“Kenapa memilih ke Papua?” pertanyaan itu terlontar saat sesi wawancara pertukaran pemuda. Sebuah pertanyaan yang menggelitik ketika saya disuguhkan 3 pilihan tempat yang ingin didatangi dan Papua salah satunya. Papua terbayang. Hijau dan tenang, lalu senyum mengambang jika membayangkan tawa anak-anak Papua berlarian meloncati sungai.
Papua, salah satu anugrah Allah pada Indonesia yang menyimpan banyak cerita. Namun, hingga saat ini, kaki saya belum beruntung menginjak tanah Papua. Terasa jauh namun dekat. Pesonanya tetap bersinar walau tahun silih berganti.
Saya jadi teringat akan kecintaan almarhum Gus Dur akan Papua. “Saya ingin ke Papua untuk melihat matahari terbit dari timur”, begitu ucapnya. Sebuah keinginan menikmati keindahan Papua kala ia masih aktif dalam membangun kedamaian di bumi Indonesia. Keinginan saya hampir sama. Dulu saat aktif mendaki gunung, saya punya impian melihat matahari terbit di Puncak Catstensz (Puncak Jaya) di Gunung Jayawijaya. Pasti sangat menyenangkan, menghirup hawa dingin sembari memandang bentang alam tanah Papua yang membuat tak ingin pulang.
Apa yang terlintas ketika disebutkan kata Papua? Banyak orang mengingat-ingat Raja Ampat sebagai tempat rekomendasi untuk berwisata. Tapi Papua, lebih dari itu. Bukan hanya raja ampat, atau ingatan tentang sukunya dikenal memakai koteka. Bagi saya Papua adalah hijau yang segar dan biru yang tenang. Perpaduan kekayaan hutan dan laut yang eksotis serta masyarakatnya yang berwarna.
Tidak terlalu berlebihan jika menyebut Papua destinasi hijau mengingat tanah Papua merupakan rumah bagi sepertiga hutan hujan yang tersisa di Indonesia, tempat tinggal keanekaragaman hayati dan juga sumber kehidupan bagi masyarakat adat. Hutan di Papua masih utuh dengan tutupan sebesar 70% yang membantu menyelamatkan suhu dunia.
Mari berandai-andai jika mendapatkan kesempatan mengunjungi Papua. Ada banyak tempat yang ingin sekali saya datangi!
Baca juga : Tips Travelling Hemat Biaya
Taman Nasional Teluk Cendrawasih
Wajar saja jika ditetapkan sebagai kawasan konservasi laut terbesar dan terluas di Indonesia, Taman Nasional Teluk Cendrawasih memiliki luas 1.453.500 hektar dan 90% merupakan perairan. Keanekaragaman biota laut membuat takjub. Setidaknya ada 196 jenis moluska, 2019 jenis ikan juga hewan laut lainnya seperti penyu, hiu dan lumba-lumba yang bisa ditemui jika kita menyelam .
Alam bawah laut yang indah pasti jadi surga bagi yang suka olahraga diving. Pun pulau-pulau disekitar taman nasional yang sayang untuk dilewatkan.
• Pulau Mioswar
Kita bisa mengunjungi Pulau Mioswaar, pulau yang memiliki gua alam peninggalan zaman purba dengan sumber air panas dengan kandungan belerang tanpa garam. Goa ini juga merupakan peninggalan leluhur etnis Wandau yang sisebut sebagai etnis pertama yang datang ke Pulau Mioswaar.
• Pulau Rumberpon
Pecinta satwa burung pun bisa mendekat ke lokasi pengamatan satwa di Pulau Rumberpon. Ada hewan langka yaitu burung rusa (cervus timorensis), kuskus, elang laut dan ikan duyung yang mungkin jarang kita temui. Pulau ini menawarkan suasana tenang dengan birunya air laut dan hutan mangrove di sisi pulay dengan pemandangan yang cantik. Biota laut seperti terumbuh karang masih sangat alami dan banyak aktivitas lain yang bisa dilakuan seperti snorkeling, menyelam, ski air bahkan memancing.
• Pulau Yoop (Perairan Wondesi)
Ingin sesuatu yang menantang? Di Pulau Yoop kita bisa berinteraksi dengan ikan paus dan ikan lumba-lumba. Salah satu spot wisata yang ada di Teluk Cendewarasih. Walau deg-degan, tapi ingin sekali menyelam bersama paus dan lumba-lumba sekaligus menikmati berbagai peninggalan colonial dari abad ke-19
• Pulau Nusrowi
@tn.teluk_cenderawasih |
Pulau Nusrowi dikenal karena punya spot menyelam yang eksotis. Tak heran banyak pecinta snorkeling dan diving yang mendatanginya untuk menikmati keanekaragaman bahari.
Baca Juga : Famtrip Musi & Beyond 2019
• Pulau Roon
sumber gambar : idntimes |
Tak kalah dengan pulau lainnya, kita bisa juga menyelam dengan spot sangat indah di pulau Roon. Berbagai jenis fauna pun menambah indah pulau ini. Ada kelelawar dan burung yang meninggali pulau ini.
Berkunjung ke Hutan Mangrove Kampung Friwen
Tepi pantai di Kampung Friwen, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat (sumber : econusa.id) |
Saat membaca salah satu artikel di econusa saya jadi tertarik dengan hutan Mangrove Papua. Papua Barat sendiri emmiliki hutan mangrove yang luasnya lebih dari 400 ribu hektar. Hutan mangrove selain sebagai ekosistem utama biota laut, menahan abrasi, juga mempunyai manfaat menyerap karbondioksida untuk mengurangi pemanasan global dan menjadi sumber penghidupan masyarakat.
Salah satu hutan mangrove yang masih terjaga keasliannya berada di Kampung Friwen dan Yenbeser yang terletak di Kecamatan Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Kampung Friwen memiliki banyak potensi alam seperti terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove dan pasir putih yang menambah keindahan tempat ini. Selain itu di kampung ini kita bisa bertemu dengan Suku Wawiyai yang merupakan penduduk asli Pulai Waigeo, Raja Ampat.
Berinteraksi dengan Suku Asli Papua di Lembah Baliem
lembah baliem ( sumber : cnn Indonesia) |
Lembah Baliem menawarkan pemdangan hijau di sekitar Pegunungan Jayawijaya. Kita perlu menyiapkan baju hangat karena dengan ketinggian 1600 meter di atas laut, suhu di Lembah ini bisa mencapai 10-15 derajat celcius di malam hari.
Selain hamparan bukit hijau yang indah dan alami, kita bisa meihat pemandangan seperti pantai dengan adanya pasir putih. Tekstur pasir Lembah Baliem sama dengan pasir di pantai dan terasa asin. Ada juga batu granit yang menyembul di tanah yang konon katanya kawasan ini dulu adalah sebuah danauh dan begeser akibat gempa.
Mengunjungi tempat baru, ada yang selalu menarik hati yaitu adat dan budaya masyarakat lokal. Ada debar-debar tersendiri jika mengetahui kearifan budaya suku setempat, adat istiadat, pakaian adat. Dikenal juga sebagai grand baliem valley, lembah ini merupakan tempat tinggal suku Dani, Suku Yali dan Suku Lani. Yang cukup menarik perhatian saya, ketika mengetahui di distrik Walesi papua, masyarakatnya menjadi pemeluk agama islam terbesar di tanah papua dan di Walesi juga menjadi pusat pendidkan Islam bagi masyarakat suku Dani. Sebuah keberagaman yang tidak menjadi sebuah perpecahan.
Beruntung jika mengunjungi Lembah Baliem di festival yang biasanya diadakan bulan agustus bertepatan dengan perayaan kemerdekaan Republik Indonesia.
perang suku di Festival Lembah Baliem (sumber foto : travel kompas) |
Sebuah festival yang menyuguhkan acara perang antar suku Dani, Lani dan suku Yali yang melambangkan kesuburan dan kesejahteraan. Perang diawali dengan tarian suku dan diiringi music tradisional. Atraksi ini bermakna positif bagi masyarakat Lembah Baliem yaitu ‘yogotak hubuluk motog hanaro’ yang artinya ‘harapan akan hari esok yang harus lebih baik dari hari ini’.
Mengenal EcoNusa
Bicara tentang Papua, tentu perlu pernanan kita semua untuk menjaga Papua sebai destinasi wisata hijau tetap alami. Salah satu yayasan yang giat bergerak membantu pelestarian hutan di papua adalah EcoNusa Foundation. Yayasan Ekosistim Nusantara Berkelanjutan (EcoNusa Foundation) merupakan organisasi nirlaba yang bertujuan mengangkat pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan di Indonesia dengan memberi penguatan terhadap inisiatif-inisiatif lokal.
Di lansir dari laman econusa.id, Yayasan EcoNusa menjembatani komunikasi antara pemangku kepentingan di wilayah timur Indonesia (Tanah Papua dan Maluku). Tujuannya untuk memaksimalkan praktik terbaik dalam hal perlindungan lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan berdasarkan prinsip keadilan melalui kegiatan nyata bersama masyarakat lokal. Yayasan EcoNusa juga mempromosikan nilai-nilai kedaulatan pengelolaan dan konservasi sumber daya alam kepada para pembuat kebijakan baik di tingkat daerah maupun nasional.
Nah buat teman-teman yang ingin mencari tahu tentang Papua bisa berkunjung ke website EcoNusa ya.
Referensi :
https://www.econusa.id/id/about
https://www.econusa.id/id/ecostory/build-concern-of-the-raja-ampat-community-to-conserve-mangrove-forests
https://kumparan.com/kumparantravel/menilik-pesona-taman-nasional-teluk-cendrawasih-taman-laut-terbaik-indonesia-1t3vkyQks9p
https://id.wikipedia.org/wiki/Lembah_Baliem
https://kumparan.com/kumparantravel/menilik-pesona-taman-nasional-teluk-cendrawasih-taman-laut-terbaik-indonesia-1t3vkyQks9p
https://id.wikipedia.org/wiki/Lembah_Baliem
Duh, indahnya indonesia ini ya, Teh. Semoga aku juga bisa datangi tempat-tempat keren seperti itu. Semoga setiap yang berkunjung juga ikut merawat akan lingkungannya, terutama jangan buang sampah sembarang ya, Teh..
Semoga bisa balik ke Papua, aku rinduuu…