Menyadari bahwa jadi ibu adalah sebuah pilihan tepat untuk dekat dengan surga. Lalu kembali menjalani rutinitas dengan ikhlas sembari berharap Allah ganti setiap tetes keringat dengan berkah dan kebahagiaan. Bicara ikhlas juga adalah bicara dengan hati sendiri untuk mensyukuri dan menikmati apa yang terjadi, berdamai dengan keadaan diri dan berusaha menjadi ibu yang terbaik.
Berdamai dengan Perubahan Fisik
Ketika saya bercermin di kaca, banyak perubahan di diri saya. Lihatlah muka yang dulunya kinclong karena rutin perawatan kini mulai berkerut, kusam karena seringkali dibahasi keringat. Jangankan mengoleskan makeup tebal dengan polesan eyeshadow dan blashon, baru diolesi bedak saja tak lama bedak sudah luntur kena keringat. Saya melihat bentuk tubuh yang mulai terlihat seperti ibu-ibu kebanyakan. Pinggul lebar, pipi tembem, telapak kaki dan tangan mulai terasa kasar. Belum lagi luka operasi caesar dan stretch mark yang tak bisa menghilang, hanya bisa memudar.
Itu hanya tentang fisik yang mungkin bisa membuat sebagian wanita dilanda perasaan tertekan sepanjang waktu. Perubahan fisik ini memang drastis terlihat pasca saya melahirkan. Awalnya memang saya merasa tidak terima. Tetapi setelah melewati deretan rasa sakit hingga berakhir di ruang operasi, saya tahu bahwa tak banyak yang diinginkan oleh seorang Ibu. Hanya kebaikan untuk anak-anaknya kelak, lahir sehat dan selamat dan tumbuh menjadi anak yang soleh atau soleha.
Perubahan fisik perlahan tapi pasti akan mendatangi kita, cepat atau lambat. Saya tetap mengusahakan untuk merawat tubuh saya sebisanya di sela-sela waktu. Tapi tidak akan diliputi rasa kecewa jikalau tidak banyak yang berubah. Saya mencoba berdamai dengan perubahan-perubahan yang ada hingga kelak nanti jika ada umur saya akan menemukan rambut ini mulai memutih, bicara mulai susah, dan mata mulai rabun, saya akan menjalaninya dengan bahagia. Menjadi nenek bahagia hehehe…
Berdamai dengan Masa Lalu, Berdamai dengan Waktu
Setiap hari timeline facebook mengulas kenangan masa lalu yang pernah saya posting. Masa-masa jomblo yang penuh warna. Saya tersenyum mengingat apa-apa saja yang saya lakukan. Membuat rindu dan serasa ingin mengulang keceriaan itu. Saya ingat masa kuliah adalah masa-masa sibuk berkarya dan berprestasi. Travelling kemana-mana, naik gunung, ikut lomba hingga seru-seruan dengan teman-teman.
Namun kini tak lagi sama. Jika setiap harinya bisa bertemu teman-teman kuliah, curhat ngalor ngidur tanpa beban. Kini waktu untuk bertemu teman sangatlah minim, selain karena kesibukan masing-masing saya tidak mungkin menitipkan Ubay terus menerus. Sesekali saja jika ada acara blogger Ubay saya titipkan ke rumah ibu. Jika biasanya setiap bulan merencanakan travelling bersama teman, kini untuk travelling ada banyak hal yang dipertimbangkan termasuk anak-anak yang masih kecil dan belum cukup kuat, pendanaan, dan pekerjaan yang terbengkalai.
Waktu kosong yang biasanya saya manfaatkan untuk menulis seharian kini adalah waktu sangat berharga untuk istirahat atau menemani Ubay main. Jika dulu bisa tidur seharian, sekarang mencuri-curi waktu untuk memejamkan mata. Menulis saat ia telah pulas di malam hari, menyisakan sedikit waktu untuk mereganggkan tubuh.
Ya, saya mulai terbiasa. Mulai berdamai dengan waktu yang seolah tak cukup, berkejar-kejaran untuk bisa menyelesaikannya tepat waktu agar keluarga dan rumah tidak terbengkalai. Itulah kenapa saya sangat kagum dengan working mom, pasti ekstra capeknya, dirumah dan dikantor. Saya selalu salut dengan ibu-ibu yang bisa membereskan semuanya dipagi hari, tidak pernah mengeluh dengan seabrek aktifitasnya.
Berdamai menjadi ibu, berdamai dengan masa lalu dan waktu. Kini saya tahu bagaimana rasanya menjadi Ibu.
Berdamai Menjadi Ibu itu…
Berdamai menjadi ibu, berdamai dengan rasa bersalah, berdamai dengan rasa tertekan. Makanya setiap beraktifitas entahkan itu nyuci, masak atau membereskan rumah saya usahakan untuk istigfar biar nggak mudah ngeluh dan ngedumel. Selama nggak urgent, kalau capek yo wis tinggalkan saja.
Rentetan edukasi parenting harusnya bikin kita semangat, jangan biarkan rasa bersalah menghantui. Menyesal seperlunya, perbaiki sebisa kita. ya, karena Ibu juga manusia. Penuh kekurangan disana sini. Yuk Ibu teruslah bahagia
Untuk para BAPAK!
PELUK BESAR untuk para Ibu, yang saat membaca tulisan ini mungkin baru menyelesaikan cucian, baru pulang dari kantor, baru saja mendiamkan si kecil yang tantrum, dan sederet aktivitas mulia untuk keluarga. Memang tidak mudah, tetapi mari berdamai menjadi Ibu agar banyak kebaikan yang kita dapatkan. Semoga hidup para Ibu diliputi berkah dan kebahagiaan.
Ibu Kucintai engkau seperti aku mencintai Surga
Ibu semoga engkau disayang Allah
didekap dengan kasih sayangNya
tak ada tempat terbaik untukmu selain surga
With love
~Ria M Fasha
Kepenatan akan sirna ketika ada pelukan dari buah hati apalagi dari si yayang, karena peluang ada power yang akanenjadi energi batu buat ibu
Haru bacanya Mbak.
Nanti Intan juga bakal kejar-kejaran sama waktu. Kalo sekarang lebih banyak ongkang-ongkang kaki pas libur, kalo nanti udah beda jauh ya. Proses kehidupan.
Btw, Intan selalu suka lihat foto-foto Mbak sama Ubay. So sweet bgt. Jadi pengen punya anak cwo. hehe 😀
duh.. emak emak banget mbak.. apalagi kalau saya ditambah kejar-kejaran dengan bel sekolah 🙁 kadang kelepasan marah hiks… setelahnya nyesel banget marah ke anak
Kalau baca tulisan ini kangen Mak di kampung.
Inspiratif tulisannya
Sebelum menjadi ibu, saya dulu sempet berlaku tidak baik kepada ibu, tapi setelah menjadi seorang ibu, baru tau rasanya apa yang dirasakan oleh ibu kita dulu. dari semenjak kita lahir, dirawat, di asuh dengan kasih sayang. Seperti yang sekrang kita rasakan setelah menjadi ibu. Menjadi ibu ternyata bukanlah menjadi hal yang gampang. mulai dari hamil, melahirkan, menyusui, merawat, membesarkan sungguh luar biasa. Mari berdamai mba menjadi ibu 🙂
Memang berat untuk menjadi seorang ibu yang baik bagi anak2…namun hal itu sebanding dengan hasil yang nantinya akan didapatkan oleh anak tersebut, dengan kasih sayang dan pengorbanan seorang ibulah akhirnya sang anak bisa tumbuh dewasa dan menjadi sosok hebat dan dewasa dalam menghadapi kehidupan…
Sama, che. Kerasa banget capeknya beberes dari nyuci piring,nyapu halaman, ngepel, nyirami tanaman, sampe nyetrika. Sesekali ditinggal aja klo pas capek. Banyak energi malah pas kalo lg kesel. Bs kelar cepet ngosek kamar mandi. Wekeke. Entah kenapa energi klo ga disalurkan dengan tepat justru jadinya ngeluh. Jadi klo pas capek sekalian aja capeknya jadi bisa tidur nyenyak. Semoga sabar ya. ��
Memang kasih sayang seorang ibu sepanjang masa, karena dalam islam pun para ibu juga di mulyakan dari para bapak. Heheh
iya mbak aku juga kalo lagi penat gitu terus dipeluk anak jadi hilang capeknya
iya ntan, someday akan merasakan sendiri prosesnya
hihii iya nikah dulu ntar baru doa dapet anak cowok wkwkk
iya mbak apalagi kayak mbak nih nyambi guru juga
kudu ekstra power dan ekstra sabar
🙂
jangan lupa selalu mendoakannya sepenuh hati,
telepon untuk melepas rindu
makasih mas iman 🙂
iya mbak kalo inget kelakuan sebelum menikah banyak nyeselnya. Berharap bisa bersikap lebih baik ke ibu 🙂
iya piter, kebahagiaan ibu nggak muluk2 kok , cuma pengen anaknya sukses dunia akhiran…
makanya piter berbakti sama ibu jangan sakiti hatinya,
iya mbak kelihatannya sepele tapi sebenarnya menguras tenaga n emosi
itu kenapa ibu2 suka ngomel hihii
doain ya mbak biar che selalu sabar
iya kuma 🙂
jangan lupa doakan ibumu yaa
betul, nice, untungnya suamiku bukan org yg semuanya hrs dilayani, dia juga bantu aku dlm hal pekerjaan rumah tangga, dia siap abntu nyuci dlll. Aku ibu pekerja, bahakn setelah anak SD aku gak punay pembantu jadi kami punya pembagian kerja. Setelah anak dewasa dan merantau ke luar kota, aku ada waktu luang banyak, mulailah aku manjain suami, apapun aku sediakan buatnya, heeee
Keikhlasan merupakan kunci utama berdamai menjadi seorang ibu.
pasti mbak, sebagai birrul walidain maka wajib bagi seorang anak untuk mendoakan ibu dan bapak, terlebih kalo mereka sudah tua renta maka harus merawatnya…
Seru ya menjadi ibu rumah tangga, kadang bak pelagi, kadang bak hujan deras hehe…. nikmati aja prosesnya.
Smoga kita bisa menjadi ibu yang baik ya mba Ria 🙂
mba riiaaaaaa,, ihh baper baper pas pesan untuk para suami ini, siap siap :)sekilas mengingatkan ku pada ummi masa depanku hohoho. sungguh memang harus ikhlas biar berkah, jomblo mah apa atuh masih belum mengerti dunia pasca nikah, masing sengen hangout main main, jiah *mba ria boleh dong mampir di blog saya lagi muzanuf dot com hihi :)Salam
Dapat insight baru nih Mba dari baca kisah Mba Ria, jadi lebih nguatin mental dan barangkali lebih ikhlas kalau dapat rezeki berkeluarga dan mengalami hal serupa 😉
Sosok yang mampu merawat berapapun orang anak , namun anaknya belum tentu mampu merawat seorang ibu
Terharu banget bacanya mba. Ya Allah, kangen mama di rumah. Mamaku yang deorang working mom tapi tetap bisa mengurus anak dan suaminya
Sementara aku yang baru menjadi seorang istri saja, baru nyuci dan berbenah rumah saja, padahal masih tinggal berdua suami, masih ada saja ngambek karena tubuh terasa lelah.
Alhamdulillah suamiku lelaki yang sangat luar biasa. Nggak berat hatinya untuk turun tangan membantu. Apalagi di kala malam sepulangnya kami dari kantor, aku sudah merasa kelelahan dan butuh tidur, masih dibangunkan dengan lembut untuk makan malam, disuapi pula.
Ya Allah alhamdulillah.
Para suami dan calon Ibu mesti membaca ini kayanya, aku baper berat mba :')
Anak memang penghapus lara dan lelah nomor 1, dan tidak ada tempat yg lebih layak untuk seorang Ibu daripada SurgaNya 🙂
Hai Mba…ga sengaja nemu blog Mba…terharu dengan kejujurannya…tetap semangat berkarya sebagai Ibu, Istri dan Inspirasi buat perempuan-perempuan lain Mba…
syukurlah kalau punya suami pengertian mbak hehe
apalagi kalau lagi punya anak kecil..
betul mas hadi 🙂
iya mbak, apalagi mba naqiy ya punya bocah 3, masyaAllah semoga sehat selalu mbak untuk mendampingi mereka
aamiin mbak
hihii
mumpung belum nikah nufus bagus deh jadi baper hihi
ntar istrinya disayang ya,
iya mbak nia,
beda-beda nanti cobaannya tiap wanita yang dah jadi ibu,
ia aang, makanya jangan lupa doain ibumu yahh
iya mbak,
aku juga kalo ngerasa capek jadi merembes mili ingat perjuangan ibuku, kerja jualan ampe malem sambil ngurusi aku berempat beradek 🙁
alhamdulillah kalau suami2 kita suka turun tangan membantu
iya mbak, wanita jadi super strong kalau sudah masalah anak
apa aja dijabani asal anak bahagia
aamin makasih mbak 🙂