Cantik dan anggun seperti syair yang ditulisnya, begitulah sosok Fatmawati yang menjadi First Lady Indonesia. Bukan tanpa alasan Fatmawati mendapatkan gelar Pahlawan Nasional sejak tahun 2000. Marilah buka lembaran kisah perjuangannya, kita akan menemukan bahwa tidaklah mudah menjadi sosok Ibu Negara yang hidup dalam situasi politik yang membara serta terlibat langsung mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Lahir di Bengkulu 5 Februari 1923 dari rahim Siti Chadidjah, Fatmawati hadir di tengah keluarga yang memiliki prinsip dan keteguhan hati. Ayahnya, Hassan Din, seorang aktivis Muhammadiyah di Bengkulu memilih meninggalkan jabatannya sebagai pegawai perusahaan Belanda demi tetap aktif di Muhammadiyah. Fatmawati tumbuh menjadi wanita yang kuat dan mandiri. Sejak kecil ia ditempa dengan semangat belajar agama dan mandiri.

Saya hanya mengingat sosok Ibu Fatmawati sebagai Pahlawan Nasional yang menjahit bendera pusaka. Namun nyatanya ia lebih dari itu, banyak hal yang dilakukan selama mendampingi Bung Karno. Bu Fat telah mendahului ide agung Bung Karno dan tokoh kemerdekaan dengan berinisiatif menjahit bendera merah putih di tahun 1944 sedangkan Proklamasi baru dilaksanakan 17 Agustus 1945. Apalah arti kemerdekaan yang diproklamasikan tanpa berkibarnya bendera kebangsaan. Sebagai orang bengkulu, saya bangga mengenangnya sebagai Pahlawan dari Bengkulu, Sang Perajut Negeri.

Fatmawati, Merajut Kebudayaan Bangsa

Fatmawati, sangat menyukai seni dan pandai menari. Sejak menikah di tahun 1943, Fatmawati mendampingi Bung Karno dalam perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia. Perjalanan mereka akhirnya dikaruniai lima putra-putri, yakni Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh.

Dalam buku Fatmawati, Guruh menyebutkan bahwa bu Fat adalah Ibu Negara yang menguasai berbagai tarian daerah juga tarik suara. Bahkan ia adalah Qoriah yang mahir dan bersuara empuk. Tari serampang 12 asal melayu Sumatera Utara dan lagu Anging Mamiri asal Sulawesi Selatan menasional dan berkembang karena aktfitas bu fat. Bisa dikatakan Bu Fat adalah Ibu Negara yang paling responsif mengembangkan budaya nasional yang dimiliki bangsa sejak Proklamasi.
   

Merajut Perjuangan di tengah Api Revolusi

Sepanjang hidup bersama Bung Karno, Bu Fat rela hidup berpindah daerah demi memperjuangkan kemerdekaan Saat api Revolusi mulai tampak, Bu Fat pun berhadapan dengan generasi muda yang tampil sebagai motor perjuangan. Ia juga menyaksikan  tumpukan bara api sejarah bangsa. pun tak ragu ia mengikuti langkah pejuang menuju rengasdengklok sambil menggendong Guntur yang masih bayi.

Bu Fat juga aktif bergabung bersama para tokoh pejuang nasional untuk membela Indonesia. Bahkan Bung Karno tidak ragu-ragu untuk meminta pendapat Bu Fat akan perjuangannya. Ketika Ibu Fatmawati ikut hadir pada Sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai dan menyaksikan pidato Bung Karno, Bu Fat menyampaikan angannya

“Inilah nantinya yang akan diterima oleh majelis, dan serasa seakan Indonesia Merdeka pada hari itu sudah terwujud” 

Ibu Fatmawati dan Sang Saka Merah Putih

saya bersama mesin jahit Ibu Fatmawati

Saat perjuangan bangsa Indonesia diproklamirkan dengan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Bendera Merah Putih pun segera berkibar sebagai wujud simbolis terhadap kebebasan bangsa Indonesia dalam menentukan nasibnya sendiri.

Dalam tulisannya, Fatmawati menyebutkan

“Ketika akan melangkahkan kakiku keluar dari pintu terdengarlah teriakan bahwa bendera belum ada, kemudian aku berbalik mengambil bendera yang aku buat tatkala Guntur masih dalam kandungan, satu setengah tahun yang lalu. Bendera itu aku berikan pada salah seorang yang hadir di tempat di depan kamar tidurku.”

Merinding saya mengetahui bahwa Ibu Fatmawati telah menyiapkan bendera Merah Putih satu setengah tahun yang lalu. Fakta berbicara, bahwa Ibu Fatmawati tidak sekedar berperan sebagai penjahit bendera pusaka. Jiiwa dan semangat juang yang telah diperankan beliau sangat kuat dan mendalam. Sunguh besar jiwa kepahlawanan yang telah beliau sumbangkan kepada Bangsa Indonesia. Fatmawati bukan hanya penjahit bendera, beliau perajut negeri.

Fatmawati dalam Perang Gerilya

Proklamasi Indonesia dipenuhi banyak tantangan. Ibu Fatmawati ikut hijrah ke Yogya meskipun harus melewati pagar berduri. Ibu Negara ini berperan sebagai pengatur rumah tangga kepresidenan, juga terus menjamu para pejuang yang sering datang hilir mudik. Bu Fat pun turut mendampingi Presiden ke luar negeri juga daerah-daerah untuk memberikan wejangan-demi mempertahankan kemerdekaan bangsa, bahkan pernah beliau dimintai langsung oleh rakyat Ceribon untuk tampil di mimbar.

Saat ia pindah ke rumah kosong di Batanawarsa. Walau terus diawasi Belanda, ia tetap menjalin kontak dengan para pejuang yang bergerilya. Secara sembunyi-sembunyi beliau membantu mengirim perbekalan para pejuang lalu mengirimkan beberapa butir pelor yang ditemukan dihalamannya dan membagikan makanan kepada para istri pejuang yang ditinggal bergerilya.

catatan perjalanan Bu Fat kala menemani Bung Karno

Bengkulu, Jauh di Mata Dekat di Hati

Walaupun tidak lagi tinggal di Bengkulu sejak menikah. Kecintaan Bu Fat terhadap Bengkulu tetaplah ada. Saat berdiskusi dengan penulis Napak Tilas Muhammadiyah di Bengkulu, Bang Hardi beliau memaparkan bahwa saat pembentukan Provinsi bengkulu, utusan Bengkulu berkumpul dan sering meminta pendapat Bu Fat. Ide beliau sangat membantu untuk Bengkulu sebagaimana tercatat dalam Buku Kenang-Kenangan terbentuknya Provinsi Bengkulu.

Fatmawati, Pahlawan dari Bengkulu yang Merajut Negeri mempunyai semangat juang yang gigih dan tangguh serta ketabahan luar biasa baik selama perang kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan. Semangat itu tak pernah pudar sebagaimana bendera merah putih dirajut untuk menyatukan bangsa ini dari Sabang hingga Marauke.

Terimakasih Bu Fatmawati, perjuanganmu tak kan pernah padam.Walau peristiwa telah terlupa, sejarah tetap mencatat jasamu.

Referensi

Fatmawati, 1978. Catatan Kecil Bersama Bung Karno. Jakarta: Sinar Harapan.
Wikipedia.co.id

Tulisan ini diikutsertaakan dalam #LombaNulisAsikBHS #FatmawatiPerajutNegeri #PahlawanBengkulu Bengkulu Heritage Society.
Bagikan postingan ini :)

riafasha

7 Komentar

  1. Asik neh ngebahas sejarah bikin kita kepo deh. Apalagi bahas sosok pahlawan negeri.

  2. Semoga Kisah ini meliharkan banyak fatmawati baru yang Jiiwa dan semangat juangnya yang sangat kuat dan mendalam, semangat belajar agama dan mandiri.

    While knowledge and skills may or may not be used in future jobs, character qualities will invariably be applicable to a wide range of professions.

  3. wah, itu beneran mesin jahit fatmawati?

  4. Subhanallah…saya baru beliau sosok yang begitu kuat dan menginspirasi

  5. Salut dengan perjuangan beliau demi membuat bendera kemerdekaan, namun disayangkan jika generasi tidak mengetahui betapa besar perjuangan beliau bersama Pak Ir. Soekarno, semoga artikel ini banyak dibaca oleh anak muda agar mereka lebih tahu

  6. Ibu Fatmawati perjuangannya sungguh luar biasa ya mbak. Masyaa Allah,

  7. Barokallah ya menang juara 1 tulisannya sangat apik dan mengharukan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *