Sejatinya sebuah perjalanan adalah langkah penuh makna dan petualangan. Tak peduli seberapa banyak rintangan yang menghalangi, selagi yakin dan percaya maka selalu akan ada kebaikan yang datang. Begitulah sebuah perjalanan penuh inspirasi yang bukan hanya tentang bagaimana mencapai tujuan pribadi, tetapi menjadi tangan agar impian banyak orang bisa terwujud.
Semakin tua, semakin memberi arti. Di tengah begitu banyaknya hal yang dapat membuat bangsa ini terpecah saya bersyukur masih banyak juga orang yang peduli, yang fokus untuk menebarkan kebaikan dan manfaat bagi orang lain.
Saya percaya bahwa kebaikan bukan hanya tentang hal-hal besar dan mewah. Tetapi kebaikan dan manfaat pun bisa dimulai dari hal-hal kecil yang kadang tidak disadari oleh banyak orang. Disaat kita sibuk untuk menyalahkah dan mengkritik orang lain, nyatanya kita tertinggal dengan mereka yang peduli dan terus bergerak. Merekalah Mutiara Penerang Bangsa yang mendapatkan Apresiasi Satu Indonesia Awards 2017.
Tentang SATU Indonesia
Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia merupakan wujud nyata kepedulian Astra sepanjang perjalanannya sejak tahun 1957. ASTRA mendedikasikan karyanya untuk kemajuan bangsa Indonesia, sejalan dengan salah satu butir Catur Dharma ‘Menjadi Milik yang bermanfaat bagi Bangsa dan Negara’
Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) yang merupakan langkah nyata dari Grup Astra untuk berperan aktif, serta memberikan kontribusi meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta dan karya terpadu untuk memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia. Pada prinsipnya di mana pun instalasi Astra berada, harus memberikan manfaat.
Seiring dengan semangat Sumpah Pemuda, PT Astra International Tbk mempersembahkan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2017 bagi generasi muda yang tak kenal lelah memberi manfaat bagi masyarakat di seluruh penjuru tanah air. Apresiasi diberikan kepada lima anak bangsa atas setiap perjuangan di bidang: Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, Kesehatan, Teknologi dan satu Kelompok yang mewakili lima kategori tersebut.
Astra melaksanakan SATU Indonesia Awards sebagai ajang untuk mencari pemuda-pemudi Indonesia berbakat yang memiliki semangat sejalan dengan Astra untuk senantiasa berkarya dan memberi manfaat bagi masyarakat luas.
Siapa saja sosok Mutiara Penerang Bangsa itu?
Ronaldus Asto Dadut, Tambolaka NTT
(Relawan Edukasi Preventif Bahaya Human Trafficking dari Tambaloka)
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu kantong pekerja migran. Tapi, Ronaldus Asto Dadut tak mengira nasib mereka begitu buruknya. Suatu hari, pada 2014, semasa Asto kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana, Kupang, dia diminta seorang dosen dari Kampus Unwira Kupang, untuk menjemput korban human trafficking yang telah disekap selama 3 bulan. Ia kaget mendapati 15 korban tersebut, kebanyakan perempuan, dalam keadaan depresi dan tidak terurus. Pada tahun itu juga, pria 25 tahun ini bersama teman-temannya mendirikan Jaringan Relawan untuk Kemanusiaan (J-RUK) Sumba. Sampai kini, mereka sudah memberikan berbagai penyuluhan mengenai Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan sosialisasi pencegahan human trafficking (perdagangan manusia). Sebanyak 2.889 anak mendapatkan pembekalan mengenai kebersihan dan kesehatan, dan 5.307 orang dewasa sudah mendapatkan penyuluhan mengenai pencegahan praktik human trafficking. Ke depan, Asto ingin mendirikan rumah singgah bagi anak-anak di Nusa Tenggara Timur.
Triana Rahmawati, Surakarta Jawa Tengah
(Pendamping Masalah Kejiwaan)
Bermula dari kepedulian pada orang dengan masalah kejiwaan (ODMK), tiga mahasiswi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret (UNS): Triana Rahmawati, Febrianti Dwi Lestari, dan Wulandari mendirikan Griya Schizofren. Mereka memulai dengan mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat UNS. Ketiganya hendak mendekati persoalan ODMK dari Ilmu Sosiologi. Mereka kemudian mengabdi pada Griya PMI dan menginisiasi untuk melakukan pendampingan ODMK. Pada awalnya, hanya 10 mahasiswi yang terlibat di Griya PMI. Seminggu 3-4 kali mereka mengunjungi dan berinteraksi dengan ODMK di Griya PMI, hingga akhirnya ada sekitar 50 orang yang terlibat. Pada Oktober 2014, Triana bersama koleganya mendirikan Griya Schizofren. Sejauh ini sudah ada 200 ODMK yang terjaring baik di dalam maupun di luar Solo. Pendampingan ini juga melibatkan keluarga penderita ODMK. Kegiatan pendampingan dilakukan, di antaranya dengan menemani mengobrol, melakukan aktivitas harian, bernyanyi, menggambar, kegiatan melipat kertas, salat berjamaah, atau buka puasa bersama saat Ramadhan
Jamaludin, Gowa Sulawesi Selatan
(Sang Pencerdas Anak Petani dari Gowa)
Pengalaman pernah putus sekolah justru menjadi inspirasi bagi Jamaluddin (28 tahun), untuk menggagas Rumah Koran. Gerakan cerdas anak petani memberantas buta huruf di Desa Kanreapia. Desa di dataran tinggi, di Kec. Tombolo Pao Kab. Gowa Sul Sel. Desa ini dikenal sebagai desa dengan tingkat ekonomi cukup baik, namun sangat disayangkan tingkat pendidikan disini sangat rendah. Karena dari jumlah 4.733 penduduk, yang buta huruf/aksara mencapai 252 orang. Lewat Rumah Koran, alumnus Universitas Bosowa Makassar ini melakukan sosialisasi agar para petani rajin membaca dan berorganisasi. Berbagai tantangan harus dihadapi, antara lain minimnya keinginan penduduk untuk sekolah dan tingginya angka pernikahan dini. Namun dengan keuletannya 75 persen penduduk telah menikmati hasil kerja kerasnya, dari mulai bisa baca tulis, belajar Bahasa Arab dan Bahasa Inggris hingga mampu mengantarkan mereka untuk lanjut sekolah, lanjut kuliah, bisa baca tulis, dan menjadi petani organic.
Ritno Kurniawan , Pariaman SUMBAR
(Transformer Pembalak Liar)
Ritno Kurniawan pulang kampung bukan karena sulit mendapatkan pekerjaan. Pria berusia 31 tahun ini justru menciptakan pekerjaan baru. Ia mengubah para pembalak liar menjadi pemandu wisata di Kawasan Ekowisata Nyarai, Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Ia kini memimpin 170 pemandu, 80 persennya mantan pembalak liar. Kawasan ekowisata ini juga mulai ramai pengunjung. Sebulan, rata-rata ada 1.500-2.000 wisatawan berkunjung ke sana. Keberhasilan ini bermula dari keprihatinan Ritno saat pulang kampung, usai menamatkan pendidikannya di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada 2012 lalu. Ia melihat Hutan Gamaran, Padang Pariaman, digunduli. Setiap hari tak kurang 15-20 balok kayu dihanyutkan di sungai. Tapi, semangatnya muncul setelah ia menyaksikan keindahan sejumlah air terjun di Hutan Gamaran, salah satunya Nyarai. Ia ingin membangun kawasan ekowisata. Ritno memulainya dengan membentuk Pokdarwis (kelompok sadar wisata) LA Adventure (Lubuk Alung) pada Agustus 2013. Tak mudah mengawalinya. Ninik mamak mencurigai motif Ritno. Para pemuda dan pembalak takut kehilangan pendapatan. Pada akhirnya Ritno berhasil meyakinkan mereka. Dulunya, para pembalak mendapatkan Rp 150 ribu per minggu, kini sebagai pemandu wisata mereka bisa mendapatkan Rp 50-80 ribu per hari. Hutan aman, lingkungan terjaga, pendapatan dan ekonomi Lubuk Alung pun berkembang.
Anjani Sekar Harun, Malang Jawa Timur
(Anjani Si Batik Bantengan)
Batik Bantengan adalah hasil gabungan dari bakat, keahlian, ketekunan, dan cinta. Anjani Sekar Arum memulainya pada Agustus 2014 dengan mendirikan sanggar dan galeri batik Andaka di Kota Batu, Malang. Ia mendesain sendiri motif kain batik Bantengan. Ia mewarisi bakat melukis ayahnya. Tapi, perempuan 26 tahun ini juga mengasah keahliannya di Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Anjani mulai membatik pada 2010, tapi baru pada 2014 ia bisa berpameran. Dari 54 kain, ia menyisakan satu lembar. Persoalan datang ketika Istri Walikota Batu, Dewanti Rumpoko, mengajaknya pameran di Praha, Republik Ceko. Dua pekan menuju hari H, Anjani cuma sanggup membuat 10 lembar kain. Ternyata tidak mudah mencari pembatik yang tekun dan bagus. Pada 2015, ia bertemu dengan Aliya, gadis berusia 9 tahun yang tertarik mempelajari cara membatik. Sejak itu, Anjani memilih melatih anak-anak menjadi pembatik di sanggarnya. Sampai kini, sudah 58 anak yang belajar di sanggarnya, 28 di antaranya menjadi pembatik aktif. Setiap bulan, Sanggar Andana rata-rata menghasilkan 45 lembar kain batik. Setiap lembar dijual Rp 300 ribu-750 ribu. Dari setiap kain yang terjual, Anjani hanya mengambil 10 persen. Uang itu digunakannya untuk membeli kain, pewarna, dan perlengkapan lain. Selebihnya menjadi hak para pembatik anak-anak. Tak jarang, Anjani menguras gajinya yang tak seberapa sebagai guru honorer di SMPN I Batu yang tak seberapa untuk menambal berbagai biaya sanggarnya.
Bambang Sardi, Palu Sulawesi Tengah
( Pembaru VCO dari Tadulako)
Selama setahun Bambang Sardi mencoba metode baru pembuatan minyak kelapa murni (virgin coconut oil/VCO). Dosen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako, Palu, ini menggunakan metode fermentasi anaerob dan tidak menggunakan pemanasan dalam pembuatan VCO. Selama ini, masyarakat Sulawesi Tengah memakai cuka dan pemanasan untuk memproduksi VCO. Pria 31 tahun ini tertantang mengoptimalkan pemanfaatan kelapa yang melimpah ruah di daerahnya. Setelah melakukan percobaan berulang kali, Bambang akhirnya bisa memproduksi VCO pada 2016. Metode fermentasi anaerob adalah fermentasi yang tidak menggunakan bakteri dan tidak memerlukan oksigen dalam proses penguraian. Dalam pembuatan VCO ini pula, Bambang memanfaatkan seluruh material yang berasal dari buah kelapa, seperti air kelapa dan ampas kelapa, sehingga tidak ada yang terbuang percuma. Untuk mendapatkan VCO murni, Bambang menggunakan kertas saring Whatman No. 40 sebanyak enam lapis. “Produk ini memiliki kandungan asam laurat yang lebih tinggi, di atas 50 persen” kata Sumarni, dokter spesialis Gizi di RS Universitas Tadulako. Asam laurat ini dapat berfungsi, antara lain, sebagai anti virus, anti jamur dan anti bakteri.
Penyuluh Penangkapan Ikan Sidat Ramah Lingkungan (PPILAR) dari Bengkulu
Tiga pemuda bergabung dalam Pelopor Penangkapan Ikan Sidat Liar (PPILAR) di Bengkulu. Mereka adalah Randi Anoma Putra, Akri Erfianda, dan Rego Damantara. Sejak 2016, mereka menyosialisasikan penangkapan ikan sidat ramah lingkungan dengan alat tradisional, Bubu, kepada nelayan Desa Rawa Makmur dan Arga Makmur, Bengkulu. Ikan sidat masih hidup ketika ditangkap. Dalam keadaan hidup, ikan sidat dihargai cukup mahal, Rp 45 ribu per kilogram. Kualitasnya pun lebih baik, dan ikan sidat bisa dibesarkan hingga layak konsumsi (200 gram). “Sudah layak diekspor,” kata Randi dan Rego. Sebelum ini, sejak 2006, kebanyakan nelayan di sana menggunakan setrum. Ikan hasil tangkapannya dalam keadaan mati. Harganya pun hanya Rp 20 ribu per kilogram. Selain itu, sebagian ikan sidat yang dibesarkan akan dilepaskan kembali ke muara. “Itu adalah pajak kami kepada alam,” ujar mereka, selaku pengelola kolam pembesaran ikan sidat. Kini sudah 20 nelayan yang bergabung di PPILAR, 15 orang di Kota Bengkulu, di Bengkulu Utara sebanyak 2 orang, dan di Bengkulu Selatan sebanyak 3 orang. Rata-rata, seorang nelayan bisa menangkap 15-25 kg ikan sidat per minggu.
ASTRA DAN PERJALANAN PENUH INSPIRASI
Astra berkontribusi kepada masyarakat, lingkungan, dan bertanggung jawab kepada karyawan, dengan menciptakan keseimbangan antara kepentingan bisnis, sosial, dan lingkungan. Dengan pendekatan yang terintegrasi dari 4 pilar tanggung jawab sosial (corporate social responsibility/CSR) Astra (Astra Untuk Indonesia Sehat, Astra Untuk Indonesia Cerdas, Astra Untuk Indonesia Hijau, Astra Untuk Indonesia Kreatif), Astra berinisiatif untuk memberikan nilai tambah yang berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia.
Astra untuk Indonesia Cerdas
Astra telah melalui perjalanannya dengan memberikan inspirasi agar generasi masa depan menjadi generasi Indonesia yang Cerdas. Astra mengadakan program Guruku Inspirasiku dengan mengajak orang untuk menuliskan kisah inspiratif tentang guru. Untuk setiap kisah yang dibagikan PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk akan memberikan bantuan sepatu atau tas bagi anak-anak di wilayah prasejahtera. Selain itu banyak lagi inspirasi Astra untuk Indonesia cerdas diantaranya
1. Program Rumah Pintar’
2. Astra Berbagi Ilmu
3. Bersekolah Berkarya
4. Beasiswa Lestari Astra
Astra untuk Indonesia Hijau
Semua mengetahui bahwa semakin banyaknya pembangunan maka kawasan hutan pun akan semakin berkurang. Namun tidak semua peduli akan bencana yang akan menimpa jika tidak ada penghijauan kembali. Bagaimana nasib generasi selanjutnya jika semua telah berubah menjadi polusi. Sebagai bentuk kepedulian terhadap Indonesia Hijau, Astra pun ikut serta aktif dalam penghijauan Indonesia.
Grup Astra Hijaukan Taman Nasional Gunung Halimun dengan 55.000 Pohon merupakan salah satu kontribusi nyata untuk Indonesia. Ada pula penanaman 3.925 Pohon Buah Langka di Arboretum Tanaman Langka, Haroto Pusako, Astra Forest dan Gerakan Astra Green Run.
Astra Untuk Indonesia Kreatif
Sebagai bentuk kepedulian akan Indonesia yang kreatif dan inovatif diadakanlah Astra Start-Up Challenge (ASC). ASC merupakan salah satu rangkaian program pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang digagas oleh Astra dan didukung oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia. Tujuan dari ASC adalah untuk membantu generasi muda usia 18-35 tahun meningkatkan motivasi dan inovasi dalam berwirausaha secara kreatif. Program ini akan mendukung start-up untuk berkembang menjadi institusi bisnis yang siap tumbuh dan menghadapi persaingan. Dengan ini pemuda Indonesia diharapkan menjadi pemuda yang kreatif dan inovatif serta bisa menebar banyak manfaat.
Astra untuk Indonesia Sehat
Astra pun peduli akan Indonesia yang sehat sehingga tercetuslah program GenerAKSI Sehat Indonesia. Dalam menyambut Hari Kesehatan Nasional. ASTRA mengajak masyarakat bersama-sama melakukan aksi hidup sehat demi membangun masa depan Indonesia yang gemilang. Dengan mengunggah foto sedang melakukan pola hidup sehat kita ikut berkontribusi menyediakan bantuan kacamata untuk anak-anak di wilayah Prasejahtera.
Terimakasih ASTRA atas 60 puluh tahun perjalanan penuh isnpirasi. Semoga manfaat dan kebaikan yang engkau tebarkan dibalas dengan kebaikan yang berlipat ganda. Teruslah menginspirasi menjadi Mutiara Penerang Bangsa