Siapa sangka dari pelepah pohon pinang bisa jadi sebuah karya inovatif sekaligus solusi wadah makanan yang ramah lingkungan. Itulah yang dilakukan oleh Rengkuh Banyu Mahandaru, pemenang Apresiasi SATU Indonesia Award 2023 dari ASTRA. Pria kelahiran Garut, 26 Juli 1991 merupakan inisator program Plepah, sebuah insiatif memberdayakan masyarakat di area konservasi dengan mengolah produk hasil hutan non kayu limbah pertanian (pelepah Pinang).

PLEPAH, Ide Limbah Pelepah Pinang Jadi Kemasan

Plepah awalnya terinspirasi dari sebuah riset di India dimana masyarakatnya menggunakan alat makan dengan bahan yang ramah lingkungan setiap hari.

Namun jika dilihat dari kebiasaan masyarakat Indonesia saat ini, Rengkuh Banyu pun menyadari bahwa kebiasaan sehari-hari tak ramah lingkungan sudah melekat di masyarakat. Ia pun berpikir, jangan-jangan selama ini kebiasaannya memesan makanan lewat aplikasi turut merusak lingkungan karena menambah sampah plastik.

Belum lagi makanan dengan kemasan Sterofoam yang juga menyumbang kerusakan lingkungan dan tidak cocok untuk makanan. Kesadaran ini mengubah pola hidup Rengkuh yang sebelumnya berkutat di depan laptop dan berpesta di akhir pekan, kini lebih suka berkeliling ke sejumlah daerah untuk berinteraksi dengan berbagai kelompok masyarakat.

Rengkuh mulai belajar tentang lingkungan seperti masalah kebakaran hutan, problem petani hingga konflik manusia dengan lingkungan. Lebih lanjut ia akhirnya berhasil memetakan potensi limbah pertanian seperti limbah pelepah pinang di Sumatera Selatan dan Jambi.

Bermodal kemampuan desain yang ia miliki, Rengkuh menemukan ide untuk mengeolah pohon pinang menjadi pengganti sterofoam untuk kemasan makanan.  Tidak hanya berfokus pada produk semata, Rengkuh dan tim juga menciptakan mesin tepat guna untuk memaksimalkan produksi.

Teknologi yang makin berkembang membuat Plepah memproduksi kontainer makanan yang tahan panas hingga 200 derajat celcius dan bisa terurai dalam waktu 60 hari.

Memanfaatkan Teknologi untuk Memproduksi Plepah

Sebagai tindak lanjut idenya, Rengkuh memperkenalkan teknologi alat pengepresan kepada warga. Teknologi itu mampu memproses pelepah pohon pinang menjadi berbagai benuk kemasan makanan.

Inovasi itu disambut baik oleh para petani yang selama ini tidak memanfaatkan limbah pohon pinang. Dari semula yang tidak ada harganya kini bisa dibanderol Rp 2.000 per kg.

Selain dampak positif bagi lingkungan, Rengkuh juga memberi kontribusi sosial dengan meningkatkan pendapapatan petani dan pengumpul pelapah pinang yang jadi sumber bahan baku.

Plepah  mampu menambah penghasilan para petani 1,5 juta-3 juta setiap bulan dan sudah melibatkan sekitar 3176 petani (845 KK). Saat ini Plepah tersebar di tiga titik yaitu Cibinong, Bogor, Jambi dan Sumatera Selatan. Sedang pabriknya ada di daerah Sumatera Selatan dan Jambi.

Plepah Go Internasional

Mengenalkan produk kemasan makanan pelepah pinang tidak semudah yang dibayangkan. Di tahun 2018 Rengkuh sudah mencoba menjual di pasar tradisional. Namun harga jualnya tidak mudah diterima oleh masyarakat.

Ia tidak ingin memainkan valuasi dan mengorbankan pendapatan riil dan tetap memegang prinsip harga jualnya harus kompetitif.

Awalnya Plepah hanya memproduksi dalam sekala kecil, namun kini produksi kian bertambah.

Berkat keseriusannya mereka akhirnya bisa fokus menjual ke luar negeri dengan Sasaran negara Jepang dan Australia. Ia bersyukur harga ekspor yang cukup tinggi sekitar 3500-500 rupiah per kemasan. Saat ini ini mereka sudah memproduksi 2000-5000 kemasan per pekan. Setiap produksi, mereka mampu menyerap 10 sampai 12 ton pelepah pinang dari petani. Dan rata-rata harga jual kemasan Plepah sekitar 2000 rupiah.

Pemanfaatan limbah pohon pinang ini merupakan sebuah ide yang luar biasa sekaligus inspiratif. Bukan hanya mengurangi polusi lingkungan tetapi juga memberi manfaat peningkatan ekonomi bagi petani dan warga setempat.

Penghargaan SATU Indonesia Awards menjadi bukti nyata bahwa inovasinya mampu menjadi solusi permasalahan global seperti Limbah plastikdan ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Rengkuh dan tim Plepah terus berupaya memperluas dampak dengan membuka kesempatan kolaborasi dan meningkatkan kuantitas produksi. Mereka pun bertekad untuk memberdayakan masyarakat lokal dan menciptakan solusi hijau sebagai cara mengurangi sampah plastik di seluruh Indonesia.

Ia pun berharap bisnisnya ini dapat dikenal lebih jauh dan digunakan sebagai alternatif kemasan selain sterofoam oleh masyarakat Indonesia.

Bagikan postingan ini :)

riafasha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *