Kesehatan yang merata mungkin masih jadi PR negara ini. Masyarakat di kota bisa dibilang mempunyai akses kesehatan yang cukup mudah. Namun tidak dengan warga di desa-desa terpencil di pelosok Indonesia. Fasilitas kesehatan yang terbatas ditambah dengan minimnya tenaga kesehatan yang bertugas membuat banyak warga harus bertahan sendiri.
Theresia Dwiaudina, Dewi Penyelamat Kesehatan Desa
Theresia Dwiaudina (27) menjadi saksi bagaimana petugas kesehatan harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kesehatan warga. Ia memulai dari nol sebagai bidan di Desa Uzuzozo, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Kini telah tujuh tahun, Pemenang SATU Indonesia Awards 2023 ini mengabdi. Pengabdian yang tidak akan mungkin membuatnya bertahan jika bukan karena cinta, hingga peremuan inspiratif ini diberi julukan ”Dewi penyelamat kesehatan desa”.
Desa Uzuzozo adalah sebuah desa terpencil di Timur Indonesia, berjarak sekitar 2 jam dari Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur . Theresia mengajukan diri sebagai bidan di desa itu pada Maret 2017. Ia tergerak untuk membantu masyarakat karena fasilitas kesehatan belum ada dan akses yang sulit ke askes. Menurutnya hanya ada bangunan kecil yang dijadikan puskesmas desa, namun belum ada alat kesehatan untuk memeriksa ibu hamil.
Keinginan Theresia semakin kuat karena banyak tenaga kesehatan yang enggan masuk ke Desa Uzuzozo mengingat lokasinya terpencil dengan medan yang cukup ekstrem.
Tantangan Menjadi Bidan di Desa Uzuzozo
Perjuangan Theresia bisa dibilang cukup dramatis dan tidak mudah mengingat tradisi yang sudah turun temurun dilakukan oleh masyarakat. Disana masyarakat bersalin ditolong dukun, tidak ada imunisasi, buang air masih disungai dan kehadirannya awalnya dianggap sebagai ancaman.
Setiap hari ia mengendarai motor untuk berkeliling memeriksa kesehatan ibu hamil. Mulai dari melakukan wawancara medis, pemeriksaan kehamilan hingga pemeriksaan Hb dalam darah.
Di awal mendata ibu hamil, Theresia menemukan bahwa ibu hamil di sana tidak melahirkan di fasilitas kesehatan, melainkan di dukun beranak. Hal ini disebabkan faskes yang jauh dan medan terjal yang harus dilewati, jadi ibu hamil urung melahirkan di faskes
Ia berusaha mengedukasi ibu hamil agar mau melahirkan di fasilitas kesehatan. Awalnya memang cukup sulit karena ia harus berhadapan dengan dukun beranak yang sudah puluhan tahun berada di desa itu. Theresia berusaha melakukan pendekatan dengan dukung kampung dan tak ingin mematikan penghasilan sang dukun, namun mengajak bekerja sama membantu proses persalinan.
Perlahan ibu hamil mulai percaya, hingga mereka mau melahirkan anak di faskes. Salah satunya Susilia berumur 39 tahun yang pada 2018 melahirkan anak ke-7 nya di faskes dan terbantu oleh kehadiran bidan Theresia.
Keberhasilan Theresia Mengatasi Stunting
Selain membantu proses kehamilan dan kelahiran ibu, Theresia juga melayani imunasi hamil dan bayi di posyandu yang dilakukan sebulan sekali. Menggunakan dana desa, dia menyiapkan aneka makanan sehat yang bisa dikonsumsi gratis seperti bubur kacang hijau. Dia pun memberi edukasi dan pengertian pada para ibu tentang pentingnya gizi anak untuk mencegah stunting. Perlahan tapi pasti, kesadaran masyarakat untuk berobat dan mengantar anak untuk imunisasi pun meningkat.
Desa Uzuzozo sendiri memiliki 15 anak yang terkena stunting. Semenjak Theresia gencar memberikan edukasi pada masyarakat soal pola asuh dan gizi anak, kini jumlah anak stunting pun menurut. Selain itu menurut Data Desa, tidak ada kasus kematian ibu melahirkan semenjak ia bekerja.
Tak berhenti disitu, Theresia pun mengajar anak-anak di desa untuk bernyanyi dan mengenal Bahasa inggris. Hal ini dilakukannya untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya Pendidikan dan kesehatan bagi orang tua dan anak.
Pengabdian dan dedikasi Theresia ini sukses membawanya memenangkan 14th SATU Indonesia Awards 2023 di bidang kesehatan yang diadakan oleh PT Astra International Tbk (ASII).
Ia memberikan inspirasi untuk banyak orang dan menjadi penerang bagi masyarakat Desa Uzuzozo. Namun meskipun masyarakat di sana sudah semakin sadar tentang pentingnya faskes, Theresia mengaku tidak akan berhenti untuk terus berkarya, karena ia sangat mencintai pekerjaannya.
Hadiah dana dari Astra juga sangat bermanfaat untuk program yang dilakukan oleh Theresia. Ia bisa alat-alat eksehatan untuk kegiatannya sehingga sarana dan prasarana jaid lebih memadai. Alat-alat kesehatan juga jadi lebih canggih dan mudah dibawa kemana-mana. Selain itu ia juga membelikan bahan-bahan pemenuhan nutrisi untuk anak dan ibu hamil.