Hujan yang turun
Membawa kenangan dan rindu
Malu-malu hadir dalam ingatan
Membiarkan ku buncah dalam pilu
Jika saja bisa memilih. Jika saja kita bisa memilih kenangan indah saja yang ada dalam ingatan. Jika kita bisa memilih tentu tak akan ada lagi penyesalan yang datang diam-diam. Mengusik tenang saat malam menjelang. Membuncakan haru dan pilu yang menjadi-jadi, meninggalkan sesak yang tertahankan.
Ini mungkin tentang masa lalu yang mengharu biru
Tentang hati yang tak kunjung memaafkan diri sendiri
Tentang penyesalan yang tak berunjung
Bertahun-tahun tanpa jeda menghantui setiap bait doa
Jika saja memaafkan adalah yang mudah. Mungkin tak akan ada air mata yang basah bersama embun di jendela. Sedang diri masih terus meraba setiap detik dalam perjalanan pulang.
Bahkan keberanian saja tak cukup untuk memaafkan diri sendiri, untuk berdamai dengan masa lalu. Bahkan penyesalan saja tak cukup untuk memohon ampunan pada detik-detik kealpaan. Karena setiap ingatan datang, sesak bertubi-tubi menghentak-
Dari setiap asa yang bangkit mengecap bahagia
Ini hanya tentang diri yang tak kunjung mampu
Untuk memaafkan masa lalu
Bahkan berdamai dengan diri sendiri
—
Mantap jiwa mbak puisinya… ��
Sepertinya saya juga harus berdamai dengan masa lalu
keren banget puisinya!
Setiap orang punya masa lalu, tinggal lagi memperbaiki agar di masa depan lebih baik.
Memaafkan masa lalu, emang PR banget ya Mba. Tapi kalo gak kayak gitu, langkah kaki kita berat banget buat melangkah ke depan.
Bacanya malam-malam. Saya merasa syahdu, ya 🙂
suka bikin puisi juga ya
mantap mbak, sya terbawa arus saat membacanya 😀
chika mang paling pinter bikin puisi 😀 keren tp gak berat dibacanya
Ntap!!!
makasih teman2 😀
Masha Allah…. Bagus puisinya ria… 🙂
Yg terpenting adalah bagaimana kita saat ini, masa lalu tidak mungkin terulang.